Narasi

Pasca Pemilu 2019 : Mewujudkan Kerukunan dalam Persaudaraan Berbangsa

Tepat pada tanggal 17 April 2019, Indonesia telah melakukan Pemilihan umum Presiden, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, DPRD Kab/Kota, yang sejatinya akan menjadi penentu gerak laju Indonesia ke depannya. Pada momen inilah seharusnya kita saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Karena ini menjadi bentuk solidaritas yang kuat kepada dunia, bahwa Indonesia damai dan mendamaikan. Dengan perilaku yang demikian tidak menutup kemungkinan akan bisa terwujud perdamaian yang sebenarnya. Pun, tentu akan terciptanya pemimpin yang amanah dan baik dalam menata negara juga sesuai dengan pilihan masyarakat.

Sejalan dengan itu,  momen ini juga dijadikan sebagai arus untuk menuju Indonesia yang berkedaulatan. Di mana kita harus saling mengedepankan sikap saling menghargai akan kemenangan dan kekalahan bakal calon presiden yang diusung. Dana salah sat solusi yang tepat kita sebagai masyarakat Indonesia harus serentak untuk memberikan aspirasi kita untuk mendukung yang benar sesuai dengan misi dan ide yang dibawakan bakal calon tersebut.

Berkaca pada sejarah, politik memang memiliki arus yang sangat berpengaruh dalam proses membangun Indonesia menjadi jaya. Itulah mengapa politik sampai saat ini, tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan setiap orang. Karena berangkat dari politik inilah, Indonesia akan terjaga dengan baik dan aman. Di sisi lain, hal ini dikarenakan saat ini Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang jujur. Sehingga bisa memimpin masyarakat dengan amanah dan penuh keikhlasan yang benar-benar dari lubuk hatinya. Itulah mengapa, kali ini suara kita sangat penting. Inilah yang akan menjadi nilai tambah, dalam mewujudkan Indonesia yang damai dan sejahtera.

Baca juga : Merawat Pancasila, Meruntuhkan Nasionalisme “Tribal”

Untuk itu, marilah kita mewujudkan kerukunan pasca pemilu. Jangan ada diskriminasi, saling membeda-bedakan ataupun menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya. Bersaing secara sehat akan membuat kita mengerti bagaimana menghargai orang lain dan bagaimana menyayangi orang-orang yang ada di sekitar kita. Mari kita berpegang tangan, untuk saling membahu dalam mewujudkan politik yang damai.

Bersama mewujudkan Indonesia Damai

Indonesia terlahir dengan adanya berbagai perbedaan ras, suku, dan kebudayaannya yang berbeda-beda. Namun, perbedaan inilah yang kemudian menjadikan kita mengerti bagaimana perbedaan adalah  untuk kemajuan Indonesia yang bersahaja dan merakyat. Sebab dari situ seseorang bisa hidup berdampingan dan saling tutur sapa, mementaskan seni dan kebudayaan yang dimilikinya masing-masing. Hingga setiap orang yang menduduki bumi Indonesia ini bisa saling mencintai dan saling mengasihi.

 Inilah yang seharusnya menjadi rujukan untuk pemimpin baru. Bahwa perbedaan yang menyatukan bangsa ini dan membebaskan dari belenggu penjajah. Maka, dari pemilu ini jangan pernah ada perpecahan, agar Indonesia terlihat dengan kedamaiannya.  Begitu juga dengan moment pasca Pemilu sekarang ini, masyarakat harus saling mendorong untuk mendukung mereka yang terpilih, agar amanah dan jujur dari hati nuraninya. Sebab, berangkat dari itulah Indonesia akan mengalami kemajuan. Itulah mengapa, aspirasi rakyat sangat berguna dalam hal ini. Karena kecerdasan dan dukungan rakyat menjadi semangat tersendiri bagi yang terpilih tersebut.

Untuk itu, sudah seharusnya kita bersama-bersama mewujudkan politik yang damai. Dengan mengajak masyarakat untuk memberikan semangat ataupun motivasi bagi mereka yang terpilih, untuk membangun Indonesia. Mengajak seluruh jajaran orang-orang untuk bersama menuju gerbang  yang damai, hingga melahirkan orang-orang yang jujur dan bisa memimpin Indonesia ke depannya.

Sesuai dengan pepatah orang tua dahulu, kejujuran hanya akan kembali pada dirinya sendiri. Dan, kita sebagai manusia harus bisa menjadi insan yang jujur, agar kita juga selalu mendapatkan kejujuran dari orang lain. Karena sejatinya semua akan kembali pada dirinya masing-masing. Dan pemimpin sekarang ini, akan menjadi harapan masyarakat Indonesia ke depannya.

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

View Comments

Recent Posts

Apakah Ada Hadis yang Menyuruh Umat Muslim “Bunuh Diri”?

Jawabannya ada. Tetapi saya akan berikan konteks terlebih dahulu. Saya tergelitik oleh sebuah perdebatan liar…

15 jam ago

Persekusi Non-Muslim: Cerminan Sikap Memusuhi Nabi

Belum kering ingatan kita tentang kejadian pembubaran dengan kekerasan terhadap retreat pelajar di Sukabumi, beberapa…

15 jam ago

Tabayun, Disinformasi, dan Konsep Bom Bunuh Diri sebagai Doktrin Mati Syahid

Dalam era digital yang serba cepat dan terbuka ini, arus informasi mengalir begitu deras, baik…

15 jam ago

Amaliyah Istisyhad dan Bom Bunuh Diri: Membedah Konsep dan Konteksnya

Kekerasan atas nama agama, khususnya dalam bentuk bom bunuh diri, telah menjadi momok global yang…

15 jam ago

Alarm dari Pemalang dan Penyakit Kronis “Kerukunan Simbolik”

Bentrokan yang pecah di Pemalang antara massa Rizieq Shihab (“FPI”) dan aliansi PWI LS lalu…

2 hari ago

Pembubaran Pengajaran Agama dan Doa di Padang: Salah Paham atau Paham yang Salah?

“hancurkan semua, hancurkan semua, hancurkan semua”. Begitulah suara menggelegar besautan antara satu dengan lainnya. Di…

2 hari ago