Narasi

Jas Hijau dan Misi Ulama Merawat Ukhuwah Wathaniyah

Sejak kedatangan Islam pertama kali di Nusantara, ulama memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan rakyat. Sebab jangkauan ulama bukan hanya sebatas menyampaikan dakwah, melainkan juga ikut membentuk tatanan masyarakat yang ideal melalui saluran, kebudayaan, pendidikan, bahkan kerajaan.

Peran ulama dalam catatan sejarah bangsa Indonesia tidak boleh dilupakan. Sebab kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini bukan hanya hasil dari usaha kaum terpelajar saja melainkan juga merupakan hasil dari kerja keras dan pengorbanan para ulama.

Dalam rangka mengusir penjajah misalnya , ulama ikut serta menyadarkan masyarakat akan ketertindasannya, bahwa kesewenang-wenangan harus dilawan. Inilah yang kemudian menyuntikkan semangat perlawanan rakyat dengan berbagai model gerakan yang dilakukan. kesadaran masyarakat akan kemerdekaan pun dengan sendirinya semakin  mengakar, seakan menjadi nadi dalam setiap usaha pergerakannya. .

Tidak berhenti sampai disitu setelah kemerdekaan, selain ikut serta dalam upaya mengisi kemerdekaan, ulama mengeluarkan fatwa resolusi jihad sebagai upaya mempertahankan kemerdekaan yang telah direbut. Tak tanggung – tanggung pasukan penjajah berhasil diganyang. Hal ini juga dikarenakan hubungan yang baik antara ulama dan umara baik dalam usaha kemerdekaan maupun visi penciptaan masyarakat yang harmonis dalam realitas keberagaman.

Realitas sejarah telah membuktikan bahwa sinergi antara ulama dan umara mampu menjadi kekuatan yang tak terkalahkan. Karenanya, menjadi hal yang mendesak bahwa ulama dan umara masa kini  sebisa mungkin bersinergi dalam upaya menjaga persatuan dan kesaruan Negara Kesaruan Republik Indonesia. Sebab, permasalahan bangsa ini selain semakin kompleks, indikasi perpecahan semakin terlihat. Terlebih dengan maraknya kasus-kasus/konflik-konflik yang mengatasnamakan agama.

Sinergi ulama dan umara yang dilakukan ke depan, mesti mengupayakan terbentuknya: pertama, ukhuwah. Yaitu terciptanya kesadaran untuk saling  menjaga persaudaraan sebagai sesama warga negara dan persaudaraan sebagai sesama manusia. Untuk menciptakan rasa saling bersaudara antar masyarakat maka sikap tolak menjadi keharusan. Sebab, bukan masanya lagi kita terkotak-kitak dalam kebekuan golongan, apalagi agama. Justru sebaliknya kita sudah harus bergerak maju menuju terciptanya cita-cita kemerdekaan,termasuk terlepas dari intervensi kepentingan asing agar menjadi negara  yang berdikari.

Kedua, Mempertegas jati diri bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan, mestinya kebudayaan yang ada dijadikan alat pemersatu. Sebuah bangsa dimanapun didunia meiliki watak kebudayaan yang berbeda-beda. Dan warisan kebudayaan luhur yang senantiasa harmonis perlu dijadikan alat pemersatu, mesti menjadi kepribadian bangsa Indonesia. Maka mulai sekarang kita perlu tegas menjaga budaya bangsa dan menolak budaya luar jika itu dapat merusak budaya bangsa sendiri.

Ketiga, mengusir radikalisme dan penguatan dasar Negara, Pancasila. Radikalisme merupakan wabah yang ingin merusak keharmonisan bangsa yang beragam ini dan ingin menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan satu golongan, satu agama saja. Padahal realitas yang ada menunjukkan Indonesia terbentuk dari berbagai macam suku bangsa dan keyakinan yang ada tidak tunggal. Agama-agama yang ada mesti mendapatkan tempat yang setara, sehingga itu ditetapkannya Pancasila sebagai dasar negara, meski Islam menjadi penduduk mayoritas. Agama yang sejatinya membawa perdamaian seakan menjadi menyeramkan di tangan kaum radikalis, menjadi momok yang menakutkan dengan klaim kebenaran tunggal yang mereka pahami. Karenanya gerakan radikalisme tidak cocok tumbuh di Indonesia sebab akan menghancurkan persatuan, merusak kerukunan, dan menciptakan permusuhan.

Maka menjadi kewajiban bersama seluruh rakyat Indonesia yang cintai perdamaian untuk membantu ulama dan umara untuk mengusir radikalisme sampai ke akar-akarnya. Karenanya pula seluruh elemen mesti bersatu, baik pemerintah, tokoh agama, budayawan, pendidik, masyarakat umum, maupun pemuda untuk memperkuat pemahaman terhadap Pancasila. Sehingga ke depan Pancasila dapat menjadi benteng yang ampuh dalam menangkal ideologi-ideologi yang bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia.

Akhirnya, jasa ulama tidak boleh di lupakan apalagi dihilangkan dalam panggung sejarah Indonesia, mengingat betapa besar jasa dan pengorbanan yang telah dilakukan. Justru karena peran ulama, bangsa ini dapat terbebas dari segala macam belenggu penjajahan. Mari kita rawat persaudaraan sebagai sesama manusia dan sebagai sesama warga negara Indonesia.

Moh Zodikin Zani

View Comments

Recent Posts

Membaca Ulang Fatwa Jihad Palestina: Perspektif Kritis terhadap Fatwa IUMS

Beberapa waktu lalu, Organisasi Internasional yang menaungi para ulama Muslim dari berbagai belahan dunia, yaitu…

2 jam ago

Menimbang Dampak Maslahat-Mudharat Fatwa Jihad ke Palestina

IUMS (International Ulama Muslim Scholars) beberapa waktu yang lalu, mengeluarkan sebuah fatwa seruan Jihad ke…

2 jam ago

Fatwa Jihad Internasional: Perlukah Indonesia Bertindak di Luar Jalur Diplomasi?

Fatwa jihad yang dikeluarkan oleh International Union of Muslim Scholars (IUMS) pada awal April 2025…

3 jam ago

Bagaimana Seharusnya Muslim Nusantara Meratifikasi Seruan Jihad Global Melawan Israel?

Gelombang kekerasan dan genosida di Palestina, terutama di Gaza oleh zionis Israel seolah kian menggila.…

3 jam ago

Terorisme Pasca JI : Jurnal Jalan Damai Vol. 1. No. 2 April 2025

Salam Damai, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Jurnal Jalan…

6 jam ago

Masjid Rasa Kelenteng; Akulturasi Arsitektural Islam dan Tionghoa

Menarik untuk mengamati fenomena keberadaan masjid yang desain arsitekturnya mirip atau malah sama dengan kelenteng.…

2 bulan ago