Categories: Editorial

Mengisi Kemerdekaan Dengan Pendidikan Agama Berbasis Perdamaian

Jauh sebelum hari ini tiba, salah seorang tokoh bangsa bernama Tan Malaka mengungkapkan bahwa Tujuan Pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan. Karenanya pendidikan tidak hanya ditujukan untuk mencerdaskan siswa, tetapi juga menumbuhkan kepekaan sosial dan tanggung jawab.

Pendidikan yang baik tidak hanya ditentukan oleh kualitas dari materi ajar, karena yang tidak kalah penting dari hal itu adalah metode pengajaran dan SDM yang menyampaikan materi kepada siswa. Dunia pendidikan kita saat ini memiliki kabar baik, yakni terkait dengan peluncuran Modul Pendidikan Islam Damai yang baru saja diresmikan secara langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin di Asrama Haji Bekasi, selasa 11 agustus 2015.

Modul ini merupakan respon terhadap kebutuhan pendidikan yang berorientasi pada perdamaian, sehingga modul ini diharapkan mampu menanggulangi potensi muncul dan berkembangnya ajaran yang berisi kekerasan dan radikalisme di lingkungan pendidikan, seperti sekolah umum. Karenanya modul yang ditujukan untuk untuk siswa sekolah umum mulai jenjang SD hingga SMA dan SMK ini dimaksudkan sebagai pegangan dan panduan agar guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai paradigma  yang sama terkait substansi materi ajar dan metode penyampaiannya.

Langkah ini tentu merupakan repon positif yang dikeluarkan oleh pemerintah. Saat ini terdapat sedikitnya 47 juta anak yang belajar agama Islam di sekolah umum, karenanya pengajaran yang berbasis pada semangat perdamaian penting untuk segera ditanamkan. Terlebih pada modul ini pembelajaran akan ditekankan pada sikap menghargai perbedaan dan menerapkan Islam yang damai dan toleran.

Kemenag sebenarnya telah melakukan proyek percontohan untuk modul Islam Damai ini di empat provinsi yakni, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Amin Haedari selaku Direktur Pendidikan Agama Islam mengungkapkan alasan dipilihnya empat provinsi di atas. Menurutnya, Jabar dipilih karena pertumbuhan mempelajari agama Islam meningkat tajam, Jateng dipilih karena angka kekerasan mulai meningkat, Sumut dipilih karena jumlah pemeluk agama Islam sama banyaknya dengan pemeluk agama lain, sementara Sulut dipilih karena Muslim adalah minoritas di tempat itu.

Kemenag sendiri telah menyiapkan guru-guru terbaik untuk menyampaikan materi Islam Damai. Guru-guru tersebut sebelumnya telah menjalani pendidikan instensif di Religious Education, Oxford University. Di sana mereka diajari tentang metode pengajaran materi agama yang menyenangkan, interaktif, dan konstruktif, sehingga siswa bukan saja akan memahami materi yang disampaikan di kelas, tetapi juga akan memiliki dorongan untuk mempraktekkan ajaran Islam damai dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kita tentu menyambut baik dan mendukung penuh langkah positif ini, karena kita semua mendambakan perdamaian. Peluncuran modul pendidikan Islam damai harus dimaknai sebagai langkah pemerintah dalam meluruskan ajaran agama yang seringkali dipelintir untuk melakukan aksi kekerasan. Kita berharap agar modul ini dapat menjadi langkah awal dalam memutus rantai kekerasan dan benih-benih permusuhan yang kerap dilakukan atas nama agama.

Dengan memiliki kehidupan yang penuh perdamaian, kita sebenarnya sedang menunjukkan arti sesungguhnya dari kemerdekaan. Karena kemerdekaan yang diraih bangsa ini tidak hanya bermakna sebagai keberhasilan para pejuang dalam mendepak penjajah, tetapi juga komitmen untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan, baik dalam bentuk pikiran maupun tindakan, dan menggantinya dengan perdamaian dan persatuan.

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

21 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

21 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

21 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago