Keagamaan

I’tikaf: Amalan Dengan Pahala yang Jauh Lebih Tinggi Daripada Jihad

I’tikaf adalah sebuah kegiatan rutin yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, khususnya setelah memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan. Itikaf adalah berdiam diri (diam) di dalam masjid dengan syarat-syarat tertentu, semata-mata niat beribadah kepada Allah.

Rasulullah selalu i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Kemudian pada tahun di mana beliau meninggal dunia, beliau ber i’tikaf selama dua puluh hari. Ketika beliau tidak bisa i’tikaf, beliau kemudian menggantinya dengan I’tikaf sepuluh hari pertama di bulan syawal.

Beberapa hadis yang mengemukakan tentang i’tikaf Rasulullah  sebagai berikut:

Dari Abdullah bin Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah Saw i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari).

Dari Aisyah ia berkata, “Rasulullah Saw melakukan I’tikaf sesudah tanggal dua puluh Ramadhan hingga beliau meninggal dunia.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari Ubay bin Ka’ab dan Aisyah: “Rasulullah beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, hinggal Allah menjemputnya (wafat).” (HR. Bukhari Muslim).

Hadis-hadis tersebut diatas menunjukkan bahwa setiap 10 terahir ramadhan, Rasulullah Saw selalu i’tikaf di masjid. Hukumnya adalah sunnah dan dapat dilakukan diluar bulan ramadhan.

Di beberapa negara Arab hingga saat ini, budaya I’tikaf ini masih sangat kental. Masjid-mesjid dipenuhi oleh para anak muda dan orang tua,  mengaji mulai pagi sampai sahur sambil wirid dan berdoa, serta membaca Alquran dan qiyamullail serta amalan-amalan lainnya yang dilakukan. Bahkan kegiatan-kegiatan ini juga banyak dilakukan oleh orang-orang di negeri kita walaupun masih dalam bentuk sendiri-sendiri dan tidak berjamaah sebagaimana umumnya yang dilakukan oleh orang-orang di negeri Arab.

Banyak hal yang menjadi tujuan utama dalam melakukan kegiatan rutin ini, antara lain mengharapkan kemulian dari Allah Swt, karena pada malam-malam ke-10 ramadhan merupakan malam yang paling berberkah di mana Alquran diturunkan, sehingga dengan melakukan I’tikaf, kemuliaan dan kesempurnaan hidup dapat diperoleh pada malam-malam itu. Inilah  yang akan menentukan jalannya kehidupan di masa mendatang.

Inti dari ibadah sunnah ini adalah menjauhkan diri dari pengaruh-pengaruh dan kegiatan yang duniawi dengan berkonsentrsi melakukan introspeksi pada diri sendiri dan muhasabah atas apa yang telah dilakukan selama ini serta memelihara puasa dan ibadah dari gangguan apapun selama hari-hari kesepuluh Ramadhan.

Ritual i’tikaf dilakukan secara terus menerus sejak zaman nabi hingga para ulama salafussalih, ini menunjukkan bahwa amalan-amalan yang paling mulia dilakukan selama bulan ramadhan adalah ibadah-ibadah yang mendekatkan diri kita kepada Allah Swt, seperti qiyamullail, tilawah quran dan i’tikaf, bukan ‘jihad’ sebagaimana yang digemborkan oleh kelompok-kelompok pendukung ISIS di Indonesia.

Kelompok ini mengartikan jihad secara salah, mereka mengira peperangan dan kejahatan yang mereka lakukan atas nama agama adalah jihad, padahal tidaklah demikian. Mereka pun sampai saat ini masih terus mengajak orang untuk berjihad, mereka bahkan menilai bahwa jihad ke Poso, Chechniya dan Kashmir masih jauh lebih tinggi pahalanya dari ibadah di malam lailatul qadr. Mereka gunakan hadis-hadis yang ditunjukkan oleh Al Imam Albani, padahal Imam Albani sendiri masih menjadi kontraversi, bahkan beberapa ulama menganggap yang bersangkutan sangat berpihak ke paham yang cenderung menjadi rujukan wahabiyah, karenanya hadis yang ia tunjukkan masih lemah dan rawan salah.

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Agama Cinta Sebagai Energi Kebangsaan Menjinakkan Intoleransi

Segala tindakan yang membuat kerusakan adalah tidak dibenarkan dan bukan ajaran agama manapun. Kita hidup…

1 minggu ago

Bagaimana Menjalin Hubungan Antar-Agama dalam Konteks Negara-Bangsa? Belajar dari Rasulullah Sewaktu di Madinah

Ketika wacana hubungan antar-agama kembali menghangat, utamanya di tengah menguatnya tuduhan sinkretisme yang dialamatkan pada…

1 minggu ago

Menggagas Konsep Beragama yang Inklusif di Indonesia

Dalam kehidupan beragama di Indonesia, terdapat banyak perbedaan yang seringkali menimbulkan gesekan dan perdebatan, khususnya…

1 minggu ago

Islam Kasih dan Pluralitas Agama dalam Republik

Islam, sejak wahyu pertamanya turun, telah menegaskan dirinya sebagai agama kasih, agama yang menempatkan cinta,…

1 minggu ago

Natal sebagai Manifestasi Kasih Sayang dan Kedamaian

Sifat Rahman dan Rahim, dua sifat Allah yang begitu mendalam dan luas, mengandung makna kasih…

1 minggu ago

Ketika Umat Muslim Ikut Mensukseskan Perayaan Natal, Salahkah?

Setiap memasuki bulan Desember, ruang publik Indonesia selalu diselimuti perdebatan klasik tak berujung: bolehkah umat…

1 minggu ago