Narasi

Cyber Santri: Jihad Ala Santri Millenial menjaga NKRI

“Perjuangan Membela Tanah Air, merupakan Kewajiban Setiap Muslim. Membela Tanah Air hukumnya Fardlu’ain Bagi Setiap  Individu

-KH. Hasyim Asy’ari-

Anugerah Allah swt yang paling besar, diantaranya terbebasnya bangsa dan negeri ini dari cengkraman kolonialisme. Santri juga terlibat menjadi aktor yang gigih berjuang dengan semangat pengabdian, pengorbanan, dan ketulusan hati. Tanpa spirit tersebut niscaya tidak mungkin bangsa ini menikmati manisnya kemerdekaan, ucap KH. Said Aqil Siraj dalam buku Penakhluk Badai karya Aguk Irawan.

Tidak berlebihan kemudian presiden Joko Widodo mengapresiasi perjuangan santri dengan ditetapkannya tanggal 22 oktober sebagai hari santri nasional pada tahun 2015 lalu, melalui kepres nomor 22 tahun 2015. Sebagai pengingat dan penghargaan dari pemerintah terhadap peran santri dalam pemperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Jihad Ala Santri Millenial

Di era millenial, santri harus mampu mengaktualisasikan jihad-jihad  kekinian. Serta mampu mengembangkan diri meneruskan estafet perjuangan jihad santri masa lalu, dimana perjuangannya dalam mempertahankan NKRI telah di catat oleh sejarah. Tentu saja caranya tidak bisa sama, dikarenakan tantangan zaman berbeda. Beda zaman, beda pula strategi yang dibutuhkan.

Jihad  ala santri millenil menjadi strategi keinian yang mesti dilakukan untuk menjaga keutuhan NKRI. Terus menebarkan pesan cinta tanah air, dan menghargai keberagaman sebagai fitrah Indonesia. Karena Indonesia adalah rumah bersama yang harus dijaga bersama-sama.

Santri harus terus bergerak terlibat  dan bertranformasi sebagai penebar pesan-tren  cinta damai, anti hoax, dan ujaran  kebencian. Tak hanya di dunia offline, tapi juga di dunia online. Lalu, bagaimana cara berjihad  ala santri millenial? Salah satu caranya sebagai cyber santri di dunia maya.

Cyber Santri

Saat ini begitu banyak ustadz-ustadz virtual berseliweran di dunia maya. Tak jelas santri dari pesantren  mana, ngaji di siapa, gurunya siapa, dan sanad keilmuannya apa. Tapi anehnya sangat digandrungi dan menjadi rujukan generasi millenial yang haus akan ilmu agama. Bahayanya, konten-kontennya seringkali jauh dari menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air. Pertanyaannya, the real santri kemana?

 So, dalam kondisi kritis ini santri harus keluar dan bertebaran menembus ruang-ruang virtual di sosial media bertranformasi menjadi cyber santri di dunia maya. Apa saja yang perlu dilakukan cyber santri dalam menjaga NKRI? Berikut tips jihad ala cyber santri millenial:

Pertama, dakwah online. Dakwah online adalah sebagai pilihan untuk mentransfer wawasan islam moderat dan kebangsaan dalam  menjaga NKRI. Santri millenials harus menjadi garda terdepan dalam jihad mengkampanyekan perdamaian melawan permusuhan, hoax, dan ujaran kebecian yang dapat merusak keutuhan NKRI.

dakwah online juga sebagai counter narasi ustadz-ustadz virtual yang konten ceramahnya tidak toleran, penuh kebencian, dan tidak cinta NKRI.

Kedua, mapping dan inovasi  konten. Dakwah Online saja tentu tidak cukup. Perlu dilakukannya mapping konten dan inovasi penyajian dakwah yang membikin generasi millenial tertarik, tergugah, dan senang mengikutinya. Sehingga menjadi pengunjung tetap dan tidak berpindah ke laman ustadz-ustadz virtual yang menjauhkan generasi dari mensyukuri indahnya keberagaman.

Kontennya bisa dimulai dari yang sedang hits serta menjadi trending topik dalam pembicaraan millenials. Hoax ratna sarumpaet yang memecah belah persaudaraan misalnya.

Ketiga, viralkan gerakan yang dilakukan dengan bahasa tren. Tidak akan berarti apa-apa konten yang menarik dan brilian, apabila tidak ada yang menonton. Maka, menviralkannya dengan bahasa tren menjadi suatu keharusan.

Para santri bisa memaksimalkannya dengan menggunakan jejaring santri se- nusantara yang jumlahnya tumpeh-tumpeh. Untuk menviralkan serta me like-share konten dakwah online yang superr menarik itu. Well, selamat mengabdi untuk negeri para santri. Bersama santri damailah negeri.

This post was last modified on 24 Oktober 2018 1:13 PM

Rohani Inta Dewi

Recent Posts

Tiga Nilai Maulid ala Nusantara; Religiusitas, Kreativitas, Solidaritas

Menurut catatan sejarah, perayaan Maulid Nabi Muhammad secara besar-besaran muncul pertama kali di Mesir pada…

17 jam ago

Muhammad dan Kehidupan

Konon, al-Ghazali adalah salah satu ulama yang memandang sosok Muhammad dengan dua perspektif, sebagai sosok…

20 jam ago

Meneladani Nabi Muhammad SAW secara Kaffah, Bukan Sekedar Tampilan Semata

Meneladani Nabi adalah sebuah komitmen yang jauh melampaui sekadar tampilan fisik. Sayangnya, sebagian kelompok sering…

20 jam ago

Warisan Toleransi Nabi SAW; Dari Tanah Suci ke Bumi NKRI

Toleransi beragama adalah energi lembut yang dapat menyatukan perbedaan. Itulah kiranya, salah satu ajaran mulia…

2 hari ago

Walima, Tradisi Maulid ala Masyarakat Gorontalo yang Mempersatukan

Walima, dalam konteks tradisi Maulid Nabi, adalah salah satu momen yang sangat dinanti dan dihormati…

2 hari ago

Darul Mitsaq; Legacy Rasulullah yang Diadaptasi ke Nusantara

Salah satu fase atau bagian paling menarik dalam keseluruhan kisah hidup Rasulullah adalah sepak terjang…

2 hari ago