Narasi

Pill Pesenggiri: Melawan Radikalisme, Mengukuhkan Perdamaian

Paham radikal terorisme yang kini sedang menggerogoti jantung perdamaian Indonesia, sejatinya bukanlah falsafah atau ideologi hidup bangsa Indonesia. Paham ini hanyalah tamu atau numpang hidup di Indonesia. Sebagai tamu, seharusnya orang yang membawa paham ini tau diri dan mengerti akan posisinya. Untung saja bangsa Indonesia cepat sadar bahwa ada tamu yang tidak tau diri menggerogoti jantung kerukunan antar sesama masyarakat.

Kesadaran bangsa Indonesia ini menuntunnya untuk menguak lebih jauh lagi mengenai paham radikal terorisme ini. Ternyata paham radikal terorisme ini memiliki agenda yang sangat besar untuk memporak-porandakan entitas kesatuan bangsa Indonesia. Segala faktor yang ada di dunia ini mereka gunakan untuk melancarkan aksinya, mulai dari agama, psikologis, politik, ekonomi dan lainnya.

Kita sebagai bangsa Indonesia, tentu tidak rela jika ada tamu datang yang sudah diberi ruang tapi ternyata meminta jantung perdamaian yang sangat berharga. Dalam hal ini, kita harus melawannya dengan bijak. Kita melawan bukan berarti tidak peka atau tidak hormat dengan tamu-tamu yang ada, tetapi kita melawan untuk melindungi keutuhan bangsa Indonesia dari hal-hal yang bisa memecah belah bangsa.

Kita perlu waspada dengan adanya paham radikal terorisme yang sedang mempersiapkan perkembangannya. Dengan dalih agama, para propagandis dapat menemukan momentum untuk mempengaruhi kehidupan bangsa yang rukun ini. Ironisnya, bangsa Indonesia ada yang termakan dan terpengaruh oleh propagandanya. Pada akhirnya kita harus melawan saudara kita sendiri yang telah terasuki paham radikal terorisme.

Mereka yang terpengaruh sudah dipastikan termasuk golongan orang-orang yang merugi dan lepas kendali. Bagaimana bisa negara yang memiliki satu falsafah negara dan ratusan, bahkan ribuan falsafah lokal dilepaskan begitu saja dan memilih menjadi pengikut orang-orang yang menganut paham radikal terorisme.

Oleh karena itu, kita secara bersama harus meningkatkan kekebalan diri dari pengaruh-pengaruh paham radikal terorisme. Caranya adalah dengan kembali kepada jati diri dan mengenali lebih dalam jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Melalui Pancasila kita bisa mengerti bahwa jati diri kita bukanlah bangsa pengikut radikalisme. Kita juga harus belajar dari falsafah lokal, yang salah satunya berasal dari daerah Lampung, yaitu Pill Pesenggiri.

Pill Pesenggiri: Falsafah Penangkal Radikalisme

Masyarakat Lampung memiliki falsafah hidup bernama Pill Pesenggiri yang termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti. Secara bahasa, Pill artinya perilaku, sedangkan Pesenggiri artinya berjiwa besar, memiliki moral yang baik, mengerti dengan hak dan kewajiban. Ini artinya setiap masyarakat Lampung memiliki perilaku yang baik dan memiliki harga diri yang tinggi serta sadar dengan hak dan tanggung jawabnya. Oleh karenanya ketika diterjemahkan secara utuh, istilah Pill Pesenggiri berarti malu melakukan pekerjaan yang hina menurut agama dan memiliki harga diri.

Pekerjaan hina menurut agama adalah menebar fitnah, mengabarkan kabar hoax, bermusuhan, bunuh diri, saling membunuh dan meretakkan kerukunan masyarakat. Dengan harga diri yang dimiliki masyarakat Lampung, ia sejatinya tidak akan melakukan hal-hal hina tersebut, terlebih lagi menganut paham radikal terorisme, hal tersebut tentu jauh dari pandangan.

Pill Pesenggiri sebagai falsafah, memberikan pedoman bagi perilaku masyarakat Lampung untuk mengaktualisasikan nilai-nilai budaya yang positif. Falsafah ini menjadi benteng pertahanan masyarakat Lampung untuk membendung arus radikalisme, yang tentu saja sangat bertolak belakang dengan paham radikal terorisme. Paham radikal terorisme mengandalkan kekerasan untuk mengubah tatanan hidup, sedangkan Pill Pesenggiri mengandalkan moral baik serta ketaatannya dalam beragama.

Inilah jati diri bangsa Indonesia, yang jauh dari paham radikal terorisme. Kita harus menyadari dan banyak belajar mengenai falsafah-falsafah dari daerah-daerah yang ada di Indonesia. Melalui itu, kita bisa lebih mengerti jati diri dan bisa memperkuat kekebalan kita dari pengaruh paham radikal terorisme. Dengan harapan, kehidupan damai bangsa Indonesia tetap terawat dan kukuh.

Arief Rifkiawan Hamzah

Menyelesaikan pendidikan jenjang magister di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Al-Hikmah 1 Benda, Sirampog, Brebes dan Ponpes Darul Falah Pare, Kediri. Saat ini ia sebagai Tutor di Universitas Terbuka.

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

22 jam ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

22 jam ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

22 jam ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago