Narasi

Pancasila Itu Islami Sekali!

Islam wajib menerima Pancasila dan haram hukumnya bila menolak. Sila pertama itu setara dengan doktrin tauhid dan (ayat) Qul Huwallahu Ahad

KH R. As’ad Syamsul Arifin

Kalimat yang diungkapkan KH. R. As’ad Syamsul Arifin tersebut membuktikan bahwa Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. Kiai As’ad adalah santri kesayangan Kiai Kholil Bangkalan dan juga santrinya Kiai Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama. Ketika menyatakan bahwa Pancasila sesuai dengan Islam, tentu hal itu sudah melalui proses pemikiran yang panjang. Bukan hanya sehari dua hari. Artinya, jika saja seorang kiai yang dikenal alim di zamannya seperti Kiai As’ad menegaskan Pancasila tidak bertentangan dengan Islam, lantas mengapa masih ada yang mempertentangkan Pancasila dan Islam?

Pancasila adalah warisan berharga yang dimiliki bangsa Indonesia. Pancasila dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika, berbeda tapi tetap satu juga merupakan formula yang ampuh menyatukan bangsa Indonesia yang majemuk. Tanpa Pancasila, niscaya ribuan suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke akan sering kali bertikai dan berselisih.

Sebagai ideologi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Pancasila sudah seusai dengan ajaran Islam. Bisa dikatakan Pancasila sangat Islam karena merupakan pengejawantahan ayat-ayat dalam al-Qur’an. Hari ini, muncul kelompok-kelompok yang menghukumi bahwa Pancasila adalah Thagut dan Indonesia negara kafir karena menurut mereka tidak sesuai dengan Islam. Kelompok-kelompok inilah yang selalu membuat gaduh negara Indonesia dengan menciptakan teror-teror atas nama agama. Mereka merasa Pancasila tidak sesuai dengan Islam, padahal jika mau sedikit berkaca pada ayat-ayat al-Qur’an maka Pancasila sudah sangat Islami sekali.

Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa  sesuai dengan ayat pertama dari Surat al-Ikhlash yang berarti, Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Sila Kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab sesuai dengan QS. Al-Maidah ayat 8 yang memiliki arti “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Sila Ketiga, Persatuan Indonesia, termaktub dalam QS. Ali Imran ayat 103 yang berbunyi “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.

Sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan sesuai sekali dengan QS. Asy-Syuara’ ayat 38 yang berarti “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.

Sila terakhir, yakni Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sangat sesuai dengan QS. An-Nahl ayat 90 yang memiliki arti “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Itulah ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian diterjemahkan ke dalam lima sila dalam Pancasila. Jika hari ini muncul kelompok yang begitu ngotot ingin mengganti Pancasila, maka kita juga harus semakin getol membela Pancasila. Sebab, Pancasila adalah ideologi dan dasar negara yang pas untuk Indonesia yang memiliki ribuan suku. Dengan Pancasila, persatuan dan kesatuan antar sesama anak bangsa bisa terwujud. Sekali Pancasila, tetap Pancasila!

Nur Rokhim

Alumnus Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga. Aktif di Lembaga Ta’lif wa Nasyr (LTN) NU DIY.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago