Keagamaan

Etika Berkomunikasi dalam Islam

Berkomunikasi merupakan perhatian penting setiap agama dan budaya dan memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi karena dengan komunikasi yang baik, maka nilai seseorang dan yang akan disampaikan akan memiliki arti yang sangat positif bagi pendengarnya. Di Indonesia, sejak kecil anak-anak sudah diajarkan bagaimana berkomunikasi dengan sesama mulai dengan temannya sampai kepada mereka yang lebih tua termasuk berkomunikasi dalam rumah tangga dan dengan tetangga. Setiap saat  orang tua dan guru-guru di sekolah membimbing anak-anaknya dan siswanya agar berkomunikasi yang baik dengan sesama. Kitapun diajarkan istilah-istilah yang layak disampaikan jika berbicara dengan orang yang lebih tua atau sesamanya. Itulah tata krama yang selalu harus dijunjung tinggi di manapun kita hidup dan berinteraksi dengan siapapun.

Etika berkomunikasi menjadi sangat penting karena dengan komunikasi itulah seseorang akan dinilai berpendidikan atau tidak, beradat istiadat atau tidak dan lain sebagainya. Saking pentingnya, sehingga komunikasi itu menjadi materi khusus yang harus dipelajari. Orator, sales, dai, dan motivator mutlak harus didukung dengan kecakapan berkomunikasi..  Seseorang yang memiliki kecakapan komunikasi tentu akan  jauh lebih baik dengan rekan-rekannya yang tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dan sudah barang tentu akan jauh dikenal dan digandrungi oleh masyarakat atau pimpinannya.

Allah sendiri memberikan kemampuan berkomunikasi kepada nabi dan rasulnya agar mampu mensukseskan misinya di setiap kaum di mana mereka diutus, karena dengan komunikasi yang baik dan santun serta fasih, pesan dan risalah itu akan sampai kepada yang ditujukan.   Nabi Musa dan saudaranya diminta agar menyampaikan pesan-pesan yang lunak kepada Fir’aun agar ia dapat menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan adalah Allah sang pencipta langit dan bumi bukan Fir’aun. Demikian pula Nabi Muhammad Saw berhasil menyebarkan risalah yang diemban karena komunikasinya yang sangat lunak.

Dalam Alquran kita menemukan sejumlah ayat yang menekankan tentang etika berkomunikasi yang proporsional. Jika memang harus tegas maka harus menyampaikan pernyataan  secara tegas dan jika memang harus lemah lembut maka harus menyampaikan dengan cara lemah lembut. Dalam pribahasa orang-orang Arab menyebutkan bahwa “Setiap kondisi memiliki karakteristik tersendiri dalam berkomunikasi” . Artinya jika menghadapi mereka yang berpendidikan tentu harus disesuaikan demikian pula sebaliknya. Tidak bisa sembarang menyebar atau menyampaikan sesuatu secara sembarangan sebagaimana yang terjadi saat ini di media sosial dengan istilah hoax yang dilempar kemana-mana tanpa ada sasaran tertentu. Akibatnya adalah fitnah menyebar kemana-mana.

Beberapa ayat dalam Alquran yang menekankan tentang etika dalam berkomunikasi sebagai berikut:

Artinya : “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka karena itu berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka pelajaran dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha atau perketaan yang berbekas pada jiwa mereka”  (SQ. Annisa : 63)

Artinya:  Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan  maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.  (QS.  Al Israa 28)

Artinya:  Maka berbicaralah kamu berdua kepada mereka dengan kata kata yang lemah lembut (tidak kasar kepada firaun) (SQ. Thaha :44)

Artinya:  Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah berbuat kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua keduanya sampai berusia lanjut dalam pemelirahaannya maka sekali kali janganlah engkau membentak  keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (SQ. Al Israa: 23)

Ayat-ayat di atas menjelaskan bagaimana pentingnya berkomunikasi dengan baik dan dalam menyampaikan keinginan kepada siapapun. Etika itulah yang sepatutnya terus menjadi perhatian kita dewasa ini sehingga hubungan antara sesama dan dengan orang lain tetap harmonis dan apa yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik.

Namun di era moderen ini yang ditandai dengan kemajuan informasi dan alat komunikasi, seseorang sudah jarang sekali berkomunikasi langsung atau face to face bahkan sering kali mereka berada dalam satu ruang tetapi justru berkomunikasi dengan orang yang jauh di seberang. Pola baru ini secara perlahan mulai menggeser nilai-nilai komunikasi yang pernah diajarkan kepada kita baik melalui keluarga maupun melalui pendidikan yang telah ditempuh di masa kecil dan ketika sedang kuliah.

Setiap orang sudah merasa tidak perlu lagi mengontrol alur komunikasi mereka dan kepada siapapun mereka berkomunikasi. Semuanya dilakukan dengan bebas tanpa batas dan tanpa mempertimbangkan dampak dan pengaruh atas apa yang disampaikan di media-media sosial. Mereka sudah tidak lagi mempertimbangkan apakah yang disampaikan itu benar atau bohong dan apakah yangdisampaikan itu berpengaruh positif atau negatif terhadap mereka yang membacanya.

Inilah yang terjadi di era kita sekarang bahkan di tengah-tengah masyarakat muslim yang kental beragama juga sangat didominasi oleh hilangnya etika berkomunikasi. Sehingga tidak mengherankan jika sesama umat Islam sendiri saling berantam dan bertentangan hanya karena etika komunikasi yang sudah tidak lagi menjadi perhatian utama dalam menyampaikan keinginan.

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Euforia Kemerdekaan Rakyat Indonesia Sebagai Resistensi dan Resiliensi Rasa Nasionalisme

Kemerdekaan Indonesia setiap tahun selalu disambut dengan gegap gempita. Berbagai pesta rakyat, lomba tradisional, hingga…

8 jam ago

Pesta Rakyat dan Indonesia Emas 2045 dalam Lensa “Agama Bermaslahat”

Setiap Agustus tiba, kita merayakan Pesta Rakyat. Sebuah ritual tahunan yang ajaibnya mampu membuat kita…

8 jam ago

Bahaya Deepfake dan Ancaman Radikalisme Digital : Belajar dari Kasus Sri Mulyani

Beberapa hari lalu, publik dikejutkan dengan beredarnya video Menteri Keuangan Sri Mulyani yang seolah-olah menyebut…

8 jam ago

Malam Tirakatan 17 Agustus Sebagai Ritus Kebangsaan Berbasis Kearifan Lokal

Momen peringatan Hari Kemerdekaan selalu tidak pernah lepas dari kearifan lokal. Sejumlah daerah di Indonesia…

1 hari ago

Dialog Deliberatif dalam Riuh Pesta Rakyat

Di tengah riuh euforia Kemerdekaan Republik Indonesia, terbentang sebuah panggung kolosal yang tak pernah lekang…

1 hari ago

Pesta Rakyat, Ritual Kebangsaan, dan Merdeka Hakiki

Tujuh Belasan atau Agustusan menjadi istilah yang berdiri sendiri dengan makna yang berbeda dalam konteks…

1 hari ago