Narasi

Mewujudkan Perdamaian Sejak dalam Keluarga

Bangsa kita saat ini mulai kehilangan arah identitas bagaimana sikap menghargai tidak lagi diterapkan dalam kehidupan sosial masyarakat.  Ruang-ruang publik terkotori dengan ujaran kebencian, hoax, provokasi, dan gerakan radicalism. Kebersamaan bangsa mulai retak, dan mengalami ketegangan sosial dalam menjalani hidup yang damai dan penuh dengan kebersamaan.

Doktrin radicalism, ujaran kebencian, terorisme, hoax, dan provokasi tersebut tidak akan mati di satu jalan. Mereka akan mencari jalan lain yang lebih mulus dalam menyukseskan gerakan tersebut hingga mampu membawa pengaruh besar kepada kehidupan masyarakat secara umum. Seperti halnya perempuan yang sudah menjadi sasaran empuk bahkan sudah menjadi bagian dari penyebar kejahatan tersebut. Hal ini sangat perlu akan kecerdasan dalam berpikir agar “kelembutan hati” tidak dimanfaatkan menjadi jalan terciptanya kejahatan. Namun kita harus jadikan sebagai gerakan cerdas edukasi perdamaian.

Karena satu-satunya harapan besar bagi kita demi meredam ajaran radikal, virus hoax, terorisme dan ujaran kebencian sejatinya kita harus memosisikan perempuan sebagai jalan edukasi atau sarana pendidikan perdamaian. Karena dialah yang paham bagaimana melunakkan hati seseorang dengan mudah. Oleh karena itu, perempuan harus sebagai agen perdamaian dengan edukasi moral yang baik dalam bersikap kepada seluruh keluarga dan yang paling utama adalah generasi bangsa.

Baca juga : Mamah Muda (Perempuan) Penebar Kedamaian di Indonesia

Hal semacam ini telah terjadi pada perempuan yang mulai terpengaruh terhadap ajaran radikal, sehingga membuat pemikiran dan tingkah laku bersifat militan.  yang terselubung dalam proses penyebaran narasi kebencian, hoax, provokasi, dan gerakan radikal seyogianya telah memasuki ranah atau dunia perempuan yang bersifat polos dan lemah lembut

Ruang keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang sangat penting untuk kita jaga dari kejahatan yang telah mengakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara toleran di tengah keberagaman. Karena penyelesaian secara universal atau keseluruhan masyarakat seakan-akan menjadi impian yang tidak tersampaikan. Oleh karena itu, inti dari kehidupan masyarakat ada pada akarnya yaitu dalam sebuah keluarga. Sehingga bagaimana dalam sebuah keluarga tersebut perempuan harus menjadi penggerak bagaimana mengedukasi keluarga kepada jalan perdamaian.

Memang kondisi kita saat ini sangat mengkhawatirkan jika perempuan yang memiliki hati yang lembut dan jiwa yang mudah menerima dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk dijadikan media penyebar virus kejahatan tersebut. Karena dalam keluarga ada seorang anak yang mana perempuan sangat memiliki peran yang sangat vital dalam jantung rumah tangga. Ini jika dibiarkan terus menjalar, maka akan membuat kebersamaan dan perdamaian kita tetap berada di atas angin.

Dinamika kehidupan sosial kita yang terarah kepada jalan disorientasi sosial yang akan berambut kepada kehancuran. Seyogianya hal yang paling sangat mengkhawatirkan adalah bagaimana masa depan bangsa semakin keruh. Karena itu bagian dari bagaimana kita menjalani kehidupan berbangsa yang akan tidak harmonis, saling membenci dan individualis.

Maka pisau analisis yang sangat penting untuk kita pakai adalah bagaimana mengatasi suatu persoalan dengan melemahkan akarnya. Jika narasi radicalism saat ini semakin marak di kalangan perempuan. Maka bagaimana kita harus menolongnya kepada jalan yang benar dan memosisikan perempuan sebagai media pertama dalam melakukan gerakan edukasi perdamaian sejak dalam keluarga.

Sehingga dengan kita memosisikan perempuan sebagai jalan utama bagaimana perdamaian itu ada, maka secara sadar kita akan menolong dalam keluarga tersebut dari virus-virus kejahatan yang akan memecah belah bangsa kita. Perempuan harus menjadi penggerak utama bagaimana menangkal gerakan radicalism, tersebarnya hoax, ujaran kebencian, dan provokasi yang semakin menghancurkan sendi-sendi persatuan dan kebersamaan bangsa kita saat ini.

Saiful Bahri

View Comments

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

5 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

5 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

5 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago