Kebangsaan

Lebaran Ketupat dan Imajinasi Kolektif Bangsa Indonesia

Setelah melalui serangkaian ibadah dan refleksi selama bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh Indonesia merayakan hari kemenangan, Idul Fitri. Namun, perayaan tidak berhenti di sana. Terdapat tradisi yang kental dengan keberagaman dan semangat persatuan, Lebaran Ketupat, yang membingkai Idul Fitri menjadi lebih bermakna. Ia menjadi momen yang ditunggu-tunggu setelah tujuh hari perayaan Idul Fitri. 

 

Lebaran Ketupat tidak hanya sekadar perayaan kuliner, tetapi juga simbol dari semangat kebersamaan, keberagaman, dan sikap saling menghargai satu sama lain. Lebaran ini memberikan kerangka yang kuat untuk memperkuat semangat kebangsaan. Di tengah-tengah keberagaman budaya dan agama di Indonesia, tradisi ini menghadirkan kesempatan bagi semua lapisan masyarakat untuk merayakan kebersamaan tanpa memandang perbedaan. Dari Sabang hingga Merauke, dari Aceh hingga Papua, aroma ketupat yang menggoda memenuhi rumah-rumah dan jalanan, mengingatkan kita akan kekuatan persatuan yang mengikat bangsa ini.

Lebaran ini bukan sekedar seremonial tanpa arti, tetapi makna dalam memperkuat semangat kebangsaan. Lebaran Ketupat bukan sekadar tradisi kuliner, tetapi juga representasi dari keberagaman yang menjadi kekuatan Indonesia. Dalam setiap helai daun ketupat yang terjalin, tergambarlah kebersamaan dalam perbedaan, sebuah nilai luhur yang harus dilestarikan dan diperkuat.

Lebaran Ketupat juga memberikan identitas bagi masyarakat yang berada di wilayah Nusantara dalam memahami posisi dan kondisinya. Simbol ketupat adalah rajutan persaudaraan yang mengikat persatuan. Ibarat beras yang mudah tercerai berai, bungkus ketupat mengikat dan menjadikan beras menjadi makanan utuh yang tidak lagi tercerai berai. 

 

Lebaran ketupat pada akhirnya kita maknai sebagai imajinasi kolektif masyarakat Indonesia dalam memaknai Idul Fitri dalam langgam masyarakat nusantara yang bersatu. Dengan suasana yang dipenuhi oleh semangat berbagi dan saling memiliki, pikiran untuk bersatu dan menyatukan diri dalam keberagaman menjadi lebih kuat.  Melalui Lebaran Ketupat dan tradisi-tradisi yang mempererat tali persaudaraan, masyarakat lebih cenderung untuk menolak potensi perpecahan, kekerasan, radikalisme dan ekstremisme yang mengancam keutuhan bangsa.

Lebaran Ketupat memiliki argumen nasional yang kuat dalam memperkuat artikulasi semangat kebangsaan. Tradisi ini telah menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap generasi. Ketika kita merayakan Lebaran Ketupat, kita sekaligus menghormati para leluhur yang telah melalui perjalanan panjang untuk membentuk bangsa ini.

Dalam konteks perayaan Lebaran Ketupat, kita tidak hanya menikmati lezatnya olahan ketupat, tetapi juga menghargai nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan persatuan yang tercermin dalam setiap potongan ketupat yang terjalin. Momen ini menjadi panggung untuk menyemai benih-benih kebaikan dalam jiwa masyarakat, memupuk semangat kebangsaan yang kokoh dan berakar kuat.

Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang majemuk, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memperkokoh semangat kebangsaan melalui berbagai cara, termasuk merayakan tradisi-tradisi yang mengikat kita sebagai satu bangsa. Lebaran Ketupat adalah contoh nyata bagaimana kebersamaan dalam keberagaman dapat menjadi kekuatan yang mengangkat derajat bangsa. Mari jadikan setiap kumpulan ketupat sebagai simbol komitmen kita untuk selalu bersatu, berbagi, dan menghargai satu sama lain.

 

This post was last modified on 19 April 2024 2:08 PM

Rufi Taurisia

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

21 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

21 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

21 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

21 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

2 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

2 hari ago