Narasi

Jangan Gagal Fokus, Lawan Kita Virus

Covid-19 memang telah mengubah tatanan dunia dan membuat jutaan, bahkan milyaran manusia tak berdaya. Namun, berbagai kejadian mengkonfirmasi bahwa Covid-19 bisa dikalahkan. Banyak contohnya akan hal ini, seperti Wuhan, tempat pertama kali virus ini menyerang manusia.

Kini, Covid-19 sudah hampir tiga bulan lamanya menginfeksi sebagian masyarakat. Melihat penyebaran virus baru ini begitu cepat, maka pemerintah telah mengambil kebijakan guna mempercepat penangan Covid-19 agar tidak semakin meluas, seperti himbauan bekerja, balajar dan beribadah di rumah. Tak hanya itu, pemerintah juga melakukan berbagai upaya dan terobosan, seperti refocusing anggaran kementerian/lembaga untuk diplotkan ke berbagai aspek lain yang berkaitan langsung dengan langkah percepatan penanganan pandemi.

Namun, langkah di atas bukan tanpa masalah yang berarti. Di level eksekutif, berbagai upaya memang sudah dikeluarkan dan masih berjalan sampai saat ini. Namun, di masyarakat, upaya bersama melawan Covid-19 masih menuai masalah yang cukup pelik. Hal ini bisa dilihat dari berbagai fenomena mutakhir di lapangan.

Di saat pemerintah dan rakyat fokus dalam menghadapi Covid-19, justru akan kelompok atau oknum tertentu yang menjadi duri dalam daging, bahkan mereka mampu memecah konsentrasi rakyat dalam kaitannya menghadapi Covid-19 ini. Tentu masih hangat dalam memori kolektif netizen Indonesia tentang perdebatan dua kubu yang saling berseberangan terkait pandangan mengenai Covid-19; apakah ia merupakan azab/siksaan atau ujian dari Allah?

Baca Juga : Spirit Bangkit Melawan Covid

Setidaknya dari pembahasan tersebut, publik terpecah menjadi dua kubu yang tidak hanya saling berseberangan, melainkan juga saling menjatuhkan satu dengan lainnya. Tentu saja kejadian semacam ini membuat gaduh ruang maya dan yang paling miris adalah memecah konsentrasi masyarakat dalam menghadapi Covid-19.

Belum usai perdebatan tersebut, fokus publik kembali dipecah oleh berita hoaks dan provokasi. Terkait provokasi ini, bahkan Pusat Media Damai (PMD) yang dikelola oleh BNPT menurunkan tema khusus akan hal ini guna mengimbangi atau meluruskan berbagai provokasi dan hoaks di masa pandemi ini. Studi Alan Suparman (2017:45) menyebutkan bahwa hoaks dan provokasi memiliki dampak yang luar biasa, diantara memecah-belah masyarakat.

Refocusing Puasa dan Kebangkitan Nasional di Masa Pandemi

Puasa dan Kebangkitan Nasional menjadi dua momentum penting yang sedang dan akan dihadapi oleh segenap bangsa Indonesia. Tentu saja dua kejadian penting tersebut mempunyai arti yang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena saat ini bangsa ini sedang menghadapi ujian dalam bentuk pandemi Covid-19 yang tak terprediksi sebelumnya.

Di tengah pandemi seperti saat ini, puasa dan Kebangkitan Nasional (20 Mei) memiliki arti yang jauh lebih mendalam, yakni membangun kesadaran nasional dan fokus bersama untuk melawan pandemi Covid-19. Inilah yang kemudian dinamakan sebagai refocusing puasa dan Kebangkitan Nasional.

Pertama, refocusing puasa. Secara sederhanya, refocusing adalah memfokuskan kembali. Dengan demikian, refocusing puasa berarti memantabkan niat untuk menjalankan puasa sebagai syariat dalam Islam. Juga dapat dimaknai secara kontekstual sebagai spirit untuk fokus melawan virus. Dengan demikian, refocusing puasa adalah mendorong setiap pelakunya untuk fokus menghadapi persoalan yang genting seperti Covid-19 dengan cara membangun kesadaran bersama, berbagi dan mengasah kepedulian sosial.

Fokus sebenarnya juga sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam ajaran puasa. Kita mengetahui bahwa syarat wajib atau puasa kita sah karena ada sebuah niat untuk berpuasa. Menurut ulama hanafiah dan hanabilah, niat puasa Ramadhan ditempatkan sebagai syarat wajib puasa. Sementara ulama syafi’iah menempatkannya pada rukun puasa. Namun, menurut keduanya, niat adalah hal yang pokok dalam puasa Ramadhan.

Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan (Muttafaqun ‘alaih). Hadis ini memberikan gambaran bahwa makna lain niat adalah fokus.

Kedua, refocusing semangat kebangkitan nasional. Diantara hikmah dari adanya peringatan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Republik ini seperti Hari Kebangkitan Nasional adalah agar bangsa ini bercermin dari semangat para pejuang terdahulu dalam membela dan memerdekakan Indonesia serta untuk direfleksikan dalam konteks saat ini.

Jika dilacak secara seksama, maka akan kita temukan betapa peristiwa penting seperti kebangkitan nasional syarat dengan nilai-nilai untuk membebaskan bangsa ini dari segala lilitan persoalan yang mendera. Adapun nilai-nilai kebangkitan yang dapat direfleksikan di tengah pandemi saat ini adalah:

Pertama, jiwa nasionalisme. Nasionalisme itu tidak hanya digaungkan ketika bangsa ini sedang terancam kedaulatannya karena rudal musuh sudah terlihat mata, namun di era pandemi seperti saat ini. Nasionalisme kita benar-benar diuji, terlebih saaat virus Covid-19 telah secara nyata merenggut banyak nyawa dan dampaknya juga luar biasa bagi kehidupan berbangsa ini. Maka, semangat nasionalisme yang juga menjadi kunci kebangkitan nasional kala itu, perlu disengat lagi di tengah pandemi.

Kedua, persatuan dan kesatuan. Kebangkitan nasional merupakan masa bangkitnya rasa dan semangat persatuan dan kesatuan. Pemuda saat itu bergerak dengan landasan persamaan dan persatuan. Ini sekaligus menjadi modal dalam menghadapi lawan. Saat ini, lawan kita yang nyata adalah Covid-19. Untuk itu, refocusing kebangkitan nasional adalah bagaimana menciptakan ruang bersama dan gerakan bersama untuk melawan Covid-19.

Selain itu, dua peristiwa penting—puasa dan kebangkitan nasional—memberikan petunjuk bagi kita semua sebagain warga negara Indonesia untuk tetap fokus pada persoalan yang kita hadapi saat ini. Ya, pandemi adalah persoalan yang harus segera kita selesaikan dengan bersama. Dalam konteks menghadapi dan menyelesaikan problematikan seperi Corona, pasti ada halangan dan rintangan seperti upaya-upaya kelompok tertentu untuk memecah konsektrasi atau fokus kita dalam melawan Corona atau Covid-19. Namun dengan puasa dan kebangkitan nasional, kita diingatkan (kembali) untuk jangan sampai kita gagal fokus. Ingat, lawan kita virus!

This post was last modified on 14 Mei 2020 2:24 PM

Alfiya ZT

bergiat di Komunitas Pecinta Perdamaian Nusantara untuk Dunia (KoPINA)

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

3 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

4 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

4 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

4 hari ago