Editorial

Telandani Nabi: Persaudaraan sebagai Pilar Kesuksesan

Suatu hal yang menarik pada era awal Islam adalah tingkat hubungan antara satu dengan yang lain di kalangan umat Islam. Tingkat hubungan ini tidak memiliki batas-batas tertentu sehingga antara satu dengan yang lain tidak merasa lebih dari yang lain. Tidak ada yang membedakan antara satu dengan yang lain. Semuanya sama, yang hitam dan yang putih yang kaya dan yang miskin semua sama rata sama rasa walaupun tidak diikat dengan hubungan darah dan keluarga kecuali hanya karena kesamaan aqidah. Tingkat hubungan tersebut tidak lain disebabkan oleh kecintaan mereka yang sangat luar bisa terhadap agama yang di bawa oleh Rasulullah Saw sehingga iapun mengibaratkan ummatnya sebagai sebuah bangunan yang kokoh dan kuat.

Persaudaraan merupakan salah satu titik penting yang menjadi perhatian Nabi saat ia memulai dakwahnya mulai dari Mekkah hingga Madinah. Di Madinah ia mempersatukan kaum Muhajir dengan Anshor dan mengasimilasi antara keduanya tanpa ada unsur suku, turunan dan lain-lain sebagainya. Masyarakat dapat hidup dalam keharmonisan dan solidaritas yang cukup tinggi. Yang kaya membantu yang miskin dan yang miskin menghormati yang kaya, tidak ada perbedaan kulit putih dan hitam semua tunduk pada nilai-nilai agama yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Allah Swt.

Nabi mempersatukan hati mereka dan menjadikan mereka lunak dan santun serta saling mencintai antara sesamanya. Mereka mampu menciptakan sebuah komunitas yang utuh tanpa ada perbedaan agama, suku dan bangsa. Komunitas inilah yang berhasil menciptakan sebuah peradaban baru di tengah peradaban yang cukup tua dan mampu menggeser peradaban itu sehingga menjadi sebuah peradaban yang tiada duanya pada era-era itu.

Rasulullah menyadari karakter multi etnis dan suku di tengah masyarakatnya sebagai sesuatu yang sangat rentan dan dapat dimanfaatkan oleh orang lain untuk merongrong komunitas yang baru lahir itu. Oleh karena itu sejak awal, Rasulullah menggagas dan mengusung nilai-nilai persaudaraan dan kesamaan antara semua umat manusia sehingga hal tersebut tidak menjadi gap yang dapat dimanfaatkan oleh orang-orang lain yang tidak senang dengan eksistensi umat yang baru lahir itu.

Islam menekankan pentingnya memupuk persaudaraan antara sesama manusia oleh karena itu tidak sedikit ayat-ayat Alquran dan hadis Rasulullah yang menekankan pentingnya persaudaraan dan melarang keras prilaku-prilaku yang dapat merusak persaudaraan. Semua prilaku yang dapat merusak persaudaraan antara sesama akan menjadi racun dan penyakit di tengah-tengah masyarakat dan berdampak negatif terhadap kehidupan sosial.

Islam memberikan makna persudaraan melebihi makna persaudaraan yang dipahami oleh peradaban-peradaban pada era itu. Persaudaraan dalam Islam adalah sebuah tingkat hubungan dengan sesama tanpa batas bukan karena hubungan darah atau turunan, tetapi karena kecintaan sesama manusia semata-mata untuk mencapai keridahaan Allah Swt. Oleh karena itu, mereka yang menjaga dan memelihara persaudaraan dengan sesamanya karena Allah merupakan salah satu  yang dijamin oleh Rasulullah yang akan mendapatkan perlindungan di sisi Allah di mana pada saat itu tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Allah.

Kemulian dan kehormatan yang didapatkan oleh mereka yang menjalin persaudaraan dengan sesamanya bukan saja mendapatkan perlindungan di sisi Allah tetapi juga mendapatkan surga di sisinya. Sikap yang lahir dari setiap orang yang konsisten menjaga dan memelihara persaudaraan dan persahabatan adalah moral dan akhlak yang mulia sehingga wajar jika nantinya di hari kemudian mendapatkan balasan surga.

Beberapa hal yang akan menjadi ciri khas bagi mereka yang senantiasa menjaga dan memelihara persahabatan dan persaudaraan adalah selalu menghindari sikap-sikap egoisme, kebencian, iri hati, takabbur, permusuhan, ghiba dan sikap-sikap kasar seperti melaknat, memcaci maki, menghina dan berbagai jenis penyakit jiwa yang melahirkan sikap-sikap negatif.

Persaudaraan Islam dalam konteks hari ini termasuk di tanah air mulai dilandasi berbagai permasalahan. Muncul fanatisme kelompok yang mengklaim dirinya sebagai kelompok yang paling benar dan menganggap orang lain sesat dan menyimpang dari ajaran Islam. Dampaknya, persaudaraan antara sesama mulai redup karena yang lain menganggap yang paling benar dan yang lainnya salah dan keliru. Bahkan bukan saja itu apa yang dilarang oleh Rasulullah pada umatnya menjadi populer di tengah-tengah kita seperti menghakimi seseorang sesat, kafir, thogut dan berbagai istilah yang diberikan kepada sesamanya akibatnya adalah yang menguak adalah perpecahan, permusuhan dan perselisihan.

Fenomena ini tentu akan semakin menjauhkan umat dari kesuksesan untuk membangun sebuah komunitas yang didambakan sebagaimana yang pernah dicapai oleh salafussalih.  Kesuksesan terbesar peradaban Islam karena ikatan persaudaraan yang melintas batas perbedaan. Inilah kunci yang seharusnya disadari oleh umat Islam saat ini.

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Reinterpretasi Konsep Politik Kaum Radikal dalam Konteks Negara Bangsa

Doktrin politik kaum radikal secara umum dapat diringkas ke dalam tiga poin pokok. Yakni konsep…

2 jam ago

Islam dan Kebangsaan; Dua Entitas yang Tidak Bertentangan!

Sampai saat ini, Islam dan negara masih kerap kali dipertentangkan, khususnya oleh pengusung ideologi khilafah.…

2 jam ago

Melihat Sejarah Kemerdekaan Indonesia: Meremajakan Kembali Relasi Agama dan Negara

Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan perjuangan, keberanian, dan komitmen untuk membebaskan…

2 jam ago

Pentingnya Etika dan Karakter dalam Membentuk Manusia Terdidik

Pendidikan memang diakui sebagai senjata ampuh untuk merubah dunia. Namun, keberhasilan perubahan dunia tidak hanya…

2 hari ago

Refleksi Ayat Pendidikan dalam Menghapus Dosa Besar di Lingkungan Sekolah

Al-Qur’an adalah akar dari segala pendidikan bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an tak sekadar mendidik manusia…

2 hari ago

Intoleransi dan Polemik Normalisasi Label Kafir Lewat Mapel Agama di Sekolah

Kalau kita amati, berkembangbiaknya intoleransi di sekolah sejatinya tak lepas dari pola normalisasikafir…

2 hari ago