Categories: Narasi

Rukun dan Guyub Dibawah Payung Agama

Agama diturunkan ke dunia untuk mengajarkan perdamaian, nyaris tidak ada satupun agama yang mengijinkan penganutnya untuk berlaku kerusakan. Mahatma Gandhi misalnya, mengajarkan perdamaian melalui ajaran ahimsa-nya, nabi Muhammad dengan ajaran uswatun hasanah-nya, begitupun dengan tokoh-tokoh besar dalam agama yang lain. Mereka sepakat agama adalah sumber kebaikan. Tetapi yang terjadi akhir-akhir ini benar-benar bertentangan dengan semangat agama. Banyak orang yang mengaku paham, atau bahkan ahli agama, tetapi tidak risih untuk menyakiti sesama. Perbedaan dijadikan sumber pertentangan. Sementara kita yang terbata dipaksa untuk menyaksikan agama sebagai ‘arena’ permusuhan.

Hal ini tidak lantas berarti bahwa agama memang memiliki celah yang memungkinkan pemeluknya untuk berlaku pongah, melakukan pengrusakan, dan menebar permusuhan atas nama Tuhan. Agama sepertinya bukan saja telah disalahartikan, tetapi ia telah pula disalahgunakan. Ayat-ayat agama yang dimaksudkan untuk kebaikan dipelintir sedemikian rupa hanya agar tampak berbeda. Perintah-perintah agama ditafsirkan sekenanya sambil mengira bahwa kebenaran hanya ada pada dirinya. Karenanya, jangan mudah percaya sebelum melakukan koreksi. Karena jika tidak teliti, kita akan bingung. Sementara kalau malas melakukan koreksi, kita akan linglung.

Menerima mentah-mentah suatu informasi tanpa pernah melakukan koreksi adalah awal dari membuncahnya berbagai permasalahan, tidak terkecuali permasalahan yang terjadi antar umat beragama. Terdapat setidaknya lima hal mudah yang dapat kita lakukan agar kita terhindar dari konflik yang tidak mengenal kata ‘sudah’, yaitu:

  1. Tidak menerima informasi, termasuk informasi tentang agama, begitu saja. Kebenaran akan informasi tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu agar tidak menimbulkan pemahaman yang keliru.
  2. Jangan pernah menganggap diri paling benar dan cenderung menyalahkan orang lain yang tidak sepaham, karena dalam hal ini memelihara persaudaraan merupakan anjuran utama Rasulullah SAW bagi seluruh umatnya.
  3. Tidak mudah terprovokasi. Saat ini ada banyak sekali pemberitaan yang isinya bukan lagi informasi, tetapi ajakan untuk melakukan tindak anarki. Jadi, jangan gampang terpancing emosi.
  4. Jaga hubungan sosial dengan baik; sayangi saudara, teman, dan tetangga. Menjaga hubungan baik dengan lingkungan sosial adalah kunci awal untuk kerukunan dan persaudaraan.
  5. Orang-orang yang doyan bertikai itu adalah orang yang hidupnya kurang santai; terlalu serius hingga hal penting malah tidak terurus.

Intinya, jangan mudah menerima isi dari informasi sebelum dipastikan terlebih dahulu bahwa informasi tersebut benar dan baik. Jika informasi tersebut berisi sesuatu yang benar tetapi tidak baik, maka jangan disebarkan, cukup untuk diketahui saja. Tetapi jika informasi tersebut berisi sesuatu yang baik, maka tentu hal itu pasti dapat dibenarkan.

Kekerasan tidak pernah dapat dibenarkan dalam konteks agama, karena agama justru mengajarkan perdamaian. Begitu juga dalam konteks kenegaraan, perbedaan agama yang ada di negeri ini justru menjadi jalan untuk meretas persatuan. Sejarah menunjukkan bahwa Indonesia dibangun tidak berdasarkan pada keberpihakan tehadap salah satu agama saja. Negara ini berdiri kuat di atas pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan agama yang ada. Oleh karenanya kecenderungan untuk membeda-bedakan, apalagi dengan memilih jalur kekerasan, bertentangan dengan semangat Indonesia.

This post was last modified on 9 Juni 2015 10:52 AM

Zaenun Nu'man

Zaenun Nu'man. mahasiswa pendidikan bahasa arab, UIN Syarif Hidayatullah. Menggilai kopi dan diskusi, tinggal di @zaenunnu

Recent Posts

Agama dan Kehidupan

“Allah,” ucap seorang anak di sela-sela keasyikannya berlari dan berbicara sebagai sebentuk aktifitas kemanusiaan yang…

2 hari ago

Mengenalkan Kesalehan Digital bagi Anak: Ikhtiar Baru dalam Beragama

Di era digital, anak-anak tumbuh di tengah derasnya arus informasi, media sosial, dan interaksi virtual…

2 hari ago

Membangun Generasi yang Damai Sejak Dini

Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap ancaman…

2 hari ago

Rekonstruksi Budaya Digital: Mengapa Budaya Ramah Tidak Bisa Membentuk Keadaban Digital?

Perkembangan digital telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, terutama pada masa remaja. Fase ini kerap…

3 hari ago

Estafet Moderasi Beragama; Dilema Mendidik Generasi Alpha di Tengah Disrupsi dan Turbulensi Global

Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka tidak hidup di zamanmu. Kutipan masyhur dari Sayyidina…

3 hari ago

Digitalisasi Moderasi Beragama: Instrumen Melindungi Anak dari Kebencian

Di era digital yang terus berkembang, anak-anak semakin terpapar pada berbagai informasi, termasuk yang bersifat…

3 hari ago