Huznudhon terhadap sesama apalagi terhadap sesama umat Islam merupakan suatu etika yang harus selalu menjadi prinsip dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita termasuk husnudhon terhadap Allah Swt sendiri. Husnudhon berarti berprasangka baik terhadap seseorang baik yang dikatakan maupun yang dilakukan. Mereka yang suka berhusnudhon berarti memiliki hati yang bersih, lapang, selalu optimis dan suka membantu serta selalu menerima segala sesuatu dengan hati yang ikhlas. Sebaliknya suudhon adalah sikap yang harus selalu dihindari dalam menyikapi setiap peristiwa yang terjadi termasuk dalam menilai sesama kita. Mereka yang suudhon berarti mereka selalu menggunjing, menghasut,memfitnah, pesimis dan iri serta dengki.
Husnudhon dan Suudhon masing-masing memiliki dampak, baik terhadap diri orang itu sendiri maupun terhadap masyarakat secara umum. Husnudhon akan melahirkan keserasian, kedamaian, ketentraman dan kebersamaan, sementara suudhon akan melahirkan, kebencian, perpecahan, saling fitnah yang pada ujungnya akan menciptakan hidup yang tidak nyaman, tidak kondusif bahkan bisa mengakibatkan perkelahian dan pertumpahan darah.
Tidak sedikit buku yang mengemukakan tentang pentingnya selalu husnudhon dan menghindari suudhon dan pengaruhnya terhadap diri sendiri dan masyarakat termasuk pengaruhnya terhadap kesehatan. Islam sendiri mengkategorikan mereka yang selalu suudhon terhadap sesama ibaratnya memakan daging saudaranya, karena dengan suudhon sudah pasti akan selalu menggunjing, menghasut serta memfitnah antara sesamanya, bahkan setiap saat akan selalu berusaha merongrong dan menjatuhkan sesamanya.
Dalam Alqur’an Allah Swt berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang (QS: Al-Hujurat: 12)
Jika memperhatikan kehidupan sosial umat Islam saat ini khususnya di tanah air, setiap hari penuh ketegangan, persoalan muncul di mana-mana. Hoax dan fitnah sudah dianggap biasa. Orasi menjadi ciri utama untuk menyampaikan aspirasi dan bentuk bentuk lainnya yang sering kali sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya yang kita anut selama ini.
Berhusnudhon dengan yang lain sudah sangat minim dan sebaliknya mencari kesalahan dan memutarbalik fakta menjadi pekerjaan sehari-hari. Yang paling aneh karena memperbesar kesalahan dan mencari kesalahan menjadi ciri menonjol dalam berinteraksi dengan yang lain padahal Islam sendiri telah melarang membuka aib sesama bahkan memerintahkan kita agar selalu menutup aib sesama, karena barang siapa yang menutupi aib sesamanya maka Allah akan menutup aibnya di hari kemudian nanti.
Husnudhon sudah pasti akan membawa kita ke kehidupan yang lebih baik, nyaman, damai dan tenteram sementara Suudhon sudah pasti membawa kita kepada kehidupan yang tidak nyaman, kacau dan saling membenci.
This post was last modified on 17 Januari 2017 11:35 AM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…