Narasi

Obituari Nukman Luthfie: Membumikan Bijak Bermedsos

Sabtu (13/01) netizen dan Bangsa Indonesie berduka karena kehilangan putra terbaiknya. Adalah Nukman Luthfie, salah satu pendiri dan mantan direksi detik.com pergi menghadap-Nya di RS Bethesda Jogja.

Nukman mengawali karier sebagai jurnalis di di Bisnis Indonesia dan Majalah SWA. Pria kelahiran Semarang 54 tahun silam ini sempat ikut melahirkan Detik.com dan menjadi Direktur Marketing pada 1999. Hingga pada tahun 2003 mendirikan Virtual Consulting yang bergerak di bidang konsultan digital marketing. Selanjutnya alumnus Teknik Nuklir UGM ini juga melahirkan beberapa bisnis digital, seperti PortalHR.com di bidang sumber daya manusia, Jualio.com platform e-commerce berbasis media sosial, dan Musikkamu.com.

Kepergian Nukman berada pada periode perkembangan virtual di era 4.0. Etika virtual yang menjadi konsen Nukman masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Beberapa tantangan virtual diantaranya konten negatif, ujaran kebencian, hoaks, dan lainnya.

Perjuangan Nukman

Nukman sangat getol mengkampanyekan bijak bermedia sosial. Di dalamnya termasuk menebar cinta dan damai. Jagad virtual membutuhkan Nukman-Nukman baru yang memiliki dedikasi tinggi terhadap kualitas positif dunia virtual. Keteladanan dan pemikirannya juga layak diaktualisasikan dan dikembangkan para netizen

Nukman pernah mengungkapkan bahwa tidak ada yang tertutup di media sosial. Oleh karena itu, masing-masing metizen harus menjaga postingannya. Beberapa hal dapat diperhatikan supaya kasus-kasus yang ada tidak terulang.

Baca juga : Gotong Royong 4.0 Bersihkan Ujaran Kebencian dan Hoax di Media Sosial

Pertama adalah pikir dulu atau berhati-hati dalam update status. Kedua dengan menjauhi media sosial saat kondisi marah sehingga rentan kehilangan kontrol dalam sesaat. Ketiga, jangan menyebarkan kebencian melalui status orang yang sedang marah.

Dalam akun Twitternya, Nukman pernah menyatakan bahwa media sosial punya dua sisi yaitu baik dan buruk. Media sosial banyak manfaatnya, terutama untuk ekspresi diri. Di sisi lain, media sosial juga bisa berdampak negatif, terutama mengganggu waktu tidur yang bisa merusak produktivitas kita, takut ketinggalan info dan perundungan.

Dalam biografi singkatnya di Twitter, Nukman menyebut bahwa “media sosial itu jendela kecil untuk menafsir siapa kita.” Itulah pesan dari Nukman bagi netizen untuk mendapatkan manfaat sebaik-baiknya dari media sosial.

Bijak Bermedsos

Survei DailySocial (2018) melaporkan Facebook menempati urutan teratas sebagai media sosial sumber informasi warga internet Indonesia pada 2018. Sebanyak 53,25 persen responden mengaku sering menerima hoaks melalui media sosial. Facebook sebagai media sosial utama dalam memperoleh informasi, platform ini tidak heran jadi “sarang” hoaks. Sebanyak 81,25 persen responden sebagai medium utama sebagai sumber hoaks.

Sedangkan 4,48 persen responden mengaku hanya membaca judul. Juga tercatat, 22,39 persen responden bahkan tidak punya niatan untuk membaca konten yang diunggah/dibagikan. Hal ini menyebabkan hoaks berkembang di media sosial.

Nukman pernah menyebut bahwa hari ini masyarakat maya mengalami “banjir informasi.” Informasi kini menjadi barang murah dan mudah didapat. Informasi datang tidak hanya ketika masyarakat membutuhkan, tetapi informasi datang sendiri melalui media sosial.

Hoaks, ujaran kebencian dan sebagainya mesti dilawan. Salah satu pendekatannya adalah dengan strategi lunak yaitu membumikan bijak bermedsos sebagaimana perjuangan Nukman selama ini. Cinta damai mesti ditebar di segala penjuru jagad virtual.

Kampanye membumikan bijak bermedsos mesti masif digencarkan sampai mengalahkan intensitas dan frekuensi konten negatif. Netizen tidak boleh hanya diam melihat hoaks dan ujaran kebencian lalu lalang.

Edukasi menegakkan etika bermedsos mesti digerakkan. Basis komunitas dan segmentasi dapat dijadikan faktor penentu pendekatan yang optimal. Tidak ada salahnya masuk pada ruang pendidikan formal. Berbagai pendekatan penting dilakukan seperti spiritual, hobi, budaya, seni, dan lainnya. Media social mesti dibanjiri konten positif yang bernarasi cinta damai.

RIBUT LUPIYANTO

Deputi Direktur C-PubliCA (Center for Public Capacity Acceleration); Blogger

Recent Posts

Masjid Rasa Kelenteng; Akulturasi Arsitektural Islam dan Tionghoa

Menarik untuk mengamati fenomena keberadaan masjid yang desain arsitekturnya mirip atau malah sama dengan kelenteng.…

2 bulan ago

Jatuh Bangun Konghucu Meraih Pengakuan

Hari Raya Imlek menjadi momentum untuk mendefinisikan kembali relasi harmonis antara umat Muslim dengan masyarakat…

2 bulan ago

Peran yang Tersisihkan : Kontribusi dan Peminggiran Etnis Tionghoa dalam Sejarah

Siapapun sepakat bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia tidak didominasi oleh satu kelompok berdasarkan…

2 bulan ago

Yang Diskriminatif adalah yang Jahiliyah

Islam melarang sikap diskriminasi, hal ini tercermin dalam firman Allah pada ayat ke-13 surat al-Hujurat:…

2 bulan ago

Memahami Makna QS. Al-Hujurat [49] 13, Menghilangkan Pola Pikir Sektarian dalam Kehidupan Berbangsa

Keberagaman merupakan salah satu realitas paling mendasar dalam kehidupan manusia. Allah SWT dengan tegas menyatakan…

3 bulan ago

Ketahanan Pangan dan Ketahanan Ideologi : Pilar Mereduksi Ekstremisme Kekerasan

Dalam visi Presiden Prabowo, ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas utama untuk mewujudkan kemandirian bangsa.…

3 bulan ago