Narasi

Pendidikan Karakter Ala Gus Dur: Menjawab Modernisasi Bangsa

Pada sebuah perkuliahan teori psikologi klasik dan kontemporer, penulis mempresentasikan pemikiran pendidikan Islam KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab yang disapa Gus Dur. Ada pertanyaan yang menarik yang diajukan oleh teman, kenapa harus pemikiran Gus Dur? Selain penulis bergiat di jaringan Gusdurian semenjak tahun 2013, ada alasan yang signifikan kenapa pemikiran Gus Dur yang saya ajukan.

Gus Dur, bagi penulis menegaskan paradigma pendidikan yang lebih luas, terutama pendidikan Islam. Kita sering mengenalnya pendidikan formal dan informal. Dua kategori itu bagi penulis masih terlalu sempit untuk dipahami sebagai sebuah pendidikan. Apalagi kalau dijadikan tumpuan pembentukan karakter peserta didik, walaupun penulis sendiri meragukan pendidikan karakter yang ada di lembaga formal.

Persepsi kita terhadap pendidikan adalah yang tertuang dalam lembaga formal yang berupa madrasah atau sekolah lainnya. Bahkan kita melupakan kenyataan bahwa pendidikan terlaksana di masyarakat, namun kurang mendapatkan perhatian. Pendidikan juga masih kurang menjawab tantangan modernisasi atau menjawab tantangan problematika masyarakat.

Pendidikan yang hanya mengutamakan ajaran-ajaran formal tanpa memerhatikan kenyataan sosial, bisa jadi akan menimbulkan cara bersikap yang eksklusif. Produk pendidikan tidak menjawab tantangan yang ada di masyarakat, melainkan mengikuti pasar. Misalnya dalam pendidikan agama, akan menimbulkan cara beragama yang eksklusif, membuat pemeluknya menutup diri dari perbedaan. Perbedaan cara mengekspresikan keberagamaan, apalagi perbedaan keyakinan akan dianggap permasalahan krusial baginya. Sikap semacam itu akan mengancam keberagaman yang dibangun oleh para pendahulu kita. Bhinneka Tunggal Ika akan hanya menjadi simbol belaka apabila cara beragama yang eksklusif semakin merebak.

Pendidikan Islam dan Tantangan Modernisasi

Dalam tulisannya “Pendidikan Islam Harus Beragam” Gus Dur ingin menyadarkan kita bahwa pendidikan Islam bukan hanya yang ada di tembok sekolah formal. Kenyataan yang ada di masyarakat pendidikan Islam sangat beragam. Sebenarnya pendidikan sangat banyak dijalankan di masyarakat, bahkan berserak-serak di seluruh dunia.

Baca juga : Meneguhkan Pendidikan Islam Nusantara Anti Radikalisme

Bagi Gus Dur, pendidikan Islam tidak hanya disampaikan dalam ajaran-ajaran formal Islam di sekolah-sekolah agama atau madrasah belaka, melainkan juga melalui sekolah-sekolah non agama yang berserak-serak di seluruh penjuru dunia. Ia juga menyatakan bahwa, tentu saja kenyataan seperti itu tidak dapat diabaikan di dalam penyelenggaraan pendidikan Islam di negeri manapun. “Hal ini yang harus diterima sebagai kenyataan hidup kaum muslimin di mana-mana adalah respon umat Islam terhadap tantangan modernisasi. Tantangan seperti pengentasan kemiskinan, pelestarian lingkungan hidup, dan sebagainya, adalah respon yang tak kalah bermanfaatnya bagi pendidikan Islam, yang perlu kita renungkan secara mendalam,” kata Gus Dur.

Gus Dur berusaha membuka kenyataan bahwa pendidikan Islam tersebar di masyarakat, sesuai dengan kawasannya masing-masing. Seharusnya yang diperhatikan bukan hanya pendidikan Islam yang ada di sekolah formal saja, melainkan juga pendidikan yang telah lama dijalankan oleh masyarakat. Gagasan Gus Dur tersebut memuat nilai pembebasan, yaitu ingin mendobrak paradigma umum masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan Islam hanya terbatas di dalam madrasah dan sekolah formal.

Gus Dur juga berusaha ingin mewujudkan nilai pembebasan bahwa pendidikan Islam bukan hanya sebatas mengajarkan ajaran formal Islam, melainkan menjawab tantangan pengentasan kemiskinan, pelestarian lingkungan hidup dan lain sebagainya. Gagasan ini sebenarnya tidak jauh dengan gagasan keislaman Gus Dur tentang universalisme dan kosmopolitanisme Islam.

Pendidikan Islam bagi Gus Dur harus sanggup “meluruskan” responsi terhadap modernisasi itu. Namun, bagi Gus Dur kesadaran kepada hal itu justru belum ada dalam pendidikan Islam di mana-mana. Untuk membuat kesadaran struktural sebagai bagian narutal dari perkembangan pendidikan Islam, Gus Dur menawarkan untuk menyimak perkembangan pendidikan Islam di berbagai tempat. Selain itu, membuat peta yang jelas tentang konfigurasi pendidikan Islam itu sendiri. Hal demikian bagi Gus Dur merupakan pekerjaan rumah, yang mau tidak mau harus ditangani dengan baik.

Bagaimana letak pendidikan karakter? Pendidikan karakter bagi penulis tidak untuk mengungkung peserta didik agar tidak berbuat amoral dan kekerasan, melainkan mewadahi peserta didik untuk mengekspresikan bakat dan minatnya melalui berbagai lembaga dan komunitas. Pemikiran Gus Dur tentang pendidikan Islam tersebut, menarik untuk dikaji. Pendidikan karakter tidak bisa hanya dibentuk melalui lembaga formal, melainkan melalui berbagai macam elemen. Misalnya ketika dalam pendidikan Islam, pengajian, shalawatan, arisan adalah pendidikan Islam yang berkembang di masyarakat. Kita harus menyadari hal itu, dan memusatkan perhatian untuk pendidikan non formal untuk membangun karakter generasi muda.

Nur Sholikhin

Penulis adalah alumni Fakultas Ilmu Pendidikan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini sedang aktif di Majalah Bangkit PW NU DIY.

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

17 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

17 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

17 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

17 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago