Narasi

Prinsip Islam Membangun Demokrasi-Kritik

Saya cukup tertarik dengan prinsip Islam yang menyatakan bahwa “Menuduh orang lain berbuat buruk, tanpa fakta atau data yang valid, itu sama saja dengan fitnah. Dan fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan”. Prinsip ini saya kira cukup relevan untuk membangun tatanan demokrasi kita yang lebih bersih. Utamanya di dalam aktivitas mengkritik. Karena yang perlu dikedepankan adalah data, fakta yang objektif serta penyampaian secara argumentatif dan valid. Agar tidak terjebak ke dalam unsur fitnah tadi.

Dari sini tampak jelas sekali, bahwa prinsip Islam di dalam membentuk demokrasi-kritik itu selalu menekankan konsekuensi logis akan pentingnya fakta dan data. Karena Al-Qur’an sendiri, selalu memiliki hukum konstruktif yang menekankan pada “harus memiliki data dan kebenaran yang valid untuk membuktikan apa yang ingin kita sampaikan dalam bentuk mengkritik”.

Akan tetapi, jika kita hanya bergulir pada asumsi atau dugaan dan bahkan hanya memprovokasi orang-orang agar membenci. Tanpa memiliki fakta yang jelas, data yang valid serta kebenaran yang objektif di dalam menyampaikan kritik. Maka, hal demikian Al-Qur’an menekankan pada (konsekuensi hukuman) bagi prang-orang yang berdusta dan menyebar fitnah “Jangan percaya lagi kesaksian mereka dan jangan lagi mengikuti dan memercayai setiap omongan mereka”.

Dari sini sebetulnya cukup jelas. Bahwa prinsip Islam selalu menekankan pada prinsip (kejelasan) dan (kebenaran). Artinya, di setiap hal, termasuk aktivitas mengkritik itu harus jelas dan valid akan datanya. Karena jika tidak, kita akan dihukumi sebagai orang yang menyebarkan sebuah fitnah dan kita tidak patut untuk dipercaya lagi. Sedangkan prinsip (kebenaran), Islam lebih condong pada apa yang benar dan apa yang salah perlu ditegakkan. Artinya, jika tidak salah lalu difitnah agar berubah menjadi salah, maka konsekuensi orang yang melakukan itu, Islam selalu memerintahkan untuk menjauhi-nya.

Pada konteks pemahaman yang semacam ini, sebetulnya Islam menekankan pada prinsip (kehormatan) setiap manusia yang harus dijaga. Karena, jika orang mudah menuduh orang lain, Sama hal-nya menuduh pemerintah melakukan sesuatu keburukan terhadap masyarakat. Lalu, tuduhan ini tidak memiliki dasar yang jelas, data yang valid serta kebenaran yang objektif. Maka, tentu efek samping-nya adalah terleceh-kannya orang atau-pun kehormatan pemerintah tadi. Karena orang akan tidak percaya lagi terhadap pemerintah dan bahkan memberontak karena korban fitnah tadi.

Dari sinilah Islam sangat berhati-hati akan hal demikian. Sebagaimana hukum menuduh orang berzina. Jika tidak membawa empat saksi yang jelas melihat berdasarkan mata-kepalanya sendiri. Maka, hal demikian orang yang dituduh berzina itu tidak berhak untuk dihukum dan di sini, orang yang menuduh disebut orang yang berdusta dan tidak patut untuk dipercaya lagi omongannya. Karena sebagaimana prinsip utama tadi, bahwa Islam hanya menjaga kehormatan semua manusia.

Sebagaimana di dalam aktivitas mengkritik, ada banyak kalangan yang hanya memiliki modal untuk menuduh pemerintah berbuat keburukan terhadap masyarakat. Sebagaimana terkait dengan dana haji tahun 2021. Kritikan yang semacam ini condong provokatif agar masyarakat anti-pemerintah yang sah. Karena tuduhan ini tidak memiliki dasar data yang jelas, objektif dan fakta yang valid.             

Sehingga, orang-orang yang sering-kali melakukan tindakan semacam itu, layaknya menyampaikan kritikan yang hanya menyebarkan fitnah dan provokasi. Karena secara data, fakta dan kebenaran yang objektif mereka ini (kosong) alias tidak ada sesuatu yang dapat dibuktikan. Sehingga, Islam menuntut kita agar tidak mudah percaya dan bahkan jangan memercayai lagi orang yang seperti itu. Karena, prinsip Islam sebagaimana dalam demokrasi-kritik harus dilakukan berdasarkan fakta, data dan kebenaran yang objektif. Jika tidak, orang itu hanya menyebarkan sebuah fitnah, merusak tatanan dan tidak patut untuk dipercaya lagi.

This post was last modified on 17 Juni 2021 12:25 PM

Saiful Bahri

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

3 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago