Keagamaan

Praktek dan makna Puasa dalam Kekristenan

Dalam beberapa kesempatan seringkali ada yang menanyakan seperti apa praktek dan makna Puasa dalam Kristen, karena jarang sekali dijumpai orang Kristen yang berpuasa, terlebih secara masif bersama-sama seperti yang ada dalam tradisi Islam. Hal ini terlebih dikarenakan memang Yesus sendiri tidak pernah mengajarkan secara khusus atau bahkan mengharuskan orang untuk berpuasa. Yesus hanyalah melanjutkan tradisi puasa Yahudi dan memperbaharuinya, dan tradisi ini masih dipakai oleh Kekristenan Ortodoks maupun Katolik Roma, dengan berbagai perubahan dalam pelaksanaannya, namun bagi orang Kristen Protestan dan berbagai aliran setelahnya hal ini mayoritas sudah tidak dijalankan lagi.

Oleh sebab itu kemudian lebih banyak orang yang melihat seolah orang Kristen tidak mengenal adanya Puasa dalam hidupnya beragama, bahkan dari orang Kristen sendiri yang mempertanyakan tentang hal Puasa ini. Sementara itu kita bisa melihat beberapa contoh Puasa yang jelas tercatat dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, seperti misalnya :

dalam Perjanjian Lama

  1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28)
  2. Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Sam 12:16)
  3. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raj 19:8)
  4. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Est 4:16)
  5. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (2:13)
  6. Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Dan 1:12), doa dan puasa (Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2)
  7. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17)
  8. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7)

 

dalam Perjanjian Baru

  1. Puasa Yesus, 40 hari 40 malam tidak makan (Mat 4:2)
  2. Puasa Yohanes pembaptis, tidak makan dan tidak minum (Mat 11:18)
  3. Puasa Paulus, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kis 9:9)
  4. Puasa Jemaat mula-mula, untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kis 13:2-3)

dari berbagai tradisi yang ada dalam Yahudi, Yesus kemudian memperbaharuinya dengan menyatakan beberapa hal tentang Puasa yang kemudian dipahami bahwa Puasa terlebih merupakan komitmen pribadi dan bahwa secara jelas dinyatakan untuk menjalankannya sendiri tanpa harus diketahui orang lain atau bahkan dipamerkan.

Selanjutnya orang percaya kepada Yesus ada yang menjalankan Puasa dalam masa Pra-Paskah, namun hanyalah berpantang akan hal yang paling disukai, hal yang paling disenangi selama 40 hari, selain itu jarang dijumpai orang Kristen berpuasa bersama-sama lebih dari 1 kelompok. Terlebih pada kelompok orang Kristen protestan yang seringkali merasa bahwa tidak ada perintah khusus secara spesifik bagi mereka untuk menjalankan Puasa.

Meskipun secara spesifik tidak diberikan perintah khusus, namun ada beberapa hal lain yang menjadi perhatian tentang puasa, bagaimana Yesus juga menjalankannya, meskipun dalam waktu dan cara yang hampir mustahil bagi kebanyakan orang, 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum. Serta catatan dalam Alkitab tentang ucapan-ucapan Yesus yang menyatakan bagaimana sebaiknya menjalankan Puasa. Tanpa perlu berlebihan dan terlebih tak perlu menonjolkan diri menunjukkan pada semua orang mengenai apa yang sedang dijalankan. Karena puasa dipahami sebagai cara melihat bagaimana kita mencukupkan diri dengan apa yang ada tanpa harus berlebihan, mengendalikan diri dan terlebih kemudian merendahkan hati. Dalam pengendalian diri dan kerendahan hati kita bisa tidak hanya menyisihkan namun bahkan menghilangkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu untuk diberikan bagi mereka yang memang kekurangan dan lebih memerlukan.

Selamat berpuasa, Tuhan memberkati.

This post was last modified on 30 Juni 2016 12:31 PM

Wibowo

Sarjana Theologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Saat ini melayani sebagai Pendeta di salah satu gerja Jawa di Yogyakarta.

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

24 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

24 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

24 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

24 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago