Narasi

Stop Ujaran Kebencian! Mari Berdebat dengan Santun

Kamis 17 Januari 2019, merupakan debat putaran pertama dari kedua calon pemimpin bangsa kita. Perlu kita ketahui bahwa, menjaga perdamaian masyarakat agar terhindar dari sifat saling membenci satu sama lain itu jauh lebih penting dari pada saling mengklaim paling unggul dalam ajang perdebatan.

Karena perdebatan yang berlangsung tidak hanya dirasakan oleh para calon pemimpin. Akan tetapi masyarakat akan meneriakkan hal yang sama di berbagai ruang sosial maupun ruang maya. Mereka akan mendeklarasikan ulang setiap ucapan, argumentasi, dan bahkan dalam mengutarakan kritikan setiap para calon pemimpin yang menjadi pilihannya.

Oleh sebab itu, bagaimana debat selayaknya memberikan nilai positif bagi masyarakat dengan mengedepankan akhlak yang baik dan ungkapan yang santun dan penuh dengan etika. Sehingga masyarakat bisa terdidik dengan baik dan bisa santun dalam hal apa pun, ramah dalam menyampaikan sesuatu. Karena dengan memberikan contoh yang baik, niscaya masyarakat terhindar dari sifat jelek seperti ujaran kebencian satu sama lain.

Perdebatan yang panas dan tidak terkontrol dalam segi ucapan maupun cara menyampaikan kritikan, sejatinya akan semakin terarah kepada saling menjatuhkan satu sama lain. Hal ini perlunya akan kesantunan dalam menyampaikan sesuatu. Karena jika tidak, niscaya akan mengakibatkan tidak sehatnya masyarakat satu sama lain. Ujaran kebencian semakin menjadi-jadi, dan bahkan bisa menimbulkan perpecahan satu sama lain.

Baca juga : Menciptakan Nuansa Damai dalam Berdebat

Menjadi calon pemimpin selayaknya sudah memberikan contoh yang baik dan perilaku yang baik dalam bertindak. Berargumen yang baik dan bersikap ramah, dalam hal apa pun. Debat PILPRES 2019 seharusnya menjadi penentu masyarakat dalam memantapkan pilihannya dengan bijak. Justru momentum ini sangat khawatir akan menjadi ujung tombak tersebarnya kebencian satu sama lain.

Fakta yang terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini sudah mulai garang dalam bersikap maupun bertindak. Tersebarnya hoax di satu pihak yang akan menjatuhkan pihak lainnya semakin tidak terbendung. Cara-cara provokasi agar mengubah pilihan semakin buas. Saling membenci satu sama lain yang terjadi di sosial media semakin bertambah parah. Bahkan lebih ironis lagi ada yang memindahkan mayat yang sudah terkubur hanya karena beda pilihan.

Persoalan semacam ini sangat perlu kita redam. Karena debat santun dan ramah akan memberikan pendidikan kepada masyarakat dalam bertindak nantinya. Ciptakan debat yang mendidik masyarakat dalam bertindak maupun bersikap. Karena debat yang penuh amarah dan saling menjatuhkan dengan ungkapan dan argumentasi yang kasar justru akan tidak akan memberikan pendidikan yang baik atau memberikan contoh yang ramah nantinya dalam memilih.

Maka sangat logis apabila ajang debat PILPRES 2019 ini mampu memberikan cara-cara yang mendidik dan sikap yang baik terhadap lawan pilihannya. Artinya, debat yang mendidik adalah bagaimana memberikan contoh kepada masyarakat, baik cara penyampaian dan maupun dalam mengungkapkan data-data dengan santun dan ramah.

Karena yang dibutuhkan kita saat ini adalah perdamaian dan keadilan bagi seluruh masyarakat dengan adanya pemilihan presiden agar mereka bisa memilih pemimpin yang mampu memberikan contoh yang baik dan membawa perubahan. Pemimpin merupakan salah satu harapan masyarakat menciptakan kesejahteraan dan perdamaian  bukan menciptakan masyarakat yang bertambah melarat atau semakin terpecah belah satu sama lain.

Oleh sebab itu, marilah kita ciptakan perdamaian di tahun 2019 ini dengan santun dan mendidik dalam berdebat dengan kita santun dan ramah dalam bertutur. Bahkan dalam hal apa pun. Karena Santun dalam menyampaikan sesuatu merupakan cara yang sangat mudah untuk kita lakukan. Karena dengan santun dan ramah dalam penyampaian, maka semuanya akan diterima dengan ramah dan santun pula. Karena kita adalah manusia yang mempunyai hati nurani. Maka alangkah baiknya kita bertutur tanpa rasa emosi dan arogansi yang berlebihan. Ciptakan bangsa ini penuh dengan perdamaian setiap menghadapi persoalan.

Saiful Bahri

View Comments

Recent Posts

Pembubaran Doa Rosario: Etika Sosial atau Egoisme Beragama?

Sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa Rosario dibubarkan paksa oleh massa yang diduga diprovokasi…

20 jam ago

Pasang Surut Relasi Komitmen Kebangsaan dan Keagamaan

Perdebatan mengenai relasi antara komitmen kebangsaan dan keagamaan telah menjadi inti perdebatan yang berkelanjutan dalam…

20 jam ago

Cyberterrorism: Menelisik Eksistensi dan Gerilya Kaum Radikal di Dunia Daring

Identitas Buku Penulis               : Marsekal Muda TNI (Purn.) Prof. Asep Adang Supriadi Judul Buku        :…

20 jam ago

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

2 hari ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

2 hari ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

2 hari ago