Kemajuan teknologi di era modernisasi ini berkembang amat pesat. Internet menjadi salah satu hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Perkembangan gadget atau SmartPhone semakin menjamur hingga akar rumput. Beberapa produk saling bersaing menghadirkan fitur-fitur yang menggoda para konsumen. Dengan munculnya kemajuan teknologi tersebut membuat manusia semakin mudah dalam melakukan interaksi. Namun pada kenyataanya kemudahan itu sering kali disalah gunakan untuk hal yang tidak baik, seperti penyebaran berita hoax, ujaran kebencian hingga radikalisme dan terorisme.
Media sosial sebagai salah satu produk dari internet menjadi lahan subur dalam menyebarkan berita hoax hingga ujaran kebencian. Bahkan radikalisme dan terorisme semakin mudah menyebar namun sulit dilacak di media sosial. Melalui internet pola radikalisasi menjadi lebih modern dan cepat menyebar tanpa interaksi tatap muka. Hal tersebut sangat membahayakan bagi masyarakat terlebih lagi genrasi muda yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa ini. Jika tidak berhati-hati dalam memanfaatkan media sosial maka bukan hal yang mustahil mereka akan terpengaruh oleh ujaran kebencian dan ajakan radikalisme.
Dilansir dari Jalandamai.org, penyebaran ideologi radikal dan terorisme di dunia maya merupakan pola transnasional yang mengancam berbagai negara di dunia. Ayman al-Zawahiri, pemimpin Al-Qaeda pengganti Osama, pada 2005 menuliskan pesan kepada pimpinan Al-Qaeda di Irak (AQI), Abu Musab al-Zarqawi : “Kita sedang dalam peprangan dan separuh lebih dari peperangan itu terjadi di media. Kita sedang dalam peperangan media demi merebut hati dan pikiran umat kita.” Jelas sekali, genderang peperangan media di ruang virtual telah lama ditabuh oleh kelompok teroris sebagai medan dan sekaligus strategi baru.
Sekarang apa yang dikatakan oleh pemimpin Al-Qaeda di atas terbukti. Bagaimana media sekarang dikuasai oleh kelompok-kelompok garis keras dan berhaluan radikal. Propaganda yang mereka buat menjadi kenyataan dimana masyarakat sekarang mudah sekali untuk menyalahkan satu dengan yang lain dan membenarkan diri mereka sendiri. Tak jarang ujaran kebencian yang berujung perpecahan antar golongan juga mudah terjadi. Kasus terbaru adalah penyerangan yang terjadi di gereja St. Lidwina, Sleman D.I.Yogyakarta. Hal tersebut menambah catatan baru kasus radikalisme dan intoleransi yang terjadi di Indonesia.
Solusi Jitu
Menjamurnya fenomena berita hoax, ujaran kebencian dan radikalisme di media sosial akan membuka mata kita betapa masih banyaknya celah yang mudah di susupi oleh kelompok-kelompok yang ingin memecah belah bangsa ini. Siskamling media sosial menjadi salah satu solusi tepat bagi kita untuk menutup celah tersebut. Bersama mengampanyekan dan berperan langsung dalam mewujudkan Siskamling media sosial demi kebaikan bersama dan menyelamatkan generasi masa depan bangsa.
Pengamaman Siskamling dengan membangun pos-pos ronda di sudut tempat belum cukup untuk menanggulangi arus teknologi yang semakin pesat ini. Siskamling juga harus diwujudkan menggunakan media semisal penambahan CCTV di setiap sudut tempat untuk mengawal kemanan secara langsung. Selain itu juga perlu membuat grup-grup media sosial seperti grup Facebook, Twitter, Line, WhatsApp dan lain sebagainya. Bangun sebuah Siskamling media sosial untuk pencegahan sejak dini dari menyebarnya berita hoax, ujaran kebencian hingga ajakan radikalisme dan terorisme.
Kemajuan teknologi harus diikuti pula dengan kemajuan pola pikir masyarakat. Mudahnya akses internet dan bermedia sosial harus mampu dimanfaatkan masyarakat untuk saling menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini. Siskamling media sosial sebagai solusi tepat dalam menangkal arus berita hoax dan radikalisme harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Semua elemen masyarakat harus ikut andil dalam mensukseskan Siskamling media sosial ini. Bukan lagi sebagai penyimak di media tetapi sudah saatnya kita menjadi pemain utama dalam bermedia sosial. Pemain utama dalam menjaga dan mengamankan media sosial dari hoax, ujaran kebencian dan radikalisme terorisme. Mari gotong royong mewujudkan media sosial yang ramah dan damai dengan Siskamling media sosial.
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…
View Comments