Narasi

Strategi dan Aksi Nyata untuk Dunia Maya yang Damai

Kemajuan teknologi yang pesat beberapa tahun belakangan ini membawa manfaat yang luar biasa bagi peradaban manusia. Dunia maya di jagat siber yang dahulunya hanya dapat diakses oleh sebagian kecil orang yang memang berkecimpung di bidang tersebut, kini dapat dijelajahi oleh hampir semua orang. Tua-muda, pria-wanita, mulai dari pensiunan sampai anak TK, mulai dari pegawai kantoran sampai petani, singkat kata, semua kalangan dari berbagai lapisan kini sudah melek internet.

Sayangnya, kecanggihan peradaban ini seringkali tak dibarengi dengan kemampuan menyaring informasi  yang benar. Walhasil, hal ini pun dimanfaatkan oleh orang-orang jahat untuk membuat berita bohong (hoax) atau bahkan ujaran kebencian (hate speech).

Dalam riset oleh Sumit Narula (2016), bahwa 66% pengguna media sosial, terutama dari kalangan pemuda, tidak memiliki kesadaran tentang konflik dan perdamaian di media sosial. Artinya, dari 100 orang pemuda netizen, hanya 34 orang yang telah sadar bahwa di dunia maya terdapat hal buruk yang dapat memicu lahirnya konflik dan mengganggu perdamaian. Dengan kata lain, 66 orang sisanya menjadi mangsa potensial dari produsen hoaks dan ujaran kebencian.

Oleh karena itu, sebagai sebuah resolusi di tahun 2018 ini, tindakan nyata untuk membuat dunia maya menjadi lebih baik merupakan hal yang niscaya. Karena jika tidak, sebagaimana telah dimaklumi bagaimana polarisasi masyarakat Indonesia terjadi paska Pemilu 2014 dan Pilkada DKI 2017, serta bagaimana di waktu dekat akan diselenggarakan Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019, maka produk hoaks dan ujaran kebencian dapat semakin besar dan bahkan menjadi tuan rumah di dunia maya.

Tiga Strategi

Upaya sistematis untuk menciptakan literasi damai di tahun 2018 tentu saja merupakan gerakan kesadaran sosial (social awareness) yang lahir tak hanya dari dalam diri tiap-tiap individu, tetapi juga dikampanyekan oleh individu atau kelompok yang telah memiliki kesadaran. Dengan memiliki tujuan yang sama, yakni dunia yang damai – khususnya dunia maya dalam hal ini, maka individu dan kelompok ini dapat memberikan sumbangsih besar bagi peradaban.

Pertama, langkah strategis paling sederhana yang dapat dilaksanakan adalah meningkatkan kesadaran diri bahwa tak hanya terdapat kebaikan tetapi juga keburukan di dunia maya. Kesadaran ini pada ujungnya membuat pengguna internet lebih jeli dan hati-hati dalam membaca informasi, apalagi menyebarnya. Kesadaran ini tampaknya sangat sederhana. Tapi harus diingat pula, bahwa bermula dari ketidaksadaran atau ketidaktahuan ini, gelombang viral berita hoaks atau ujaran kebencian dapat terjadi. Sehingga, meskipun sederhana, kesadaran ini merupakan kunci yang sangat fundamental.

Kedua, usaha mengajak lingkungan terdekat untuk turut serta menyadari hal tersebut. Dengan menjadikan keluarga atau teman kita sadar atas fakta tersebut, otomatis 66% netizen yang unaware (belum sadar) dapat berkurang. Usaha ini tentu saja tidak mudah, jika dibayangkan betapa sulitnya memberikan informasi untuk menyadarkan orang yang sudah terlanjur percaya mentah-mentah pada berita hoaks yang diterimanya. Apalagi jika orang tersebut adalah anggota keluarga atau teman kita yang lebih tua, salah-salah kata bisa jadi usaha untuk menyadarkan tersebut dianggap menggurui. Tetapi, sesulit apapun, usaha tersebut tetap harus dilakukan dengan cara yang baik karena memiliki tujuan yang baik pula, yakni terwujudnya lingkungan masyarakat yang memiliki kesadaran diri di dunia maya.

Ketiga, usaha memperbanyak konten-konten positif untuk mengisi jagat dunia maya. Keberadaan konten negatif yang sudah sedemikian banyaknya di world wide web, tentu saja menjadikan dunia siber ini penuh dengan sampah atau bahkan racun yang membahayakan penghuninya. Oleh karena itu, upaya produksi konten positif dapat diartikan sebagai tindakan detoksifikasi atas konten negatif tersebut.

Dwiaksi Nyata

Dari tiga strategi di atas, pada ujungnya bermuara pada dwiaksi secara nyata. Untuk menciptakan dunia maya yang sehat dan bersih dari berita hoaks atau ujaran kebencian, perlu dilakukan tindakan berikut:

Pertama, mengkonter berita hoaks atau ujaran kebencian dengan penyadaran pada masyarakat. Dapat berupa edukasi secara global mengenai self awareness di dunia maya ataupun secara khusus melakukan klarifikasi terhadap berita hoaks yang ada. Dengan usaha counter ini, konten negatif diharapkan dapat terhalang perkembangannya.

Kedua, memproduksi konten positif, baik dalam bentuk tulisan, gambar (meme), video, atau media digital lainnya. Dengan adanya konten yang bernuansa perdamaian, berita-berita nyata, kabar-kabar positif, dan sebagainya, maka dunia maya akan semakin sehat. Dan pada akhirnya, warganet pula yang akan mendapat manfaat penuh berkah dari era teknologi yang makin berkembang pesat ini.

Mari kita upayakan bersama!

This post was last modified on 10 Januari 2018 9:59 AM

Dawam M Rohmatulloh

Alumnus PPM Islam Nusantara UNU Indonesia Jakarta. Kini menjadi teman belajar mahasiswa INSURI dan IAIN Ponorogo sembari tetap aktif sebagai Ketua PAC GP Ansor Mlarak Ponorogo.

Recent Posts

Membangun Ketahanan Nasional Melalui Moderasi Beragama

Ketahanan nasional bukan hanya soal kekuatan fisik atau militer, tetapi juga mencakup stabilitas sosial, harmoni…

1 hari ago

Kembang Sore: Antara Tuhan dan Kehidupan

Dzating manungsa luwih tuwa tinimbang sifating Allah —Ronggawarsita.   Syahdan, di wilayah Magetan dan Madiun,…

1 hari ago

Meletakkan Simbolisme dalam Prinsip Agama Bermaslahat

Semakin ke sini, agama semakin hadir dengan wajah yang sangat visual. Mulai dari gaya busana,…

1 hari ago

Ketika Bencana Datang, Waspada Banjir Narasi Pecah Belah di Tengah Duka Bangsa

Di tengah rumah yang runtuh, keluarga yang kehilangan tempat tinggal, dan tangis pengungsian yang belum…

1 hari ago

Merawat Bumi sebagai Keniscayaan, Melawan Ekstremisme sebagai Kewajiban!

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi dua persoalan besar yang sama-sama mendesak: kerusakan lingkungan dan…

2 hari ago

Banjir Hoax dan Kebencian; Bagaimana Kaum Radikal Mengeksploitasi Bencana Untuk Mendelegitimasi Negara?

Banjir di Sumatera dan Aceh sudah mulai menunjukkan surut di sejumlah wilayah. Namun, banjir yang…

2 hari ago