Pada mulanya, kehadiran teknologi yang direpresentasikan sebagai budaya sekuler-Barat banyak ditentang oleh kalangan agama. Dengan nada sinis mereka menyatakan teknologi produk Barat harus ditolak. Lambat laun tapi pasti, teknologi justru menjadi bagian nafas dari kehidupan sosial, termasuk juga dalam hal keagamaan.
Faktanya, saat ini agama dan teknologi telah berkait kelindan membentuk suatu budaya baru. Katakanlah, agama dan internet justru menghasilkan suatu fenomena baru seperti “ngaji online”, “Belajar Agama Online” yang bersamaan dengan itu, situs-situs keagamaan menjamur di dunia maya. Artinya, kehadiran teknologi media tidak lagi dikutuk, tetapi diambil manfaatnya untuk kepentingan spiritual dan keagamaan.
Di dunia Barat, media seperti novel religius, talk show keagamaan, film keagamaan dan situs keagamaan telah menjadi media yang digunakan oleh semisal Protestan konservatif untuk dijadikan instrument menyebarkan dakwah dan kepentingan keagamaan. Pertanyaan adalah bagaimana sebenarnya penggunaan media tersebut mempengaruhi lembaga keagamaan. Wuthnow (2003) untuk kepentingan tersebut telah mengadakan survey terhadap lebih dari 400 interveiw yang menyimpulkan bahwa mereka umat beragama melihat berbagai media tersebut sebagai penguatan keimanan keagamaan.
Gary R Bunt (2012) dalam konteks Islam, telah mengulas secara baik fenomena tersebut dengan istilah Islamic Authority Online, yakni munculnya fatwa-fatwa online dengan ragam ideologi yang menyokongnya termasuk yang radikal sekalipun. Otoritas keagamaan online selain meruntuhkan otoritas keagamaan offline ternyata memiliki pengaruh besar mengubah pemahaman dan ekspresi keagamaan seseorang.
Sebenarnya fenemona belajar Islam online bukanlah persoalan, justru ia hadir sebagai media dan pendekatan baru dalam pembelajaran keagamaan. Faktor kemudahan, kecepatan dan praktis memang menjadi alasan tertentu mengapa media teknologi melalui jaringan internet banyak disukai oleh kalangan muda.
Tapi ingat! Hal yang tak terpikir dari kalangan kita yang gemar mengaji di internet tersebut adalah apakah website yang mereka kunjungi telah menyajikan informasi yang valid, bisa dipertanggungjawabkan, berimbang dan sumber yang terpercaya.
Sangat disayangkan, banyak di antara kita abai terhadap persoalan-persoalan tersebut. Sehingga terkadang mereka meyakini bahwa konten yang ada dalam website tertentu sudah cukup memuaskan. Fenomena terbaru kadang kita menyebarkan (sharing) konten-konten tertentu di laman akun sosial media sebagai bagian ekspresi bahwa mereka cukup memuaskan dan dirasa penting untuk diketahui orang lain.
Cerdas Media, Itu Penting!
Tak terbayangkan bagaimana seorang remaja yang masih awam dalam hal keagamaan mengakses suatu media keagamaan yang kadang lebih banyak berisi hujatan daripada panutan, lebih banyak hasutan dari pada nasehat, dan lebih banyak menanam kebencian dari pada menyebar persaudaraan.
Semakin menjamurnya fenomena belajar agama online menuntut kita bersama untuk tidak hanya cakap menggunakan media tetapi cerdas memanfaatkannya. Cerdas media ini penting agar kita mampu selektif dalam memilah, memilih dan mencerna website keagamaan yang bertaburan di dunia maya. Cerdas Media mengharuskan seseorang mempunyai ketahananan diri, daya filter, dan daya kritis yang kuat untuk tidak menerima apapun informasi secara mentah.
Ada tiga hal yang paling tidak kalian bisa cermati. Pertama kredibilitas sumbernya. Sumber di sini bisa merujuk pada tokoh atau organisasi yang sudah anda ketahui cukup kredible. Banyak ustad, kyai, ulama, tokoh hingga organisasi keagamaan yang memiliki situs dan akun. Pilihlah sumber yang anda kenal kredibilitas keilmuannya. Jangan mudah percaya situs keagamaan yang tidak mencantumkan profil tokoh dan lembaganya, jika kalian memang tidak mengenalnya.
Kedua, teliti validitas konten atau isinya. Untuk yang kedua ini memang dibutuhkan pengetahuan yang cukup untuk menilainya. Tetapi paling tidak ada beberapa prinsip yang perlu dikedepankan. Jika yang ingin kalian cari adalah pengetahuan keagamaan yang mencerahkan anda harus menghindari konten pengetahuan yang terus menerus menebar kebencian, provokasi, permusuhan, dan penanaman kecurigaan terhadap yang lain.
Ketiga, konsultasikan. Jangan malu untuk bertanya pada seorang yang anda kenal baik untuk menukar pengalaman yang didapatkan di dunia maya. Orang tua adalah teman terbaik bertukar hati dan pikiran.
Akhirnya, kembali pada rumus awal bahwa pertahanan yang paling baik adalah pertahanan diri kita sendiri. Gunakan keyakinan dan akal sehat dalam menilai sesuatu. Jangan mudah percaya dan apalagi terpedaya.
This post was last modified on 14 Januari 2016 11:27 AM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…