Narasi

Siskamling Medsos Dari Diri Sendiri

Media sosial atau akrab disingkat medsos merupakan dunia baru yang saat ini banyak digandrungi masyarakat. Bahkan, komunikasi langsung jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan medsos. Semenjak bangun tidur, berjalan, mengerjakan pekerjaan, hingga akan tidur lagi, rata-rata warga masyarakat selalu berkomunikasi via medsos.

Sebagai sarana berkomunikasi, medsos dapat digunakan sebagai media hiburan dan rasan-rasan (gosip). Di sinilah (mungkin) medsos menjadi pilihan utama masyakat saat ini dalam menghabiskan waktu-waktunya. Dengan menggunakan medsos yang begitu mudah dan murah, seseorang akan mendapatkan hiburan dan kesenangan hati. Dengan medsos, waktu dan ruang tidak menjadi masalah. Bahkan, biaya juga bisa dihemat.

Menariknya, medsos bukan saja bisa digunakan untuk berkomunikasi antara satu orang dengan yang lainnya. Medsos menyediakan ruang yang dapat digunakan untuk berkomunikasi satu kelompok yang jumlahnya hingga ratusan pengguna. Dan, di sinilah medsos dapat digunakan sebagai wahana untuk membicarakan satu hal yang dapat dibahasa sebagaimana diskusi dalam sebuah pertemuan formal.

Dalam rangka menyampaikan pendapat masing-masing, peserta diskusi di medsos sering kali mengutarakan pendapat dengan cepat. Sebagai manusia biasa, banyak dari pengguna medsos menginginkan pendapatnya menang. Urusan kebenaran ataupun kesalahan, adalah nomor belakang. Yang terpenting adalah kemenangan. Dan di sinilah letak ketidakberesan dalam bermedsos.

Baca juga : Mewujudkan Nitizen Cerdas Melalui Siskamling Sosmed

Selain itu, dalam satu group medsos sering kali terdapat kesamaan. Dalam pada itulah, para anggota group sering kali membahas satu topik yang intinya disetujui atau tidak disetujui oleh seluruh anggota group. Ketika topik tersebut disetujui oleh seluruh anggota group medsos, maka seluruh anggota group akan memuja-mujanya. Bahkan, tidak sedikit yang memuja sampai hiperbola. Tak cukup dengan itu, kata-kata bohong (hoaks) juga tak lupa dinarasikan dalam group tersebut.

Ketika topik yang sedang dibahas dalam group medsos merupakan topik yang tidak disetujui oleh anggota group, maka anggota group pun akan dengan mudah membuat narasi ketidaksukaan. Segala bentuk kesalahan dan nuansa negatif selalu menghiasi perbincangan group. Tak cukup dengan hal itu, tidak sedikit dari anggota group yang membuat narasi hoaks, bahkan fitnah. Parahnya, narasi-narasi negatif tersebut akhirnya disebarkan anggota group ke group lain sehingga bisa menyesatka masyarakat.

Berakar dari sinilah, seluruh pengguna medsos harus memiliki filter diri untuk gampang membuat dan menyebarkan narasi kebencian. Ketika semua pengguna sudah memulai dari diri sendiri (ibda’ bi nafsika) untuk selalu menggunakan narasi positif dengan mengekang membuat dan menyebarkan narasi negatif, maka medsos pun akan bernuansa sehat. Ujaran kebencian dan narasi negatif tidak akan mewarnai medsos kita.

Ketika dalam diri setiap pengguna sudah memmulai untuk tidak menggunakan narasi negatif, dan ada sebagian kecil yang khilaf menggunakan narasi negatif, maka akan dengan mudah mengingatkannya. Setelah mengingatkan diri sendiri, tugas selanjutnya pengguna medsos adalah mengingatkan pengguna lain yang membuat atau menyebarkan konten negatif dimulai dari orang-orang terdekat.

Langkah hukum dalam rangka membersihkan konten negatif di medsos juga dapat dilakukan manakala upaya kekeluargaan sudah tidak bisa dilakukan. Hal ini bisa dilakukan bukan dalam rangka membenci orang yang dilaporkan ke lembaga hukum namun dalam rangka menjaga kesehatan medsos kita. Wallahu a’lam.

Anton Prasetyo

Pengurus Lajnah Ta'lif Wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan aktif mengajar di Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta

View Comments

Recent Posts

Agama Sumbu Pendek; Habitus Keagamaan yang Harus Diperangi!

Indonesia dikenal sebagai negara religius. Mayoritas penduduknya mengaku beragama dan menjalankan ajaran agama dalam kehidupan…

3 hari ago

Evaluasi Kebebasan Beragama di Indonesia 2025

Kebijakan presiden Joko Widodo dalam memerangi aksi ekstremisme dan ideologi radikal terorisme pada 2020 pernah…

3 hari ago

Jangan Membenturkan Kesadaran Nasional dengan Kesadaran Beragama

Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, narasi yang mencoba membenturkan antara kesadaran nasional dan kesadaran…

3 hari ago

Dialektika dan Titik Temu Nasionalisme dan Ukhuwah

Indonesia, sebuah panggung peradaban yang tak henti menyuguhkan lakon dialektis antara partikularitas dan universalitas, adalah…

3 hari ago

Nasionalisme, Ukhuwah Islamiah, dan Cacat Pikir Kelompok Radikal-Teror

Tanggal 20 Mei berlalu begitu saja dan siapa yang ingat ihwal Hari Kebangkitan Nasional? Saya…

4 hari ago

Ironi Masyarakat Paling Religius: Menimbang Ulang Makna Religiusitas di Indonesia

Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara paling religius di dunia menurut dua lembaga besar seperti CEOWORLD…

4 hari ago