Jamaah haji Indonesia kini mulai berdatangan kembali ke tanah air dengan penuh suka cita dan bahagia yang tidak dapat dilukiskan, mereka bergabung kembali dengan keluarga di kampung halaman masing-masing, kini pun mereka telah menyandang predikat haji dan mendapat sapaan pak “haji” atau “ibu haji”. Mereka telah melalui semua rangkaian dan kewajiban ibadah haji termasuk wuquf di ‘Arafah. Berwukuf secara syari’ merupakan syarat rukun syahnya pelaksanaan ibadah haji yang dilaksanakan di padang ‘Arafah, sedangkan berwukuf secara hakiki dilaksanakan sepanjang hidup manusia.
Berwukuf atau wuquf berarti berhenti sejenak, berdiam sesaat. Wuquf di Padang Arafah dilaksanakan sekali dalam setahun sebagai pertanda puncak terlaksananya rukun Islam kelima. Setiap pribadi muslim dan mukmin wajib melaksanakannya sekali dalam seumur hidupnya, meski pada kenyataannya banyak di antara kaum muslimin selalu rindu untuk kembali berziarah ke Haramain guna melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan tidak sedikit di antara orang Islam yang mewujudkan harapannya untuk memperbanyak ibadah di tanah suci Mekkah dan Madinah.
Wuquf secara ritual syari’ telah berlalu pada tahun ini dengan aman dan selamat, namun kita patut prihatin pada saat pelaksanaan ibadah wuquf dan semua rangkaiannya pada tahun 2015 lalu terjadi musibah besar yang menelan 2.177 orang korban jiwa, terutama saat melaksanakan rangkaian ibadah lontar jumrah di Mina. Semoga mereka yang telah gugur di Mina mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah swt.
Peristiwa tersebut merupakan perhatian khususnya bagi pemerintah Saudi Arabia agar tidak terjadi lagi peristiwa yang sama pada waktu-waktu selanjutnya, sebab jumlah komunitas yang akan melaksanakan ibadah haji terus bertambah dan bahkan harus sabar menanti giliran yang berada dalam daftar penantian. Bagi jamaah haji juga sangat menjadi atensi agar jangan terburu-buru dalam melaksanakan ibadah, jangan mudah terpancing oleh gelombang massa serta setiap jamaah harus patuh dan tunduk pada aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan dilaksanakan secara teknis oleh para pendamping dan pembimbing haji masing-masing wilayah dan daerah serta kloter penerbangan.
Wuquf atau berwukuf secara hakiki akan terus berlangsung, wuquf (berhenti sejenak) tidak akan pernah berhenti dalam kehidupan di dunia ini, kata wuquf secara bahasa berarti berhenti sejenak, bernafas sesaat. Semua kita setiap saat membutuhkan pemberhentian tersebut meskipun sesaat dan sejenak, menarik nafas sesaat, gunanya adalah untuk memantapkan langkah selanjutnya, memperbarui semangat dan etos kerja setiap pribadi, memastikan makna dan kualitas hidup hari esok, dan juga untuk memperbarui nafas kebersamaan baik sebagai hamba, sebagai masyarakat dan sebagai pribadi.
Jangankan manusia yang tidak mengenal berhenti melakukan pemberhentian, binatang dan tumbuhan pun melakukan pemberhentian sejenak dalam siklus kehidupan mereka.
Ibadah wuquf bagi jamaah haji yang dilaksanakan di Padang Arafah merupakan pembelajaran akan pentingnya pemberhentian sejenak sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim sekeluarga. Pemaknaan wuquf yang lebih filosofis, komprehensif, berkesinambungan dan semesta bahwa sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa memiliki tanggung jawab yang berat untuk senantiasa memelihara kelangsungan hidup sebagai upaya meningkatkan semangat pengabdian kepada-Nya dan juga sebagai salah satu cara mensyukuri begitu banyak nikmat yang telah, sedang dan akan dikaruniakan oleh Allah kepada setiap manusia.
Khusus bagi kaum muslimin, pemaknaan berwukuf dalam kehidupan ini adalah berhenti sejenak di hadapan Allah Swt seraya bersujud dan bersimpuh di hadapannya memohon inayah, magfirah, ridha dan taufiq-Nya agar dapat memelihara amanah yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk memakmurkan kehidupan dunia. Konsekuensi dari amanah tersebut, tiap individu wajib memelihara suasana yang damai dan kondusif dalam semua kondisi waktu serta situasi tempat di mana pun berada.
Dalam sehari semalam terdapat 24 jam waktu yang tersedia dan diberikan oleh Allah swt kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya untuk melakukan segala aktifitas sosial kemasyarakatan dan juga mencari rejeki yang halal untuk melangsungkan hidup dan kehidupan, di tengah kesibukan tersebut kita diminta berhenti sejenak sebanyak lima kali dalam sehari semalam yang dituangkan dalam lima waktu shalat wajib. Mengapa berwukuf dilaksanakan di Padang ‘Arafah ? perlu dipahami bahwa Arafah artinya mengenal, mengetahui. Di sini tersirat pesan yang filosofis bahwa dalam setiap melaksanakan pemberhentian sejenak di hadapan Allah Swt, kita dituntut untuk melakukan perenungan mendalam dengan mengenali diri sendiri, memahami eksistensi diri, mengetahui peran yang dilakoni dalam kehidupan ini.
Where are you going ?
Tiga pertanyaan filosofis dan mendasar yang dapat kita bisikkan dalam hati pada saat melakukan pemberhentian sejenak, yaitu kita berasal dari mana? kita sedang berada di mana? dan selanjutnya kita akan melanjutkan perjalanan panjang ini menuju ke mana? Ketiga pertanyaan tersebut bukan jawaban secara tertulis yang harus dipersiapkan seperti seorang mahasiswa menjawab pertanyaan dosennya, pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki cara tersendiri untuk menjawabnya, di antaranya setiap kita dituntut untuk melakoni pemberhentian sesaat alias berwukuf, dalam suasana seperti itulah kita merenungkan hakekat penciptaan kita.
Ketiga pertanyaan tersebut terangkum dalam sebuah pertanyaan yang terdapat dalam QS. al-Takwir 81 : 26. Fa ‘aina tazhabuun – Where are you going? kita menjawabnya terkadang tidak jelas, ada yang menjawabnya samar-samar, ada pula yang menjawabnya dengan anggukan. Arah kompas kehidupan kita lebih banyak tertuju bukan kepada terminal terakhir yakni perjumpaan dengan sang pencipta pada hari perhitungan. Tidak sedikit di antara kita yang menjawabnya dengan cara mengejar dunia dan mengabaikan hari esok yang lebih kekal, ada pula yang menjawabnya dengan memperturutkan hawa nafsu dunia, ada yang hanya mengejar materi, pangkat, jabatan, akhirnya menjadilah mereka hamba nafsu, diperbudak oleh harta dan takhta.
Pada sisi lain, tidak sedikit pula orang, kelompok, organisasi dan bahkan mengatasnamakan negara melakukan pembantaian atas nama Tuhan, namun mengabaikan indahnya persaudaraan, bahagianya kebersamaan. Mereka secara monopolis tampil sebagai juru bicara Tuhan yang seolah dan merasa memiliki kewenangan mutlak membuat tafsiran dari banyak pesan-pesan langit, namun tak lain dan tak bukan hanyalah untuk melegitimasi nafsu birahi politiknya semata untuk mensahkan bahwa semua yang mereka katakan adalah keinginan Tuhan.
Semua pihak yang diilustrasikan di atas, harus terus lebih banyak berwukuf, lebih banyak berhenti sejenak sambil menarik nafas yang dalam, memperbaharui semangat perjuangan, merenungkan hakikat perjalanan panjang kehidupan ini. Bila hal tersebut melembaga dalam setiap insan, dan bila setiap pribadi individu masyarakat tetap konsisten untuk terus berwukuf dalam artian istiqamah dalam menegakkan perintah solat lima waktu baik yang telah menunaikan rangkaian ibadah haji maupun yang belum menunaikannya, maka terwujudlah ketenangan, kedamaian, ketenteraman dan kebahagiaan dalam masyarakat. Segala macam bentuk kriminal dan semua jenis kejahatan tidak meraja lela dalam masyarakat.
Demikian pula khususnya bagi aparat pemerintah, jika rutinitas berwukuf terus ditegakkan, jika para wakil rakyat duduk sejenak menarik nafas, maka dapat dipastikan bahwa KPK tidak dapat melakukan operasi tangkap tangan bagi oknum yang terduga berprilaku kolusi dan koruptif terhadap kebijakan yang dapat mensejahterakan rakyat.
Cerminan pribadi yang selalu memaknai syariat wuquf dalam hidup dan kehidupan baik dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan bahkan dalam kehidupan beragama, terwujudnya watak dan pribadi yang tidak suka membanggakan diri, memiliki pribadi yang rendah hati atau tawadhu’, tidak didominasi rasa memiliki yang tinggi yang pada akhirnya semua milik orang lain adalah juga miliknya.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…