Keagamaan

Menjaga Nilai Puasa dan Memelihara Keutuhan NKRI

Setelah sebulan lamanya menunaikan ibadah puasa, seluruh umat Islam seantero dunia mengemban amanah dan beban berat di atas pundak masing masing, untuk senantiasa memelihara dan mempertahankan nilai-nilai puasa baik secara fisik maupun psychs.

Ritual puasa membawa pengaruh yang besar terhadap perubahan fisik bagi yang konsisten melaksanakannya, tentu atas dasar iman dan introspeksi diri, ketahanan fisik terhadap berbagai macam serangan penyakit dapat dikuatkan dengan proses ritual puasa. Hal ini dilakukan banyak makhluk ciptaan Tuhan bukan hanya manusia, tetapi juga binatang di antaranya cacing tanah dan ular yang menjalani proses puasa untuk meningkatkan ketahanan tubuh mereka agar dapat bertahan lama dan memiliki usia yang panjang.

Dengan berpuasa,, penyakit seperti magh dapat disembuhkan. Dengan berpuasa penyakit diabetes dapat dinormalkan, dengan berpuasa penyakit asam urat dapat dikempeskan, demikian pula berbagai macam penyakit lainnya. Intinya, imunitas tubuh dapat ditingkatkan melalui pengaturan pola makan yang teratur. Ketahanan tubuh dapat dipertahankan dengan asupan makanan dan gizi yang teratur, keteraturan tersebut dilalui dengan berpuasa.

Secara psychs ibadah satu ini juga tidak kalah urgennya, puasa dapat mengontrol segala gelombang naik-turunnya gejolak emosional manusia. Puasa dapat mengontrol nafsu tamak manusia, puasa dapat menekan nafsu amarah kita, puasa berfungsi sebagai stabilisator terhadap berbagai macam pemenuhan keinginan manusia. Puasa dapat mengontrol pemenuhan nafsu hewani dan nafsu nabati manusia. Bahkan puasa dapat menekan gejolak nafsu dan birahi politis manusia.

Di sinilah letak strategis puasa dalam mengontrol hasrat yang tidak terkontrol dan keinginan setiap pribadi manusia yang tidak menentu nilai-nilai puasa, baik secara fisik maupun psychs, keduanya harus terinternalisasi dalam diri pribadi insan dan warga masyarakat dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.

Jika nilai-nilai puasa dapat meningkatkan imunitas tubuh manusia, dapat pula menangkal segala macam penyakit yang dapat menggerogoti banyak jaringan dan sel-sel dalam tubuh manusia, maka tentu nilai nilai puasa dapat berdampak pula pada kokohnya masyarakat dalam berbangsa, bermasyarakat dan bernegara.

NKRI laksana sesosok tubuh yang kini setiap saat digerogoti banyak macam penyakit, baik secara fisik maupun secara psycis. Secara fisik tubuh negara Indonesia digerogoti penyakit radikal separatis yang dapat memecah bela keutuhan dan kesatuan negara Indonesia. Secara geografis terdapat 17.230 jumlah pulau termasuk yang belum berpenghuni. Potensi geografis yang sangat luas sangat mudah diserang penyakit kangker separatis.

Ketangguhan potensi demografi dan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa yang kokoh dapat menangkal penyakit radikal separatis yang tidak menghendaki negara Indonesia satu, utuh dan tetap kokoh sebagai kekuatan Asia.

Demikian pula penyakit psychs radikalisme dan terorisme setiap saat laksana tumor ganas yang dapat menghabisi kokohnya negara Indonesia baik secara internal maupun secara eksternal. Secara internal dilakukan oleh kelompok masyarakat yang sedang galau dan berkedok jihadis, tidak tanggung-tanggung menggunakan kemasan suci keagamaan, mengenakan label istilah keagamaan yang sakral demi terpenuhinya birahi politiknya.

Tidak ada agama yang membawa misi yang dapat menghancurkan kehidupan, semua agama sarat dengan nilai-nilai kedamaian, kasih sayang dan cinta kasih. Namun demikian, aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh anggota kelompok jaringan teroris menghancurkan indahnya kebersamaan dalam keragaman, seolah hidup dalam beragama sama dengan hidup dalam anarkis, menakutkan, mengerikan, jauh dari nilai sesungguhnya yaitu kehidupan yang penuh kasih sayang, kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan kehidupan yang senantiasa memberi kehidupan, bukan kehidupan yang mematikan.

Aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh Nur Rohman di polres Surakarta sehari sebelum perayaan hari kemenangan idul fitri 1437 H – 2016 M merupakan salah satu wujud aksi anarkis yang tidak memiliki dasar dalam semua ajaran agama, terutama ajaran agama Islam. Begitu juga dalam bernegara, aksi tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam falsafah negara kesatuan Republik Indonesia dan empat konsensus dasar bangsa Indonesia.

Secara eksternal, fenomena aksi anarkisme kelompok pemberontak yang menganeksasi negara Iraq dan Syiria membawa dampak besar bagi stabilitas keamanan kawasan Timur Tengah, bahkan seluruh dunia. Hal tersebut berdampak pula bagi stabilitas keamanan dalam negeri, sebab tidak sedikit warga negara lain termasuk warga negara Indonesia baik yang berangkat dari Indonesia maupun warga negara Indonesia yang telah berada di negara lain ikut bergabung melakukan aksi anarkisme atas nama jihad.

Dampak aksi anarkisme berupa bom bunuh diri muncul pula di beberapa negara di antaranya Perancis, Turki, Nigeria bahkan dalam bulan suci Ramadhan, bom bunuh diri terjadi di Jeddah dan Madinah. Apalagi di Indonesia aksi bom bunuh diri tidak lagi memilih waktu dan sasaran, bukan hanya aparat keamanan yang menjadi target, tetapi juga setiap ada keramaian bisa saja meledak, menghancurkan, mengagetkan, dan meluluh lantahkan kondisi yang kondusif di tengah masyarakat, yang dilakukan dalam bulan suci ramadan.

Benang merang antara upaya memelihara nilai-nilai puasa dan menjaga keutuhan NKRI sepanjang masa terdapat pada pengendalian diri untuk tidak membiarkan dan memperturutkan hawa nafsu melakukan perbuatan dan aksi anarkis yang tidak mendukung daya tahan tubuh baik secara fisik maupun secara psychs terhadap tubuh sebagai pribadi setiap insan dan tubuh geografis Indonesia sebagai bangsa dan negara.

Internalisasi nilai-nilai puasa ke dalam diri pribadi setiap warga yang menunaikan puasa dapat memperkokoh kekuatan fisik dari segala macam penyakit fisik, dan dapat pula menambah imunitas rohani dalam menangkal segala penyakit batin yang dapat menjadikam manusia sebagai budak nafsu.

Begitu pula dalam mempertahankan keutuhan NKRI, bila imunitas setiap warga sebagai bangsa yang merdeka tangguh dan kuat, maka penyakit fisik (ancaman terhadap keutuhan wilayah, pulau dan lintas batas geografis) tidak mudah dikuasai dan dilintasi imigran yang berkedok pengungsi yang pada akhirnya melemahkan batas geografis bangsa Indonesia.

Hal yang sama bila masyarakat Indonesia konsisten, teguh dan tidak menjadikan agama sebagai ideologi negara, tetapi sadar secara utuh dan hadir secara penuh dengan ideologi Pancasila sebagai ideologi bernegara dan berbangsa, secara internal (jaringan radikal yang berkembang dan selalu berevolusi dengan banyak macam dan bentukan jaringan dan nama), aksi bom bunuh diri dan gerakan anarkis dapat diminimalisir.

Demikian pula secara eksternal bangsa Indonesia tidak mudah terprovokasi melalui media sosial dengan aksi brutal yang dipertontonkan oleh gerakan pemberontak yang mengaku sebagai negara, baik melalui propaganda berupa janji-janji ekonomi bahkan janji mati syahid.

This post was last modified on 11 Juli 2016 4:18 PM

Irfan Idris

Alumnus salah satu pesantren di Sulawesi Selatan, concern di bidang Syariah sejak jenjang Strata 1 hingga 3, meraih penghargaan dari presiden Republik Indonesia pada tahun 2008 sebagai Guru Besar dalam bidang Politik Islam di Universitas Islam Negeri Alauddin, Makasar. Saat ini menjabat sebagai Direktur Deradikalisasi BNPT.

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

16 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

16 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

16 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

2 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

2 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

2 hari ago