Narasi

Obituari; Glenn Fredly, Musik dan Kerja Kemanusiaan

Di tengah hikmatnya umat Islam melaksanakan tradisi malam Nisfu Sya’ban dengan Istighosah dan berbagai ritual keagamaan lainnya. Bangsa Indonesia kehilangan Glenn Fredly seorang Musisi, Artis, pejuang kemanusiaan, Produser Film dan berbagai peran yang lain pada 08 April 2020, malam. Glenn merupakan sosok yang multiperan di Indonesia.

Seorang penyair cinta yang selalu membekas dan berkesan dalam menggubah setiap bait liriknya. Sampai ada slogan, siapapun yang sedang jatuh cinta, lagunya pasti Glenn Fredly. Suaranya begitu merdu dan mampu membawa penikmatnya untuk menyelam ke dasar lautan syairnya yang bak samudra terdalam.

Selain dikenal sebagai musisi, ia merupakan pejuang kemanusiaan. Dengan musik Glenn merajut persatuan dan perdamaian di tengah ketegangan dan konflik primordial yang sering terjadi di Indonesia. Ia merupakan sedikit dari artis yang seringkali menyelenggarakan konser amal untuk berbagai kegiatan sosial, dan juga konsen dalam Isu minoritas seperti disabilitas dalam sepak terjangnya sebagai aktivis kemanusiaan.  

Glenn Fredly merupakan artis tenar yang suka baca buku. Di tengah stigma masyarakat terhadap artis yang tidak suka membaca buku, Glenn justru menjadi pembeda. Dari membaca buku dia banyak melahirkan karya-karya yang reflektif nan luar biasa. Salah satu inspiratornya adalah Gus Dur, selain sebagai Gusdurian, Glenn membaca karya-karya intelektual Gus Dur sebagai pijakannya dalam bergerak untuk kemanusiaan.    

Saat ini, berbagai lini masa media sosial penuh dengan narasi duka cita kehilangan sosok yang berkesan bagi masyarakatnya terutama dari sisi romantismenya. Ia telah menuju keharibaanNya, yang turut mengharukan adalah ketika saat ini Indonesia dilanda pandemi Covid-19 dan secara bersamaan di detik-detik akhir masa hidupnya, Glenn masih menyempatkan diri untuk bersuara untuk melakukan kerja-kerja kemanusiaan.

Baca Juga :   Gotong-Royong Pancasila Atasi Corona

Sosok yang humble dan low profile dan masih banyak kata baik tanpa pamrih yang dilekatkan kepadanya. Pejuang cinta untuk kemanusiaan, penggiat nasionalisme, memberikan edukasi dan pemahaman atas realitas keberagaman dengan musik, hal ini bisa dilihat dari beberapa lagunya seperti, kita untuk mereka (2005), tanah perjanjian (papua) (2011), agamamu, agamaku feat Tompi (2017).

Bahkan ketika konflik ambon mulai mereda pada sekitar tahun 2004, Ia bersama dengan beberapa musisi lain menggelar konser sosial yang dihadiri ribuan orang dari berbagai latar agama dan suku yang membuatnya terharu. Baginya musik dapat menembus batas-batas dan mampu menyatukan perbedaan.     

Sosok yang berjiwa sosial tinggi dan seringkali berperan sebagai orang biasa, agar bisa berbuat sesuatu untuk sesamanya, khususnya Indonesia. “Indonesia tidak akan pernah menjadi Indonesia tanpa papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi. Romansa ke masa depan, sesuatu yang harus gue rayakan dan bagikan kepada semuanya”, ungkap Glenn Fredly dalam beberapa konsernya.

Sebagai Non-Muslim berdarah Ambon, tak segan-segan Glenn pernah melantunkan sholawat kepada publik dalam upayanya menguatkan toleransi umat beragama di Indonesia. Kemanusiaan baginya melampaui sekat-sekat agama, untuk itu Glenn dengan pendekatan sosial-kebudayaan mampu mengikat tali persaudaraan dan solidaritas bangsa Indonesia.

Glenn dikenang sebagai artis yang membumi dalam berbagai kegiatan konsernya, terutama dalam aktivitas komunitas kemanusiaan, seperti Komunitas Lintas Iman, Gusdurian, dan “VOTE” Voice from the East. Yang penting baginya adalah perjuangan untuk selalu menguatkan solidaritas kemanusiaan dan menghilangkan sekat-sekat perbedaan berbasis SARA.   Akhirnya, dengan berkahnya malam nisfu Sya’ban, semoga Glenn Fredly diberkati oleh Tuhan semesta alam. Selamat Jalan Glenn Fredly, damai di sana, karyamu akan selalu dikenang dan namamu akan abadi bersamanya.

This post was last modified on 9 April 2020 1:24 PM

Ferdiansah

Peneliti The Al-Falah Institute Yogyakarta

Recent Posts

Jihad Ekologis: Mengintegrasikan Moderasi Beragama dalam Penyelamatan Alam

Diskursus keagamaan kontemporer di Indonesia sering kali mengalami stagnasi pada ranah simbolisme politik. Energi kolektif…

2 jam ago

Menyikapi Isu Islam Politik vs Nasionalisme Jelang Reuni 212

Hari ini, 2 Desember, masyarakat Indonesia menyaksikan kembali perbincangan yang kian mengemuka mengenai ‘Islam politik’…

22 jam ago

Menjual Khilafah di Tengah Banjir: Menggugat Nalar Kaum Fatalis dalam Memandang Bencana

Tragedi air bah yang mengguyur sebagian wilayah Sumatera—mulai dari Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat—tidak…

22 jam ago

Tafsir Ayat-Ayat Ekologi; Membangun Kesalehan Lingkungan Berbasis Alquran

Alquran tidak hanya membahas relasi antara manusia dsn Sang Khaliq. Lebih dari itu, Alquran juga…

23 jam ago

Kampanye Khilafah di Momen Bencana; Dari Krisis Ekologis ke Krisis Ideologis

Di tengah momen duka bangsa akibat bencana alam di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat,…

2 hari ago

Menjadi Khalifah di Muka Bumi: Melindungi Alam dari Penjahat Lingkungan, Menjaga Kehidupan Umat dari Propaganda Radikal

Menjadi khalifah di muka bumi adalah mandat moral dan spiritual yang diberikan Allah kepada manusia.…

2 hari ago