Narasi

Pendidikan Perdamaian Generasi Milenial di Media Maya

Kita bangga, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 21 September sebagai International Day of Peace (Hari Perdamaian Internasional). Hari yang juga akrab disebut Hari Perdamaian Dunia ataupun Hari Perdamaian seDunia (World Peace Day) ini didedikasikan untuk perdamaian dunia terutama untuk mengakhiri perang dan kekerasan.

Perdamaian, dalam Islam, merupakan sebuah ajaran yang bahkan difirmankan oleh Allah SWT. Di dalam al-Qur’an, Ia berfirman:

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian diantara manusia.” (Qs. an-Nisâ [4]: 114).

Bahkan, di dalam surat yang lain, Allah SWT menyuruh manusia untuk mendamaikan yang sudah berperang. Allah SWT berfirman:

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya.” (QS. al-Hujurât [49]: 9).

Namun demikian, perdamaian tidak saja dapat dilakukan begitu saja. Karena, dalam mengupayakan perdamaian selalu mendapat pertentangan dari setan. Ia selalu berusaha mengadu domba umat manusia sehingga tidak ada perdamaian antara satu orang/kelompok dengan yang lainnya. Ia menghendaki adanya kerusakan dan perpecahan. Nabi Muhammad SAW berpesan:

“Sesungguhnya syaitan telah putus asa dari (mendapatkan) penyembahan dari orang-orang yang shalat di jazirah arab, akan tetapi dia akan selalu mengadu domba di antara mereka.” (HR. Muslim).

Bermula dari sinilah, kita sebagai umat muslim tidak saja bangga dan bahagia dengan adanya Hari Perdamaian Internasional yang diperingati setiap tanggal 21 September. Lebih dari itu, kita mesti berusaha secara sadar dan maksimal akan tercapainya perdamaian dunia. Kita mesti sadar bahwa upaya ini tidak mudah karena setan selalu berusaha menghalang-halanginya dengan cara mengadu domba.

Media maya merupakan perkara baru yang mutakhir sangat sering dipergunakan untuk menyemai pertikaian dan perpecahan. Di sana, adu domba yang dilakukan oleh para “wakil setan” selalu digencarkan. Fitnah dan berita hoax menjadi suguhan lumrah yang secara tidak sadar mampu mempengaruhi tindakan para pengguna media maya untuk selalu memusuhi teman berselancarnya.

Dalam pada itulah, upaya penanggulangan akan adanya berita berkonten negatif ini meski terus diperhatikan. Pendidikan perdamaian meski terus dipupuk kepada para pengguna media maya. Lebih lebih kepada para pengguna generasi milenial. Mereka adalah pengguna terbanyak dan banyak yang masih labil pula.

Kondisi labil bagi para pengguna media maya akan sangat rentan dengan adanya virus perpecahan karena tindak adu domba oleh kelompok tidak bertanggung jawab. Mereka mengonsumsi konten media maya tanpa adanya filter. Mereka meyakini akan selalu membenarkan kabar yang terlihat positif. Mereka tidak sadar bahwa dalam kabar tersebut sering kali hanyalah kamuflase. Dan ini merupakan hal yang wajar karena kabar tersebut sering kali dibumbui dengan dalil-dalil yang memperkuatnya.

Dengan adanya kondisi semacam ini, para generasi muda pengguna media maya mesti mendapatkan “pendidikan” akan konten media yang beragam. Mereka harus mengetahui bahwa media maya memiliki ragam konten yang jelas positif, jelas negatif, serta abu-abu. Khusus yang abu-abu ini, mereka mesti mendapat pelajaran lebih lanjut, sehingga mereka tidak mudah terbuai oleh tampilan muka. Mereka mesti mengetahui partinya, apakakah kabar tersebut positif ataukah negatif sebelum memilih untuk “mengikuti” atau “menolak”nya.

Jika para generasi muda pengguna media maya sudah mampu memilah dan memilih, maka tahapan selanjutnya adalah berusaha memupuk konten positif pada dirinya. Selain itu, berusaha menghindar dari konten negatif yang ada. Dengan begitu, diharapkan pendidikan perdamaian di dunia maya dapat tercapai.

Wallahu a’lam.

This post was last modified on 21 September 2018 12:41 PM

Anton Prasetyo

Pengurus Lajnah Ta'lif Wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan aktif mengajar di Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

3 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago