Editorial

Idul Adha: Momentum Mengokohkan Solidaritas Kebangsaan

Takbir, tahmid dan tahlil bergema di seluruh penjuru dunia. Umat Islam menyambut hari raya Idul Adha dengan penuh suka cita dan kekhusu’an. Jutaan umat Islam pada momen ini juga telah memadati rumah Allah untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka datang dari berbagai suku, ras, negara dan latar belakang yang beragam, tetapi menyatu dalam totalitas kepasrahan kepads Allah.

Idul Adha merupakan hari raya umat Islam sebagai bentuk I’tibar atau pengambilan pelajaran dari perjalanan spiritual nabi Ibrahim. Tidak salah jika kemudian dikatakan bahwa Idul Adha merupakan ibadah napak tilas ibrahim. Seluruh rangkaian ibadah yang terkandung di dalamnya termasuk ritual dalam haji hingga kurban merupakan rangkaian peristiwa yang pernah dilakukan oleh Ibrahim, Ismail dan Hajar.

Lalu makna apa yang bisa diambil pelajaran dari ibadah ini? Idul Adha melalui ibadah kurban mengajarkan tentang kemulian manusia. Dengan totalitas dedikasi Ibrahim untuk memenuhi kewajibannya ia mendapatkan kompensasi derajat kemuliaan manusia. Bukan manusia yang dikorbankan, tetapi sejatinya korban adalah menyembelih ego dan sifat kebinatangan manusia. Ketika manusia mampu melewati itu maka ia akan menjadi pribadi yang mulia.

Mengorbankan ego pribadi merupakan salah satu bentuk menjaga harmoni sosial. Tidak bisa dibayangkan jika manusia mempertahankan ego masing-masing dalam pergaulan sosial. Pengorbanan manusia sebagai makhluk sosial merupakan keniscayaan untuk menjaga ritme interaksi sosial. Seseorang mesti belajar mengorbankan egonya untuk tidak selalu memaksakan kehendaknya

Selanjutnya kurban juga mengajarkan semangat solidaritas sosial. Ibadah kurban merupakan manifestasi kepedulian terhadap yang lain. Ketika seseorang menanggalkan ego pribadi ia akan mudah memiliki kepedulian sosial. Berkurban sebagai semangat Idul Adha adalah bentuk solidaritas manusia untuk berbagi kelebihan dengan yang lain. Berbagi akan mendidik seseorang untuk memiliki simpati, empati dan respek soosial terhadap komunitasnya.

Dalam sebuah hadis ketika nabi ditanya tentang ajaran Islam yang baik Nabi menegaskan dua hal: “memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada yang kamu kenal dan kepada orang hang tidak kamu kenal”. Ajaran agung Nabi ini merupakan panduan etis umat Islam untuk selalu berbagi dan menyantuni yang tidak mampu. Hal kedua yang ingin diajarkan adalah menebar salam terhadap yang lain baik yang dikenal maupun tidak dikenal.

Inilah sebenarnya semangat ajaran kurban yang terus dilaksanakan oleh umat Islam untuk mendidik pribadi memiliki komitmen dan solidaritas sosial yang tinggi. Islam adalah agama yang sangat menekankan harmoni sosial melalui bangunan solidaritas yang kuat. Memiliki solidaritas merupakan salah satu kunci menjadi umat beriman.

Dalam satu hadis Nabi bersabda: Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri (HR Bukhori). Kecintaan dan kebersamaan dengan sesama umat merupakan bentuk kesempurnaan iman. Seseorang yang mencintai saudaranya tidak akan mungkin berbuat kasar apalagi melakukan tindakan kekerasan yang merugikan saudaranya.

Dalam konteks persaudaraan berbangsa momentum Idul Adha merupakan pelajaran penting agar umat Islam dengan saudara seiman dan sebangsa mampu menjaga kebersamaan dan solidaritas. Semangat untuk berbagi dan menebar salam perdamaian menjadi penting untuk diwujudkan dalam mempererat semangat kebangsaan. Idul adha mengajarkan keikhlasan berkorban untuk bangsa dan negara dengan menanggalkan ego pribadi dan kelompok.  Mari kokohkan solidaritas kebangsaan kita melalui momentum Idul Adha ini.

This post was last modified on 28 Agustus 2017 11:50 AM

Redaksi

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

7 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

7 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

7 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

7 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

1 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

1 hari ago