Agama adalah agama itu sendiri. Sedangkan negara juga adalah negara itu sendiri. Keduanya adalah institusi sosial yang berbeda. Namun, memiliki hubungan yang sangat erat. Keterhubungan itu terletak pada kesamaan tujuan keduanya yang sama-sama ingin mencetak manusia-manusia berbudi luhur, baik, toleran, dan peduli terhadap sesama.
Karena itu, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa orang-orang yang saleh dalam menjalani kehidupan beragamanya, tentu juga akan saleh dalam menjalani kehidupan sosialnya sebagai masyarakat negara. Karena secara tidak langsung, kesalehan seseorang dalam bernegara merupakan representasi dari kesalehannya dalam beragama. Dengan hal itu, barang tentu ketentuan-ketentuan dalam sebuah negara, seperti hukum, misalkan, pun tidak dijelaskan secara langsung oleh agama, sejauh tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama, pasti akan ditaati secara sukarela oleh pemeluk-pemeluk agama itu.
Ini sederhana. Namun banyak di antara kita yang tidak menyadarinya. Kasus-kasus penerobosan terhadap ketentuan-ketentuan kehidupan bernegara dengan alasan demi menegakkan syariat agama seringkali kita temukan. Contoh paling sederhana dan paling umum bisa kita lihat dalam fenomena kehidupan orang-orang pengusung gerakan ideologi khilafah.
Mereka, mengklaim diri sebagai golongan yang paling saleh dan paling taat dalam menjalankan syariat agama, namun tindakan-tindakan kelompoknya bukan hanya meresahkan, tetapi telah begitu nyata merugikan kita. Bahkan, bukan hanya kita, agama pun telah dibuat rugi dan terperosok ke jurang hitam oleh mereka.
Itu, jelas-jelas saja salah. Walaupun, mereka mengklaim diri, atau terlihat lebih taat dalam menjalankan syariat agama daripada kita. Sebab, adalah tidak mungkin orang-orang yang semakin saleh dalam menjalani kehidupan beragamanya akan bertindak brutal, meresahkan, dan merugikan banyak pihak.
Hal yang seharusnya terjadi pada orang yang semakin saleh dalam menjalani kehidupan beragama itu, adalah semakin salehnya orang tersebut dalam menjalani kehidupan bernegaranya. Bukan brutal, meresahkan, dan merugikan banyak pihak seperti yang terjadi pada kehidupan orang-orang pengusung gerakan ideologi khilafah itu.
Mengapa bisa demikian? Jawabannya karena semakin saleh seseorang dalam menjalani kehidupan beragamanya, maka semakin berbudi luhurlah kepribadian orang tersebut. Dan semakin berbudi luhurnya kepribadian seseorang, maka akan semakin bijaklah ia dalam menjalani hidup. Termasuk dalam menjalani kehidupan bernegara. Jadi, sederhanya, kesalehan seseorang dalam menjalani kehidupan bernegara, adalah bukti dan representasi nyata bahwa kita saleh dalam menjalani syariat agama.
Sebagai pembuktian, bisa kita lihat tokoh-tokoh agama sekaliber Gus Dur, misalkan, selain saleh dalam menjalani kehidupan beragama, ia juga saleh dalam menjalani kehidupan bernegaranya. Tidak berbuat onar dan merugikan orang lain. Karena, tokoh-tokoh agama semacam Gus Dur paham bahwa, kesalehan seseorang dalam kehidupan beragama akan mengimplikasikan kepribadian-kepribadian manusia saleh dalam bernegara. Wallahu a’lam.
This post was last modified on 24 Maret 2021 3:55 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…