Categories: Kebangsaan

Pahlawan Islam Tidak Menghendaki Negara Islam

Dalam sejarah perebutan kemerdekaan Indonesia dari tangan para penjajah, peran ulama tentu tidak dapat dipungkiri, karena mereka turut serta memperjuangkan kemerdekaan tersebut bahkan hingga turun tangan langsung di medan perang. Mereka berjuang murni untuk kepentingan bangsa, memerdekakan rakyat untuk kehidupan yang lebih baik. Karenanya perjuangan mereka diniatkan khusus untuk kemerdekaan bangsanya, bukan demi kepentingan golongan tertentu.

Ketika penjajah akhirnya berhasil diusir dari bumi pertiwi, para ulama tidak lantas berpangku tangan dan berpuas diri. Mereka turut berperan aktif dalam membangun dasar-dasar negara untuk bangsa yang baru saja lepas dari penjajahan. Tidak seperti yang diduga oleh sebagian orang, para ulama yang turut berjuang di medan perang itu menjadikan keragaman yang ada pada tiap-tiap masyarakat sebagai kekuatan utama dalam membangun Indonesia.

Hal itu ditunjukkan salah satunya dari kesepakatan para pahlawan Islam itu untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Mereka tidak memaksakan Islam sebagai dasar negara, salah satu sebabnya adalah karena pancasila merupakan manifestasi dari ajaran-ajaran utama Islam, yang mengakui ketuhanan yang maha esa, memperjuangkan kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah telah pula mencatat bahwa 9 bulan sebelum kemerdekaan, para ulama melakukan munas yang memutuskan bahwa kelak Indonesia (setelah merdeka) tidak akan berdasarkan Islam. Hal ini kemudian dibuktikan dengan sikap tegas para ulama untuk menyempurnakan Piagam Jakarat dengan Pancasila. Dalam proses penyempurnaan itu mereka sepakat untuk menghilangkan ketentuan tentang “kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Fakta di atas menunjukkan betapa kemerdekaan, persatuan, dan kemajuan bangsa Indonesia selalu menjadi pertimbangan utama para ulama. Secara tidak langsung mereka sedang mengajarkan pentingnya persatuan sebagai modal utama dalam membangun Indonesia. Keberagaman yang ada di Indonesia harus disikapi sebagai sebuah keniscayaan yang sepatutnya selalu disyukuri, karena dari keragaman tersebut negeri ini dapat terus berdiri hingga hari ini.

Para ulama di atas tidak pernah memberi contoh untuk mengoyak Indonesia dengan memerangi sesama, karena bagi mereka persatuan Indonesia lebih utama. Mereka juga tidak pernah mengajarkan untuk berlaku semena-mena, meski di negeri ini umat Islam tersebar dimana-mana.

Semangat dan sikap bijak para ulama di atas harus menjadi acuan bagi kita semua sebagai dalam mengisi kemerdekaan di negeri ini, yakni dengan lebih mengedepankan persatuan dibanding kepentingan golongan. Kemerdekaan yang telah direbut para pahlawan di masa lalu harus selalu dijaga dan dilanjutkan, salah satunya dengan tidak lagi menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk berbuat kerusakan. Karena justru dari beragam perbedaan itu, Indonesia tumbuh sebagai bangsa yang kuat dan maju.

.

This post was last modified on 4 Desember 2015 10:57 AM

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

1 hari ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

1 hari ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

1 hari ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago