Categories: Kebangsaan

Pancasila Dirawat, NKRI tidak akan Darurat

Kenapa kelompok radikal baru bernama ISIS mudah dan cepat berkembang di Timur Tengah? Memang, kondisi sosial dan politik di Timur Tengah yang tidak kondusif menjadi ladang subur bagi tumbuhnya gerakan radikal tersebut. Tetapi, yang lebih utama dari akar persoalan tersebut adalah lemahnya atau bahkan hilangnya spekrum nilai berbangsa dan bernegara (nation-state) di beberapa negara yang dilanda konflik. Negara-negara demikian terancam menjadi negara yang gagal (failed state).

Pudarnya identitas bersama dalam suatu negara menyebabkan munculnya sekteranisme dan primordialisme yang semakin menguat. Idenitas bersama sebagai perekat sosial telah mulai pudar, munculnya sektarianisme yang lebih kuat akan menjadi cermin ancaman baru dalam suatu negara.

Kita bisa belajar dari kasus runtuhnya Uni Sovyet yang gagal dalam menggalang beberapa negara dalam satu ideologi yang sama. Dalam kasus Suriah dan Irak masyarakat setempat telah kehilangan identitas untuk mengidentifikasi dan memiliki afiliasi diri sebagai bangsa Irak atau Suriah dan lebih memilih pada sudut sekteranisme masing-masing. Masyarakat Suriah dan Irak tidak lagi bangga dengan identitas nasionalnya sehingga mudah tercabik dengan isu sekteranisme sunni-syiah. Dalam kondisi rentan itulah kelompok separatis yang mengatasnamakan agama seperti ISIS mudah mencabik persatuan dalam satu negara.

Beberapa fakta di atas sepatutnya menjadi bahan perenungan penting bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah bangsa ini telah tuntas. Sudah tidak ada ruang perdebatan lagi, meskipun ruang diskusi tetap terbuka untuk mendialogkan praktek dan implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai ijitihad para pendiri bangsa ini. Mereka telah dengan serius merumuskan konsep ideologi negara yang sesuai dengan latar belakang agama, keilmuan, budaya dan keragaman bangsa. Akhirnya bisa dikatakan Pancasila tidak hanya sebagai Konsensus Nasional tetapi perekat identitas bangsa. Selama setengah abad ini Pancasila terbukti ampuh dalam menyatukan berbagai perbedaan suku, budaya, bangsa, agama dan kepercayaan di negara ini.

Anehnya, akhir-akhir ini tidak sedikit orang yang mencoba menggerogoti pilar penting bangsa ini. Dengan sembunyi-sembunyi tetapi lantang mereka meneriakkan Pancasila dan NKRI sebagai kafir. Orang baru ini seolah datang membawa obat baru yang sebenarnya bukan hal baru sama sekali, tetapi justru hanya membawa penyakit baru. Tawaran mereka hanyalah menghidupkan kembali kenangan lama yang sebenarnya telah selesai dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini.

Cara mereka menghadirkan ideologi tandingan Pancasila juga tidak mencerminkan budaya bangsa. Mereka gampang menghujat, mencaci maki, menebar kebencian dan fitnah. Metode propaganda seperti ini selain tidak mencerminkan budaya bangsa, juga sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama mananpun. Mereka hanyalah kelompok kecil yang sedang membuat riak-riak dalam samudera kehidupan bangsa. Namun, jika tidak ada tindakan tegas negara, bukan tidak mungkin riak tersebut berubah menjadi gelombang yang menyapu persatuan bangsa.

Fenomena kelompok radikal terorisme dengan mengusung ideologi kekerasan sebenarnya tidak hanya merongrong ideologi Pancasila, tetapi tujuan akhirnya untuk merusak persatuan bangsa. Jika Pancasila sebagai ideologi dan identitas nasional mulai diragukan, masyarakat lambat laun akan mudah dicerai-beraikan seperti kasus negara-negara penuh konflik di Timur Tengah. Kita harusnya banyak belajar dari negara-negara tersebut yang tidak berhasil melewati masa transisi dengan damai. Cara menghancurkan bangsa ini adalah dengan memulai merongrong ideologi dan merusak keyakinan masyarakat terhadap identitas nasional.

Pancasila adalah maha karya para pendiri bangsa yang lahir dari ramuan identitas keragaman anak bangsa. Pancasila bersumber dari nilai keimanan dan keagamaan, nilai sosial dan budaya, serta cita-cita luhur politik bangsa ini. Banyak negara lain kagum dengan Pancasila sebagai perekat jutaan aneka ragam perbedaan di nusantara. Pancasila dan identitas nasional inilah yang selama ini menjadi benteng memuluskan berbagai cobaan pada saat terjadi transisi politik di dalam negeri, sehingga melaju tanpa adanya kekerasan sebagaimana negara lain.

Pantaskah kita meragukan dan melupakan identitas bersama ini? Haruskah kita membiarkan kelompok yang terus merongrong ideologi bangsa ini? Pancasila harus selalu dirawat dan ditanamkan dalam benak, hati, dan tindakan generasi muda saat ini. Pancasila merupakan warisan agung yang harus didengungkan dan dipraktekkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

This post was last modified on 2 Maret 2016 3:32 PM

Abdul Malik

Redaktur pelaksana Pusat Media Damai BNPT

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

16 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

16 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

16 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago