Narasi

Tentang Tetangga dan Perintah Untuk Berbuat Adil Terhadap Sesama

Suatu ketika ‘Aisyah r.a, istri Rasulullah SAW, mengadakan acara syukuran. Seekor kambing gemuk dipilihnya sebagai menu utama untuk dijadikan gulai. Oleh ‘Aisya r.a daging kambing yang sudah digulai tersebut dibagi-bagikan kepada tetangga dekatnya. Hal tersebut adalah hal yang disenangi beliau sebagai bentuk kepedulian terhadap orang-orang di sekelilingnya. Melihat prilaku istrinya, sebagai seorang suami Rasulullah tentu amat senang. Namun dengan demikian, Rasul tetap harus mengabsen siapa saja yang telah diberi jatah gulai oleh istrinya itu.

Kepada ‘Aisyah beliau menanyakan apakah semua tetangganya sudah diberikan gulai tersebut. Beliau khawatir jika ada salah satu tetangganya yang terlewatkan, karena hal tersebut bisa saja menimbulkan fitnah dan ketidak harmonisan di antara mereka.

“Wahai istriku, apakah si fulan juga telah engkau beri jatah gulainya?” tanya Rasulullah SAW meminta penjelasan. “Belum! Dia itu Yahudi dan saya tidak akan mengirimnya gulai,” jawab ‘Aisyah. Ternyata apa yang ditakutkan Rasul itu benar, masih ada tetangganya yang terlewatkan hanya karena stasusnya sebagai Yahudi.

Mendengar jawaban itu, Rasulullah SAW terusik ketenangannya. Maka dengan penuh kelembutan beliau menegur ‘Aisyah dan memintanya untuk tidak memandang status agama atau keyakinan tetangganya. “Kirimlah jatah gulainya wahai istriku! Walaupun Yahudi, ia tetaplah tetangga kita,” pinta Rasulullah.

Hubungan ketatanggan menjadi alasan yang kuat bagi Rasulullah SAW untuk tetap memperhatikan si fulan. ‘Aisyah pun menyadari kesalahannya serta menuruti saran dari panutannya itu. Akhirnya ia memberikan jatah gulai pada tetangganya yang Yahudi.

Begitulah sifat luhur Rasulullah SAW dalam menjalin hubungan ketetanggan yang harmonis. Rasul menghendaki tidak terjadi pilih-pilih atau pilah-pilah tetangga berdasarkan latar belakangnya. Bagi beliau, tetangga tetaplah tetangga yang harus diperhatikan dan dihormati sampai kapanpun. Tidak peduli latar belakang suku, ras, agama, dan golongannya. Karena itu beliau berpesan kepada umatnya untuk menjaga perasaan para tetangganya. Kebersamaan sebagai tetangga semestinya dikedepankan guna menjalin hubungan yang harmonis antar tetangga.

Abu Dzar al-Ghifari, kawan dekat Rasul pernah mendapat wasiat khusus untuk mempredulikan tetangganya sebagai bentuk kebersamaan sesama tetangga yang hidup berdampingan. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdurrahman al-Darimi dalam Sunan al-Darimi (II/147), Rasulullah Saw berwasiat:”Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak sayuran, maka perbanyaklah kuahnya, lalu lihatlah tetangga-tetanggamu dan bagilah masakanmu untuk mereka.” (HR. Al-Darimi)

Melalui Hadis ini, Rasulullah Saw menyebutkan “tetangga”, bukan “tetangga Muslim”. Dengan demikian tidak ada yang harus dibedakan dari perintah hadis tersebut dalam berbagi terhadap sesama tetangganya. Begitulah junjungan umat Islamn ini memberikan tauladan. Islam mengajarkan umatnya untuk berbaur dengan siapapun, termasuk dengan tetangga yang berbeda keyakinan. Karena perbedaan bukanlah alasan untuk tidak berbuat kebaikan.

 

Uyun Rika Uyuni

Santri di pondok pesantren Qothrotul Falah, Lebak, Banten. Sedang menempuh pendidikan di Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Serang, Banten, jurusan komunikasi penyiaran islam. Tergabung dalam komunitas tulis “–ing community” dan bersama para santri lainnya telah menerbitkan sebuah buku berjudul "Renungan Santri: essai-essai problematika remaja" (pustaka Qi falah/2014)

Recent Posts

Pentingnya Etika dan Karakter dalam Membentuk Manusia Terdidik

Pendidikan memang diakui sebagai senjata ampuh untuk merubah dunia. Namun, keberhasilan perubahan dunia tidak hanya…

2 hari ago

Refleksi Ayat Pendidikan dalam Menghapus Dosa Besar di Lingkungan Sekolah

Al-Qur’an adalah akar dari segala pendidikan bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an tak sekadar mendidik manusia…

2 hari ago

Intoleransi dan Polemik Normalisasi Label Kafir Lewat Mapel Agama di Sekolah

Kalau kita amati, berkembangbiaknya intoleransi di sekolah sejatinya tak lepas dari pola normalisasikafir…

2 hari ago

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

3 hari ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

3 hari ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

3 hari ago