Categories: Keagamaan

Sebuah contoh dalam berdakwah

Kisah perjalanan Nabi Muhammad Saw ke kota Thaif untuk menyampaikan dakwah dan risalah yang diemban cukup menggugah dan menarik perhatian siapapun yang terjun di dunia dakwah. Peristiwa Thaif adalah salah satu pristiwa yang sangat dikenal dalam sejarah dakwah Rasulullah Saw karena selain peristiwa tersebut terjadi di saat Nabi lagi berkabung karena istrinya yang tercinta meninggal dunia dan beberapa kerabatnya juga pada peristiwa tersebut  Rasulullah sungguh  telah memberikan sebuah contoh yang patut diikuti oleh semua penda’i Islam atau mereka yang mengklaim dirinya sebagai pejuang Islam.

Setelah 10 tahun diangkat menjadi Rasul, ternyata  dakwah Nabi Muhammad belum memberikan hasil signifikan karena jumlah pengikutnya masih sangat terbatas bahkan pamanya sendiri, Abi Tholib yang selama ini mendukung dan melindunginya meninggal dunia sebelum memeluk Islam. Fenomena inilah mendorong Rasulullah berangkat ke kota Thaif, untuk menyampaikan dakwahnya guna mengubah pola hidup masyarakat Thaif.  Ia yakin bahwa dakwah dan risalah yang akan disampaikan di kota tersebut  akan mendapat respon positif karena disana terdapat kerabat-kerabat Rasulullah Saw yang diharapkan dapat membantu dan mendukung dakwahnya.

Namun apa yang terjadi, ternyata berbeda dengan yang diharapkan. Mereka  menolak mentah-mentah risalah dan dakwah Nabi bahkan meragukan dan tidak mempercayaianya. Mereka meminta agar Nabi segera meninggalkan kota Thaif, karena jika berlama lama di kota ini,  maka kaum Quraish  akan murka kepada penduduk Thaif. Penolakan ini tidak cukup sampai di situ bahkan para tokoh masyarakat meminta warganya agar mengusir dan melempari batu kepada Nabi agar segera meninggalkan kota itu.

Peristiwa ini membuat Rasulullah semakin sadar akan beratnya amanah yang diemban namun ia yakin bahwa Tuhan tidak akan membiarkannya sendiri dalam berdakwah. Ia kecewa dan sakit hati tapi tidak dendam. Ia juga mengalami luka-luka akibat lemparan batu dari warga. Namun ia tetap sabar dan penuh harapan  bahwa suatu saat warga Thaif akan memeluk Islam.

Ia meninggalkan Thaif dan berjalan ke luar kota. Setelah beberapa kilometer ia tiba di suatu tempat untuk bernaun  sambil  merenung nasib yang dialami. Rasulullah lalu menyampaikan harapannya kepada Allah sambil menadahkan tangan ke langit dan berdoa dengan penuh kelembutan dan harapan :

Wahai tuhanku, kepada Engkaulah aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai Tuhan yang maha Rahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? Kepada musuh yang akan menerkam aku, atau kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku, sedangkan afiatmu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya muka-Mu yang mulia yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap dan atasnyalah teratur  segala urusan  dunia dan akhirat. Dari Engkau menimpakan atas  diriku kemarahan-Mu atau dari Engkau turun atasku azab-Mu . kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha tidak ada daya upaya melainkan dengan Engkau

Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan kepada Allah sehingga Allah menurunkan malaikat Jibril untuk menemuinya dan menawarkan bala malaikat yang akan membantunya untuk mengikuti apa yang Nabi inginkan untuk membalas perlakuan warga Thaif. Mendengar tawaran Jibril, Nabi hanya menjawab “Walaupun mereka menolak ajaran Islam  yang saya bawa, tetapi saya berharap dengan kehendak Allah , keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepadanya”.

Sebuah jawaban yang sangat  sederhana namun penuh harapan besar  di masa yang akan datang. Sungguh suatu prilaku yang sangat luar biasa dalam berdakwah yang sama sekali jauh dari sikap dendam, irihati dan kesombongan dan penuh harapan. Seandainya Nabi sombong, irihati dan dendam, maka sudah barang tentu akan memilih tawaran malaikat yang sudah siap memporakporandakan warga Thaif jika Nabi menginginkan. Namun itu tidak dilakukan dan hanya berharap akan masa depan masyarakat Thaif yang Islami .

Berdakwah memang membutuhkan kesabaran dan hati yang penuh harapan serta jiwa yang bersih karena dengan demikian risalah yang disampaikan akan mendapat sambutan positif. Sebaliknya jika dakwah Islam dikemas dalam kekerasan, kemunafikan,  ketidak ikhlasan, dendam dan irihati, maka dakwah Islam bukan saja akan merusak Islam itu sendiri, tetapi juga akan merugikan semua umat Islam.

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

3 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago