Pada hari Jumat (3/9/21) telah terjadi perusakan Masjid Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang terletak di desa Balai Gana, Tempunak, Siantang, Kalimantan Barat. Perusakan ini dilakukan oleh sekelompok massa tak dikenal. Tentu saja, aksi kekerasan ini memicu berbagai kecaman keras dari berbagai pihak.
Bermula dari penutupan sementara masjid yang diusulkan oleh masyarakat sekitar masjid kepada Pemerintah Kabupaten hingga akhirnya Pemerintah Kabupaten mengeluarkan keputusan penutupan masjid tersebut secara permanen pada tanggal 27 Agustus 2021. Pemerintah Kabupaten dinilai sudah melakukan kebijakan sesuai prosedur. Namun tetap saja masyarakat masih saja kurang merasa puas karena masjid tersebut masih berdiri tegak.
Tindakan main hakim sendiri seperti ini sangat tidak dibenarkan karena tindakan kekerasan semacam ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga bertentangan dengan nilai agama. Sebenarnya praktek kekerasan semacam itu berawal dari pandangan yang melihat yang berbeda sebagai musuh. Perbedaan dianggap sebagai ancaman yang bisa merusak keamanan komunitasnya.
Islam sejak awal adalah agama yang sangat menghormati perbedaan. Islam tidak pernah melihat yang berbeda sebagai ancaman selama tidak menganggu dan memerangi kaum muslimin. Islam bukan agama yang membenci praktek agama lain. dan Islam bukan agama yang memaksakan diri dengan pedang untuk dipeluk oleh seluruh umat. Islam adalah agama yang menawarkan rahmat bagi semesta alam.
Intoleransi dengan demikian adalah sikap yang tidak hanya bertentangan dengan nilai Islam, tetapi juga menghilangkan visi dan semangat rahmatan lil alami yang dimiliki Islam. Karena itulah, penting untuk memerangi intoleransi dengan prinsip toleransi dalam al-Quran. Setidaknya ada 3 prinsip toleransi dalam Islam yang diajarkan oleh Allah untuk umat Islam.
Pertama, keragaman adalah sunnatullah yang menuntut dialog.
Umat Islam harus memahami bahwa keragaman adalah bagian dari desain Tuhan untuk semesta ini. Sikap saling menang sendiri bukan pilihan, tetapi harus saling dialog agar saling mengenal antar satu dengan lainnya.
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS : Al Hujurat 13).
Cukup jelas dalam ayat ini bahwa Islam mengajarkan untuk saling mengenal. Saling mengenal tidak akan tercipta tanpa saling berkomunikasi dan berdialog. Umat Islam bukan agama ekslusif yang menutup diri untuk tidak berteman, bertetangga dan bernegara dengan umat yang berbeda agama. Islam mengajarkan untuk saling berdialog agar saling mengenal.
Kedua, jangan merasa menang sendiri, tetapi berlombalah dalam kebaikan.
Dalam perbedaan sangat tidak produktif untuk memupuk sikap egois yang merasa paling unggul terhadap yang lain. Keragaman adalah cara Tuhan menguji umat manusia dalam berlomba meraih kebaikan, bukan untuk keburukan. Jika Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (al Maidah; 48).
Prinsip ini menjadi penting agar umat Islam saling berlomba untuk berkontribusi dalam kebaikan. Tidak memandang apapun agamanya, tetapi memberikan kebaikan dan kemanfaatan kepada seluruh umat manusia adalah misi Islam. Islam mendorong umatnya untuk saling berlomba dan memberikan yang terbaik untuk kemanfaatan seluruh umat manusia. Bukankah itu visi rahmatan lil alamin?
Ketiga, jangan saling Membenci dan Mencaci, apalagi merusak rumah ibadah.
Dalam perbedaan, Islam menghendaki supaya umatnya menunjukkan kebaikan ajaran Islam. Dengan perkataan yang baik dan tingkah laku yang mencerminkan akhlak Rasulullah. Prinsip toleransi dalam Islam selanjutnya adalah menjaga hubungan dalam perbedaan tanpa saling membenci dan mencaci, apalagi saling merusak.
Di dalam al-Quran ditegaskan : ”Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (al An’am; 108).
Bukan sikap islami yang mencaci sesembahan agama orang lain, apalagi merusak rumah ibadah. Islam diajarkan sekalipun dalam konteks berdakwah bukan untuk mendiskreditkan kepercayaan orang lain. Al-Quran menegaskan dengan tegas : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(al Nahl; 125).
Di sinilah penting untuk dipahami oleh seluruh umat Islam bahwa menjaga kerukunan dan perdamaian dalam keragaman adalah bagian dari ajaran Islam. Memiliki sikap intoleran, membenci perbedaan apalagi merusak rumah ibadah adalah tindakan yang jelas bertentangan dengan nilai Islam.
This post was last modified on 12 Desember 2022 12:27 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…