Narasi

Kesiapsiagaan Nasional; Mewarisi Perjuangan Pahlawan, Menjaga Kemerdekaan Bangsa

Kesiapsiagaan nasional merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara tersebut. Bertujuan menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman, yang pada hakikatnya mendasari proses national and character building. Suatu program yang digagas untuk mewujudkan pembangunan karakter bangsa Indonesia yang berdasarkan pada prinsip spiritualisme, nasionalisme, etika moral, dan nilai-nilai positif ataupun nilai-nilai kebenaran universal yang berorientasi pada perbaikan perilaku dan etika moral bangsa Indonesia.

Secara spesifikasi atau lebih detailnya, sebenarnya kesiapsiagaan negara merupakan sebuah usaha yang diarahkan untuk menangkal paham-paham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia.  Di lain pihak sebenarnya kita juga diajak untuk mengenal lebih jauh tentang bangsa Indonesia yang telah memberikan pengalaman berharga dengan nilai-nilai luhur yang masih terus dipertahankan. Sebuah pengalaman yang terwujud melalui perjuangan bangsa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta senantiasa melibatkan warga negara. Dari sini dapat dikatakan bahwa kematangan kesiapsiagaan nasional merupakan satu keharusan setiap warga negara, sebagai implementasi pencapaian sasaran strategis terhadap nilai-nilai bela negara dalam rangka menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kajian ini sebenarnya ingin memberikan sebuah pemahaman tentang betapa sakral dan berharganya bangsa Indonesia. Dari kesakralan inilah diharapkan warga negara bisa berpikir cerdas, yang kemudian bisa melahirkan sebuah paham yang inovatif dan positif untuk membangun bangsa Indonesia. Sehingga pemahamannya tidak gampang tergoyahkan oleh pemahaman baru yang berusaha mengganti tatanan kehidupan bangsa. Sebut saja khilafah salah satunya. Khilafah adalah salah satu paham yang berusaha merasuk dalam jantung NKRI, bahkan isu yang terakhir beredar khilafah berusaha ambil andil untuk menggantikan kesakralan ideologi Pancasila.

Pesan Bung Karno tentang perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri. Pesan ini sangat relevan dalam kondisi sekarang ini. Karena pada masa perjuangan tepatnya hari-hari genting seperti Agustus 1945, bangsa Indonesia sudah bersiap-siap untuk menyuarakan kemerdekaan, komado-komando tentang kesiapan dalam menjaga terselenggaranya kemerdekaan dilakukan dengan baik dan penuh dengan kesadaran diri. Sedangkan dalam momen sekarang ini, jauh setelah penjajah pergi meninggalkan bangsa Indonesia, kita disibukkan dengan keadaan masyarakat yang gampang terprovokasi agar berpindah haluan untuk tidak lagi mencintai NKRI. Bahkan berusaha menjatuhkan kesakralan bangsa Indonesia.

Baca Juga : Khilafah dan Generasi Tuna Sejarah

Mentalitas semacam inilah yang membedakan antara pejuang penjajahan dengan orang-orang yang berada di tatanan kehidupan di era modern sekarang. Individualisme yang kuat terkadang membuat dirinya lupa tentang pentingnya sebuah sejarah. Sedangkan pada faktanya perjalanan tentang Indonesia senantiasa mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan. Karena dari kebersamaan inilah bangsa bisa membangun sebuah ikatan persaudaraan dan kesatuan, yang kemudian bisa mengambil kembali tahta dan kebebasan yang diidamkan.   Untuk itu, momen menjelang ulang tahun kemerdekaan ini, seharusnya menjadi pelecut semangat dalam membingkai peradaban yang siap berjuang dan mempertahankan apa yang sudah diwariskan oleh pahlawan. Kita harus bersama-sama menjadi benteng terdepan dalam memerangi paham-paham atau ideologi yang berusaha merusak tatanan keindonesiaan. Bangsa ini lahir dengan perbedaan dan di dukung dengan latar belakang kehidupan yang bermacam-macam, maka apapun alasannya tidak ada yang lebih baik selain Ideologi Pancasila. Itulah yang harus di perjuangan sekarang ini.

This post was last modified on 10 Agustus 2020 1:30 PM

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

Recent Posts

Kultur yang Intoleran Didorong oleh Intoleransi Struktural

Dalam minggu terakhir saja, dua kasus intoleransi mencuat seperti yang terjadi di Pamulang dan di…

4 jam ago

Moderasi Beragama adalah Khittah Beragama dan Jalan Damai Berbangsa

Agama tidak bisa dipisahkan dari nilai kemanusiaan karena ia hadir untuk menunjukkan kepada manusia suatu…

4 jam ago

Melacak Fakta Teologis dan Historis Keberpihakan Islam pada Kaum Minoritas

Serangkaian kasus intoleransi dan persekusi yang dilakukan oknum umat Islam terhadap komunitas agama lain adalah…

6 jam ago

Mitos Kerukunan dan Pentingnya Pendekatan Kolaboratif dalam Mencegah Intoleransi

Menurut laporan Wahid Foundation tahun 2022, terdapat 190 insiden intoleransi yang dilaporkan, yang mencakup pelarangan…

6 jam ago

Jaminan Hukum Kebebasan Beragama bisa Menjamin Toleransi?

Indonesia, dengan kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan yang beragam, seharusnya menjadi contoh harmoni antar umat…

1 hari ago

Mencegah Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Terulang Lagi

Realitas kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia seharusnya menjadi fondasi untuk memperkaya keberagaman, namun…

1 hari ago