Narasi

People Power; Benarkah Melawan Penguasa yang Sah Adalah Jihad?

Belakangan ini nama Amien Rais menjadi sorotan publik. Hal itu karena salah satu pendiri Partai Ummat itu santer menggulirkan wacana pelengseran Presiden Jokowi melalui gerakan people power. Tak main-main, baru-baru ini bahkan ia mengatakan bahwa teks adzan: hayya alas sholah bisa diganti dengan hayya alal jihad di setiap kali mengundangkan adzan. Bagi Amien Rais, melengserkan Presiden Jokowi adalah bagian dari jihad agama.

Amien Rais memang memiliki jejak sejarah dalam sejumlah pemkzulan atau pelengseran sejumlah Presiden. Seperti Presiden Soeharto dan Presiden Abdurrahman Wahid. Namun, dari sekian gerakan melibatkan yang Amien Rais, hanya satu pemkzulan Presiden yang dapat kita terima, yakni pemkzulan Presiden Soeharto. Sementara keterlibatannya yang lain, dalam pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), misalnya, sangat di tidak bisa kita terima. Sebab, alih-alih karena kepentingan bangsa, Amien Rais justru menggunakan instrumen pemakzulan untuk memuaskan hasrat dan kepentingan politiknya semata.

Dalam pemakzulan Presiden Gus Dur, misalnya, kentara sekali bahwa saat itu Amien Rais memotori pemakzulan Gus Dur hanya karena kepentingan politiknya tak dilayani. Oleh Gus Dur, apa yang ia mau tak diladeni. Sehingga, melalui berbagai cara dan siasat, akhirnya ia pun melengserkan Gus Dur. Salah satu siasat andalannya adalah, people power. Yakni gerakan massal untuk menimbulkan kekacauan dan tekanan politik kepada Presiden yang sah untuk mundur dari jabatannya. Dalam wacana pelengseran Presiden Jokowi, inilah yang kembali digemakan oleh Amien Rais. Selain mempolitisir narasi-narasi jihad pula tentunya.

Tidak Menyelesaikan Masalah. Justru Menambah Masalah

Jika dalam benak Amien Rais memakzulkan Presiden Jokowi hal itu akan menyelesaikan masalah, maka dalam hal ini Amien Rais tentu salah besar. Sebab, jangankan menyelesaikan masalah, memakzulkan Presiden yang sah justru hanya akan menciptakan masalah baru krisis politik. Terlebih, Presiden yang hendak dimakzulkan ada presiden sah, tidak terbukti melakukan pelanggaran hukum dan tidak pula dijatuhi hukuman pidana yang berkekuatan tetap oleh pengadilan. Karena itu, adalah salah besar jika menganggap memakzulkan Presiden yang sah adalah jalan ke luar untuk menyelesaikan masalah.

Dan, juga sangat salah besar (sesat) bila gerakan pemakzulan itu dikaitkan dengan jihad dalam beragama. Agama dan politik memang tidak bisa dipisahkan. Dalam pemilihan politik Islam, perjuangan dalam politik memang merupakan bagian dari ibadah. Akan tetapi, tidak semua tindakan politik itu bisa dikatakan sebagai bagian dari perjuangan agama tanpa alasan dan pijakan yang kuat. Jika tindakan politik itu dilakukan atas dasar kebencian politik, maka hal itu tidak bisa dikatakan sebagai bagian dari ibadah dalam politik yang diperbolehkan. Sebaliknya, hal itu adalah bentuk kemungkaran dan makar yang dilarang keras oleh Islam.

Dalam Islam, istilah jihad memiliki arti khusus berupa memperjuangkan agama atau berjuang di jalan agama. Karena itu, tidak semua gerakan politik bisa dikatakan sebagai jihad jika hal itu hanya memuat kepentingan politik praktis semata. Amien Rais mestinya menyadari semua itu. Bahwa jihad tak sesederhana yang dibicarakannya. Bukan justru mempolitisasi agama, dan memprovokasi umat dengan narasi-narasi agama yang sesat dan tidak tepat.

Memprovokasi umat dengan narasi-narasi agama semacam itu sejurus kemudian hanya akan menimbulkan kekacauan dan kekisruhan politik. Karena itu, hal itu sebaiknya dihindari. Jangan hanya karena kepentingan politik praktis, lalu kita dengan mudahnya membawa-bawa agama untuk memuluskan agenda politik kita. Hak politik mesti diperjuangkan dengan cara-cara yang benar, tidak provokatif dan penuh kebencian.

This post was last modified on 22 Juni 2023 1:58 PM

Rusdiyono

Recent Posts

Apakah Dakwah Apologetik adalah Budaya Kita?

Harmoni lintas iman yang sudah berakar di Indonesia kerap diganggu oleh dakwah apologetik yang orientasinya…

60 menit ago

Dakwah Sufistik ala Nusantara; Menggali Esoterisme, Membendung Ideologi Transnasionalisme

Jika kita melacak fakta sejarah, tampak jelas bahwa penyebaran Islam di Nusantara periode awal itu…

1 jam ago

Peran Ulama Lokal dalam Merawat Syiar Islam Nusantara di Era Dakwah Transnasional

Indonesia, sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, memiliki keragaman budaya dan tradisi yang…

1 jam ago

Belajar dari Viral Pacu Jalur: Dakwah Lokal dan Kreativitas Budaya

Viralnya festival Pacu Jalur di Riau baru-baru ini bukan hanya membanggakan dalam konteks kebudayaan, tetapi juga menyimpan…

24 jam ago

Alarm Kearifan Nusantara: Pulang, Sebelum Terasing di Rumah Sendiri

Di tengah riuh rendahnya panggung digital, sebuah paradoks ganjil tengah melanda bangsa ini. Secara fisik,…

1 hari ago

15 Tahun BNPT: Siap Jaga Indonesia

Tahun 2025 menandai usia ke-15 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai sebuah lembaga strategis penanggulangan terorisme…

1 hari ago