Narasi

Ulama sebagai Pilar Penjaga Kerukunan Bersosial

Kerukunan dalam berinteraksi menjadi pilar utama untuk terwujud perdamaian yang nyata. Sebab, dengan mengedepankan interaksi yang mendamaikan, seseorang akan menemukan kaidah-kaidah kemanusiaan dari dalam dirinya sendiri untuk orang lain. Dengan kata lain, dirinya akan mengedepankan sikap-sikap yang positif yang bisa membangun ketahanan untuk keutuhan bangsa Indonesia dalam konteks sekarang ini.

Dan, dalam hal ini ulama memiliki peran penting dalam menuntun masyarakatnya. Ulama yang sejatinya menjadi panutan bagi umat muslim dan muslimah yang ada di Indonesia harus memberikan wejangan/arahan yang bisa diterima oleh setiap orang. Dengan tanda kutip, tidak hanya orang Islam saja yang bisa mendapatkan wejangan tersebut. Melainkan, seluruh masyarakat yang menduduki Indonesia.

Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak merasa terdiskriminasi, tersisihkan dalam kebersamaan, hingga seseorang bisa merasakan perhatian dari orang lain, meskipun berbeda agama, ras, ataupun bahasanya. Inilah yang seharusnya menjadi poin penting dalam kehidupan, hubungan sesama umat beragama yang toleransi, menghormati, menghargai kesetaraan dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan  bernegara dalam bingkai NKRI berdasarkan Pancasila UUD 1945.

Ketika kita berkaca pada sejarah perjuangan Indonesia merdeka, ucapan dari seorang ulama memiliki nilai yang sangat berharga bagi bangsa. Bahkan, ada banyak cerita yang mengatakan, sebelum Indonesia benar-benar merdeka Ir. Soekarno sowan terlebih dahulu kepada KH. Hasyim Asyari untuk menanyakan hari apa yang tepat untuk merayakan kemerdekaan Indonesia.

Sejalan dengan itu, pada zaman penjajahan ulama juga sudah mengajarkan, rakyat Indonesia harus cinta tanah air. Puncaknya terjadi ketika KH. Hasyim Asyari mencetuskan resolusi jihad. Revolusi jihad ini kemudian memberikan motivasi/semangat bagi masyarakat untuk ikut ambil andil melawan penjajah. Yang kemudian menghasilkan Indonesia yang sekarang ini, kedamaian dan rasa saling menjaga  untuk negeri Indonesia.

Baca juga : Revitalisasi Nilai Budi Luhur Ulama di Masyarakat Milenial

Hal ini menunjukkan, peran ulama terhadap negeri ini sangatlah kuat. Bisa dikatakan peran ulama sampai kapanpun akan selalu dibutuhkan, untuk membangun Indonesia menjadi negara yang ber-kedaulatan. Negara yang bisa hidup berdampingan dengan tenteram, menebar kasih sayang, dan meneguhkan nilai toleransi antar umat beragama.

Kontribusinya dalam menjaga keutuhan NKRI sudah tidak bisa diragukan lagi. Seperti perumusan dalam menjadikan negara demokrasi, ulama berperan besar di dalamnya. Bisa dikatakan lahirnya ideologi Pancasila, tidak bisa lepas dari sumbangsih dari pemikiran ulama. Di mana demi tegaknya negara yang menghargai perbedaan dan menjamin keberagamaan, maka bangsa Indonesia dilahirkan bukan sebagai negara agama. Akan tetapi negara hukum yang di dalamnya terdapat nilai-nilai ketuhanan.

Inilah yang seharusnya menjadi acuan utama dalam kehidupan yang beragam. Bahwa bersosialisasi sangat penting untuk membangun kedekatan antara sesama manusia, yang kemudian akan melahirkan manusia yang berjiwa nasionalis. Orang-orang yang benar mencintai Indonesia dari lubuk hati yang paling dalam dan mengutamakan kemanusiaan. Tanpa memandang siapa kamu, dari mana kamu berasal, selagi masih satu tanah air, maka dirinya akan siap merangkul.

Peran inilah yang harusnya diemban oleh Ulama, yaitu menjadi penyantun dan teladan setiap manusia. Bukan malah mengadu domba atau mencaci maki dengan doktrin-doktrin yang merugikan orang lain. Ulama itu menjaga keutuhan NKRI bukan melunturkan jiwa kemanusiaan.

Ulama Itu Menanamkan Nilai-Nilai Perdamaian

Sudah menjadi tugas setiap manusia untuk menjaga keutuhan bangsa dan negaranya dari tangan-tangan jahil yang berusaha memecah belah. Sebagaimana Indonesia yang terpetakan oleh banyaknya suku, kebudayaan, ada agama di dalamnya. Maka, sudah semestinya perbedaan ini dijadikan landasan untuk kita saling menghormati dan mencintai dengan orang lain meskipun berbeda.

Sebagaimana yang terpancar dalam ajaran yang diberikan nabi Muhammad, bahwa beliau selalu memberikan jalan untuk umat-umatnya agar menjadi manusia yang santun, menghargai orang lain, menegakkan kebenaran untuk kebahagiaan bersama. Yang harus kita pahami matang-matang ialah, bahwa agama tidak hanya terlahir dari satu asas, melainkan banyak paham. Dan itulah yang kemudian Indonesia memiliki asas lima dasar Pancasila yang harus dipahami oleh setiap manusia.

Meniti sejarah, sejatinya setiap agama mengajak semua pemeluknya untuk menyuarakan perdamaian, kebersamaan, dan menghargai orang-orang yang ada di sekitarnya. Manusia yang memiliki agama ialah orang yang berilmu. Dan, orang yang berilmu ia tidak akan merendahkan orang lain, agama yang di peluk, dan keburukan lainnya, karena semakin tinggi ilmu seseorang maka akan semakin rendah hati pula jiwa dan sikapnya.

Dan inilah yang seharusnya disebarluaskan oleh seorang ulama. Yang sejatinya memiliki peranan tinggi untuk dipercaya masyarakat. Dengan menyebarkan kebaikan tersebut, masyarakat juga akan menemukan senyum kebahagiaan dari kerukunan yang diciptakan oleh masyarakat.

This post was last modified on 13 Desember 2018 1:14 PM

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

View Comments

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

13 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

13 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

13 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

13 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago