Narasi

Nyalakan Cahaya Perdamaian Al Qur’an di Dunia Maya

Dunia maya menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sekarang. Informasi, berita, dan pelbagai macam sumber pengetahuan kini banyak dikonsumsi dari dunia maya. Orang lebih banyak membaca berita dari tautan di media sosial ketimbang dari media cetak. Orang lebih banyak membaca artikel dari internet ketimbang bersusah payah membaca dan mengkaji dari buku. Hal tersebut sebenarnya tak menjadi masalah jika dilandasi pemikiran kritis. Yang menjadi persoalan, ketika orang-orang menggantungkan informasi dan sumber pengetahuan semata-mata dari dunia maya dan memercayainya begitu saja.

Dunia maya kerap kali berisi informasi atau konten yang sarat kepentingan tertentu, seperti kepentingan politik yang memecahbelah, hingga kepentingan penyebaran paham kekerasan atau radikalisme agama. Kita bisa melihat gambaran tersebut dari penyebaran ayat-ayat suci Al Quran di dunia maya. Ayat-ayat Al Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi kita semua untuk bisa memegang teguh, mengambil hikmah, dan menemukan jalan yang lurus. Memahaminya harus dilandasi ilmu yang cukup, pikiran dan hati yang jernih dan ikhlas, atau dengan bimbingan dari guru, kiai, atau ulama yang benar-benar berkompeten atau mumpuni.

Namun, sekarang ayat-ayat Al Quran banyak disebarkan di dunia maya, sehingga setiap orang, siapa pun itu, bisa dengan mudah membaca dan menemukan pelbagai bahasan dan informasi yang disertai kutipan ayat-ayat Al Quran. Sekali lagi, banyaknya ayat Al Quran di media sosial sebenarnya tak menjadi persoalan selama kita memiliki kemampuan atau pengetahuan tentang bagaimana memahami ayat-ayat suci. Masalahnya adalah, ketika orang dengan mudah memercayai suatu ide, gagasan, paham atau apa pun dari suatu konten di dunia maya hanya karena ada kutipan ayat-ayat suci Al Quran di dalamnya.

Ayat-ayat Al Quran tidak dijadikan petunjuk untuk mengambil hikmah menuju keselamatan dan kedamaian hidup bersama, namun malah dijadikan alat memprovokasi, memecahbelah, bahkan untuk melegitimasi paham-paham kekerasan. Di masa kampanye misalnya, para politisi kerap menggunakan ayat-ayat suci Al Quran untuk kepentingan politik mereka. Kampanye di media sosial disebar dengan menyertakan kutipan ayat-ayat suci. Bahkan, tak jarang ayat-ayat suci Al Quran malah digunakan untuk menyerang dan menjatuhkan lawan politik. Membawa ayat suci Al Quran, namun di saat bersamaan mengesampingkan adab dan kesantunan yang diajarkan kita suci itu sendiri.

Tak hanya dalam hal kontestasi politik, hal yang sama juga sering terjadi dalam hal penyebaran paham-paham kekerasan atau radikalisme agama. Kelompok terorisme sadar bahwa dunia maya adalah sarana praktis dan cepat untuk menyebarkan ideologi dan kepentingannya. Dengan mengutip satu-dua ayat suci tentang perang dan jihad, paham kekerasan bisa mudah menjalar di dunia maya dan menyebar cepat lewat media sosial.

Orang yang punya cukup pengetahuan tentu tak mudah terpengaruh, sebab ia tahu jika memaknai ayat suci harus dengan bijak; mempertimbangan pelbagai aspek pemaknaan dan penafsiran, dan melihat aspek kemanfaatan dan kemudaratan yang ditimbulkan. Namun, bagi orang yang tak punya cukup pengetahuan akan mudah terpengaruh konten-konten radikal tersebut karena terpikat ayat-ayat suci yang disertakannya. Kita sudah melihat banyak kasus terorisme di mana pelaku teroris mendapatkan pemahaman radikal dari dunia maya.

Menebarkan ayat damai

Melihat hal tersebut, penting bagi kita untuk menyebarkan ayat-ayat damai di dunia maya. Ini agar penyebaran ayat-ayat perang yang ditafsir secara politis dan penuh kepentingan negatif bisa diredam.

Al Quran adalah pelajaran, petunjuk, dan menjadi rahmat. Untuk menemukan rahmat yang terkandung dalam ayat Al Quran, hati dan pikiran pembacanya harus bersih dan jernih.   Dalam Al Quran, kita bisa menemukan banyak ayat yang menggambarkan Islam begitu mengajarkan kasih sayang, keadilan, keharmonisan, persaudaraan.

Paham radikal-terorisme yang mudah mengajarkan orang menghilangkan nyawa orang lain jelas melenceng jauh dari kitab suci Al-Quran. Kita justru dilarang menghilangkan hak hidup seorang manusia, terlebih hanya karena perbedaan keyakinan. Sebab, membunuh seseorang saja sudah dianggap telah membunuh seluruh manusia. Apalagi jika melakukan aksis teror sampai menjatuhkan banyak korban jiwa.

Firman Allah Swt, “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya..” (Q.S. Al Maidah; ayat 32). Dari ayat tersebut, kita juga melihat bagaimana Islam begitu menghargai nyawa setiap manusia. Hal yang bertolakbelakang dengan paham radikal-terorisme yang gampang menghilangkan nyawa banyak orang.

Ketika berdakwaah pun, kita diajarkan mengambil jalan bil hikmah dan pelajaran yang baik. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (An Nahl: 125). Artinya, cara-cara dakwah dengan menghujat, memaki, bahkan dengan kekerasan jelas bukan cara dakwah yang diajarkan dalam ajaran Islam.

Ayat-ayat tersebut merupakan contoh dari banyak ayat yang menggambarkan betapa Islam mengajarkan kasih sayang dan penghargaan pada sesama. Ayat-ayat damai tersebut sudah semestinya terus disebarkan, agar dunia maya tak hanya dipenuhi “ayat-ayat perang” yang dikutip maupun ditafsir secara politis untuk kepentingan-kepentingan sempit. Sebab, cahaya petunjuk Al Quran berpendar luas menerangi seluruh umat manusia menuju keselamatan.

Al Mahfud

Lulusan Tarbiyah Pendidikan Islam STAIN Kudus. Aktif menulis artikel, esai, dan ulasan berbagai genre buku di media massa, baik lokal maupun nasional. Bermukim di Pati Jawa Tengah.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago