Keagamaan

Perempuan Hijrah dari Radikalisme

Hijrah sampai detik ini tengah menjadi trend, utamanya di kalangan perempuan muslimah. Hijrah adalah sebuah proses dari keburukan menjadi lebih baik. Sebagaimana, perempuan perlu hijrah dari virus radikalisme.

Sebab, hijrah bukan sekadar penampilannya yang berubah. Melainkan, pola pikir, sikap dan segala perilaku yang mengandung keburukan harus ditinggalkan. Seperti virus radikalisme adalah keburukan yang harus ditinggalkan.

Hijrah dari radikalisme adalah trend yang harus dibangun oleh para perempuan. Anak-anaknya diajak untuk hijrah dari segala kembang-api radikalisme seperti kekerasan, anarkisme dan egoisme. Perempuan harus menjadi pahlawan yang menggerakkan hijrah dari radikalisme.

Hijrah Bukan Sekadar Penampilan

Hijrah secara subtansial, adalah sebuah perubahan dari diri kita atas segala yang tidak baik untuk pindah ke dalam kebaikan. Jelas, ajaran radikalisme merupakan keburukan yang sebetulnya perlu dhijrahkan.

Hijrah sekali lagi Saya tegaskan, bahwa ini bukan hanya tentang perkara penampilan. Niatan hijrah kita bukan hanya sekadar mempersiapkan pakaian memikirkan penampilan semata. Melainkan mempersiapkan mental, pikiran dan tindakan untuk menjauhi segala kemudharatan.

Jadi, sangat keliru jika pemaknaan hijrah hanya sebatas pakaian semata lalu bersifat eksklusif dan merasa paling benar dibanding yang lainnya. Maka kenyataan yang semacam ini sebetulnya menjadi polemik khusus untuk kita perbaiki. Karena, di satu sisi kalangan perempuan hanya menjadikan gerakan hijrah untuk berubah menjadi lebih baik hanya berfokus pada penampilan.

Lalu, lupa bagaimana cara mengubah pola-pikir yang kadang egois dan penuh intolerant. Serta lalai terhadap kebiasaan buruk yang tampak “sepele” namun berdampak buruk terhadap yang lain.

Sebab, hijrah tentang cara seseorang mengubah/membangun pribadi yang baik. Hijrah tentang tindakan kita yang bisa meninggalkan keburukan. Hijrah kita adalah berhenti melakukan kekerasan, kezhaliman dan merusak tatanan. Ini adalah kunci hijrah yang harus diperjuangkan oleh perempuan masa kini.

Perempuan harus menjadi pahlawan bagi keluarga untuk mengajak anak-anak dan seluruh keluarganya. Untuk hijrah, yaitu bersama hijrah dari virus radikalisme. Yaitu dengan meninggalkan sikap-sikap yang sering-kali kita adopsi tanpa disadari.

Misalnya, perempuan harus menghijrahkan anak-anaknya agar membuang sikap angkuh dan merasa ingin dipuji. Yaitu menghijrahkan anak-anak dari sikap kekerasan menjadi kasih-sayang. Dari perpecahan menjadi perdamaian. Dari permusuhan menjadi kebersamaan.

Semua tentang hijrah adalah tentang perilaku baik dan akan membawa dampak maslahat. Sebab, dalam bentang sejarah hijrahnya Nabi Muhammad SAW sejatinya membawa sebuah ajaran yaitu ibadah Shalat yang memiliki fungsi menjauhi kita dari segala kemudharatan.

Maka, hijrah dalam konteks menjauhi segala kemudharatan radikalisme adalah bagian dari entitas hijrah sejati. Maka, para perempuan masa kini harus menyadari akan hal tersebut. Dengan menanam sebuah prinsip untuk hijrah dari segala ideologi radikal dan akar-rumput yang mengitarinya.

Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa hijrahnya perempuan bukan sekadar cara mengubah penampilannya saja. Tetapi, hijrah yang benar-benar berpindah dari alam gelap kejahatan radikalisme menuju terang perdamaian.            

Perempuan harus menjadi agen hijrah menjaga keluarga dan keutuhan bangsa. Yaitu menggerakkan hijrah melawan virus radikalisme. Karena pada hakikatnya, hijrah tentang cara kita mengubah kepribadian agar menjadi lebih baik. Bukan sekadar penampilannya yang baik.

This post was last modified on 10 Maret 2023 1:01 PM

Fathur Rohman

Photographer dan Wartawan di Arena UIN-SUKA Yogyakarta

Recent Posts

Jihad Santri; Mengafirmasi Kritisisme, Membongkar Fanatisme

Hari Santri Nasional tahun ini diperingati di tengah kontroversi seputar tayangan Xpose Uncencored Trans7 yang…

20 jam ago

Diplomasi Santri di Kancah Global; Dari Komite Hijaz, Isu Palestina, ke Kampanye Islam Moderat

Santri kerap diidentikkan dengan kelompok muslim tradisional yang kuno, kolot, bahkan ortodoks. Santri juga kerap…

20 jam ago

Santri Sebagai Rausyanfikr; Transformasi dari Nalar Nasionalisme ke Internasionalisme

Kaum santri barangkali adalah kelompok yang paling tepat untuk menyandang gelar Rausyanfikr. Istilah Rausyanfikr dipopulerkan…

20 jam ago

Pesantren, Moderasi, dan Sindikat Pembunuhan Jati Diri

Dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga penjaga moralitas dan peradaban. Dari masa perjuangan…

4 hari ago

Dari Khilafah ke Psywar; Pergeseran Propaganda ISIS yang Harus Diwaspadai

Gelombang propaganda kelompok teror ISIS tampaknya belum benar-benar surut. Meski kekuasaan teritorial mereka di Suriah…

4 hari ago

Framing Jahat Media terhdap Pesantren : Upaya Adu Domba dan Melemahkan Karakter Islam Nusantara

Islam di Indonesia, yang sering kali disebut sebagai Islam Nusantara, memiliki ciri khas yang sangat…

4 hari ago