Dalam membingkai kehidupan yang bahagia dan sejahtera, keluarga memiliki peranan yang sangat vital dalam mewujudkannya. Bisa dikatakan menjadi jembatan utama untuk melangkah menuju ke jenjang lebih jauh, hingga menuai keluarga damai dan mendamaikan. Pada titik tertentu menjadi sebuah bangunan yang kokoh yang siap membangun bangsa yang beradab.
Pada titik tertentu, keluarga memiliki peran penting dalam mendidik anaknya untuk menjadi apa ketika ia menginjak usia remaja/dewasa. Dan dalam hal ini pendidikan moral sangat dibutuhkan dan diharuskan ditekankan di dalamnya, tentunya juga dibarengi dengan akhlak yang memadai dan mendukung pertumbuhan anak tersebut. Ini adalah bagian dari upaya untuk mewujudkan manusia yang simpati dan empati terhadap sesama.
Dapat dikatakan, peran orang tau dalam keluarga ia mencetak generasi yang cerdas, pandai menghargai, dan memiliki akhlak serta moral yang mendukung untuk berkembangnya bangsa ini. Hingga bisa dijadikan sebuah opsi untuk membangun bangsa yang sejahtera dan jujur. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Soekarno, bahwa bangsa berada di pundak generasi muda.
Dapat disimpulkan, apabila generasi mudanya mengalami kemunduran yang sangat jauh. Seperti kehilangan moralitas, sikap, dan perilaku yang mendekati baik. Maka, bangsa ini akan mengalami kemunduran yang sangat mengenaskan. Yaitu sikap hormat-menghormati perlahan akan terkikis dengan mudahnya. Hingga sebuah budaya menghargai yang lebih tua akan tersingkir dengan sendirinya.
Sebagaimana studi kasus yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik. Seorang siswa yang dengan lantang menentang gurunya, melecehkan, bahkan siap bertengkar dengan gurunya menjadi sangat viral. Dan, tidak sedikit yang mengetahui memberikan selentingan-selentingan yang mengatakan, murid sekarang kenakalannya sudah melewati batas kewajaran sebagai sikap manusia yang berpikir. Ia menjadi pribadinya sendiri, tetapi melupakan bagaimana menjadi manusia yang memiliki daya dan upaya untuk saling menghormati dan menghargai orang lain.
Baca juga : Mendidik Anak yang Berakhlak, dengan Meneladani Karakter Nabi Muhammad SAW
Pertanyaannya apa yang melandasi anak melakukan tindakan yang demikian? Tentu salah satu ialah dampak dari kemajuan teknologi. Maka, pembatasan penggunaan teknologi kepada anak yang masih sekolah itu sangat penting. Selain sebagai upaya untuk mencegah anak untuk meniru gaya kehidupan yang negatif dalam kemajuan teknologi ini, ini juga sebagai jalan untuk mewujudkan generasi yang beradab. Di mana dari pembatasan itu seseorang akan menemukan hal baru, pengetahuan yang baru dari interaksi secara nyata dengan orang lain.
Menjadi keluarga yang saling perhatian dan selalu meluangkan waktu dengan anaknya itu sangat penting. Sudah banyak fakta yang menunjukkan, terjadinya broken home, atau kurang dekatnya anak dengan orang tua disebabkan kurangnya interaksi, komunikasi, dan canda-canda sederhana di dalamnya. Dikarenakan keluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing yang kemudian menghilangkan kelucuan yang ada di dalam rumah tangga tersebut.
Problem semacam inilah yang tentunya menjadi perhatian serius bagi setiap orang. Apabila dibiarkan akan menjalar pada orang lain, bukan lagi dalam rumahnya sendiri. Lebih-lebih akan mengakibatkan yang sangat serius, seperti membunuh atau melukai orang lain. Apabila sudah mencapai tahap yang demikian, ini akan sulit di cegah.
Dari situlah penanaman pendidikan karakter sejak dini sangat dibutuhkan seorang anak. Di mana dengan pendekatan akhlak, moral, dan pemahaman yang mencerdaskan, akan membuat anak menjadi peka terhadap lingkungan. Seperti mengedepankan sikap menghargai akan selalu dikedepankan. Sebagai salah satu sikap untuk menuju pemahaman tentang kerukunan dan mengedepankan persaudaraan.
Tentunya dengan konsep ini, seorang anak akan tumbuh menjadi manusia yang pandai mengendalikan diri. Sebab keluarga sudah membekali bagaimana menjadi insan yang pandai mengedepankan sikap menjaga dari pada melukai orang lain. Pun ini akan menjadi modal penting untuk menjadi generasi yang sangat dibutuhkan di era millennial sekarang ini. Sudah semestinya pendidikan karakter diajarkan sejak dini, agar mampu mewujudkan bangsa yang beradab sejak dari keluarga.
This post was last modified on 28 Februari 2019 2:00 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…
View Comments