Narasi

Mencegah Intoleransi dengan Konsep Pendidikan Tan Malaka

Pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup anak-anak, artinya pendidikan akan menuntun segala kekuatan kodrat pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatkan mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Hidup tumbuhnya anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup, dan tumbuh menurut kodratnya sendiri.

Kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak itu segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir. Terlihat dari pemikiran di atas bahwa anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Pendidikan membimbing dan mengembangkan potensi anak sesuai kodratnya dalam artian pendidik tidak memaksa dalam menggapai cita-cita luhur peserta didik.

Berangkat dari sinilah Tan Malaka memandang bahwa mendidik bangsa Indonesia adalah  hal yang penting untuk mencapai kemajuan bangsa pada masa depan. Tan Malaka memandang kemajuan untuk masa depan pendirian sekolah-sekolah harus didahulukan. Pendidikan adalah dasar untuk melepaskan bangsa dari keterbelakangan dan kebodohan serta belenggu imperialisme-kolonialisme pada masa itu.

Tan Malaka menekankan pada materi pendidikan dan mengenai hal itu dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu pertama, memberi senjata yang cukup buat mencari kehidupan dalam dunia kemodalan, membaca, menulis, ilmu bumi, bahasa asing, dan bahasa daerah. Kedua memberi haknya terhadap murid-murid yang harus dengan jalan pergaulan (Vereeniging) dan yang ketiga menunjukkan kewajiban terhadap Kromo (rakyat jelata).

Dalam hal ini, praktik pendidikan Tan Malaka bisa disebut sebagai pedagogik transformatif, proses memanusiakan manusia untuk dapat membentuk masyarakat baru dan pengetahuan baru yang diciptakan oleh keterlibatan mereka sendiri. Hal ini mengusahakan agar pendidikan diposisikan supaya masyarakat mempunyai kesadaran dari pendidikan yang tertindas dan tertinggal. Setelah sadar, diharapkan masyarakat dapat membongkar tatanan atau relasi sosial yang tidak adil dan mengembalikan kemanusiaan manusia.

Baca Juga : Menghalau Intoleransi dari Dunia Pendidikan

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Tan Malaka “Janganlah bimbang merampas kemerdekaan bila kamu ingin menjadi murid Barat”. Juga jangan dilupakan bahwa kamu belum seorang murid, bahkan belum manusia bila tak ingin merdeka dan bekerja sendiri. Pedagogik transformatif menekan pada refleksi atas segala sesuatu hal yang ada di dalam maupun di luar kelas realita.

Alhasil, pendidikan merupakan bagian dari proses transformatif sosial yang berarti berupa kerja-kerja politik pembebasan. Pada konteks pendidikan Tan Malaka, sekolah SI dan sistemnya menjadi instrumen pembebasan manusia  Indonesia tertindas. Dalam konteks tersebut, bahwa tujuan dari pendidikan yang ditawarkan Tan Malaka adalah suatu proses mandiri, terbebas dari intervensi, hingga pendidikan menjadi suatu alat yang sangat penting dalam melepaskan penindasan-penindasan, dan alat dalam mencapai kemajuan bangsa Indonesia yang sesuai dengan ke-Indonessiaan seutuhnya.

Inti sari dari apa yang diajarkan Tan Malaka ialah bagaimana menjadi manusia yang berpikir. Apabila pendidikan yang diterapkan Tan Malaka pada tempo dulu adalah sebagai upaya untuk menciptakan generasi-generasi yang revolusioner, generasi yang siap untuk membebaskan bangsa Indonesia dari kebebasan. Maka di era sekarang ini atau sering di sebut generasi Post-Truth, maka kita harus sadar bahwa konsep pendidikan yang ditawarkan Tan Malaka adalah upaya untuk membingkai Indonesia berkemajuan. Seperti misalnya mengajak seluruh jajaran masyarakat untuk menikmati pendidikan, berpikir kritis, serta siap menjaga Indonesia aman dari belenggu Intoleransi, Radikalisme, sampai dengan Hoax.

Pendidikan adalah modal utama, bagi Tan Malaka untuk masa depan bangsa Indonesia maju, harus dicapai melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan alat membebaskan rakyat dari keterbelakangan kebodohan, untuk itu sekolah-sekolah harus didirikan untuk rakyat. Pendidikan untuk rakyat Indonesia harus sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia.

Pendidik tidak hanya untuk membuat orang pintar belaka, tetapi cerdas dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Model pendidikan yang hendak diterapkan adalah bertujuan menciptakan seorang manusia yang mau tahu penderitaan rakyat. Dan hingga sampai saat ini pemikiran Tan Malaka mengenai pendidikan dianggap sebagai modal dasar bagi kemajuan dari bangsa yang merdeka  dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

View Comments

Recent Posts

Tiga Nilai Maulid ala Nusantara; Religiusitas, Kreativitas, Solidaritas

Menurut catatan sejarah, perayaan Maulid Nabi Muhammad secara besar-besaran muncul pertama kali di Mesir pada…

18 jam ago

Muhammad dan Kehidupan

Konon, al-Ghazali adalah salah satu ulama yang memandang sosok Muhammad dengan dua perspektif, sebagai sosok…

20 jam ago

Meneladani Nabi Muhammad SAW secara Kaffah, Bukan Sekedar Tampilan Semata

Meneladani Nabi adalah sebuah komitmen yang jauh melampaui sekadar tampilan fisik. Sayangnya, sebagian kelompok sering…

21 jam ago

Warisan Toleransi Nabi SAW; Dari Tanah Suci ke Bumi NKRI

Toleransi beragama adalah energi lembut yang dapat menyatukan perbedaan. Itulah kiranya, salah satu ajaran mulia…

2 hari ago

Walima, Tradisi Maulid ala Masyarakat Gorontalo yang Mempersatukan

Walima, dalam konteks tradisi Maulid Nabi, adalah salah satu momen yang sangat dinanti dan dihormati…

2 hari ago

Darul Mitsaq; Legacy Rasulullah yang Diadaptasi ke Nusantara

Salah satu fase atau bagian paling menarik dalam keseluruhan kisah hidup Rasulullah adalah sepak terjang…

2 hari ago