Kebangsaan

Momentum Pemuda Bersatu Melawan Propaganda Radikalisme

Sejak zaman dahulu, bangsa kita terpecah belah akibat perbedaan suku, ras, budaya dan agama. Perlawanan terhadap penjajah masih bersifat kedaerahan, belum bersatu. Tentu dengan kondisi seperti ini, semakin memudahkan penjajah untuk melakukan siasat adu domba devide et empera. Nah melihat keadaan seperti ini, pemuda terpelajar kita mengubah strategi dengan mempersatukan seluruh kekuatan kedaerahan saat itu. Sebutlah pemuda jawa, pemuda Sulawesi, pemuda Minahasa, dan lain-lain.

Mereka bersatu padu dengan mengadakan kongres pemuda ke I tahun 1926, nah pada kongres pemuda ke II tanggal 27-28 Oktober 1928 itulah mereka berikrar dengan sumpah pemuda. Itulah kontribusi brilian dan nyata pemuda saat itu dalam menghadapi zamannya.

Peran pemuda dalam pergerakan dan perjuangan kemerdekaan sudah tidak terbantahkan lagi, 88 tahun silam pemuda kita sudah berikrar terhadap tanah air, bangsa dan bahasa yang satu yaitu di bawah payung Indonesia. Ini menunjukkan komitmen yang tinggi pemuda saat itu dalam rangka penguatan rasa nasionalisme. Karena hanya dengan rasa nasionalisme yang kokoh kita bisa bersatu melawan penjajah.

Pemuda Era Kini

Tantangan pemuda sekarang yang paling urgent ialah perang melawan propaganda radikalisme. Era sekarang ini perekrutan terorisme tidak hanya dilakukan dengan bertatap muka (face to face), cara itu sudah jarang digunakan. Alasannya karena lebih rawan untuk ditelisik dan membutuhkan waktu serta teknis yang rumit, juga membutuhkan biaya mahal untuk operasionalnya. Media maya menjadi alat yang empuk bagi mereka untuk menyasar pemuda, lewat aksi-aksi menebar kebencian dan propaganda.

Pemuda sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan terorisme. Era sekarang ini kelompok terorisme juga menggunakan seribu cara untuk merekrut dan menjalankan aksinya. Salah satunya lewat propaganda dan lone wolf (aksi tunggal). Media maya menjadi tempat yang subur untuk perekrutan, khususnya yang disasar pemuda. Mengapa pemuda?.karena pemuda secara kejiwaan masih labil, dan lemahnya ideologi agama moderat.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gabriel Weimann perkembangan situs yang dimiliki oleh kelompok teroris dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1998 hanya ada 12 situs, pada tahun 2003 situs kelompok teroris ini sudah mencapai 2.650. Dalam catatan terakhir tahun 2014 telah terdapat lebih dari 9.800 situs yang dimiliki oleh kelompok teroris.

Mengapa terorisme suka menggunakan media maya? pertama, karena terorisme membutuhkan alat untuk menyampaikan pesan aksi propaganda dan kekerasan yang mereka jalankan. Tentu di sini media maya menjadi alat yang cukup reperesentatif. Kedua, terorisme membutuhkan penonton publik. Nah, di sini lewat media maya mereka akan menebar propaganda, kebencian, dan mencoba menarik simpatik dari masyarakat.

Salah satu upaya untuk mencegah propaganda radikal di dunia maya menurut Anis Baswedan ialah dengan pembelajaran critical thinking, cara ini sangat represntatif untuk memerangi virus propaganda radikal di dunia maya. Lewat dunia pendidikan, anak diajarin berpikir kritis. Karena ketika anak memiliki horizon cara berpikir kritis, anak didik kita akan selalu berpikir ulang atau mendalam terhadap apapun yang dia temui dengan dunia baru. Ini salah satu cara yang sangat representatif dan signifikan.

Sehingga kedepannya anak didik kita tidak mudah terjerumus dalam propaganda radikal.
Ketika anak didik sudah bisa berpikir kritis, kita ajarkan belajar internet sehat, agen perdamaian, serta aksi bela negara. Semuanya bisa secara langsung terjun ke masyarakat atau melalui dunia maya, dengan cara membuat konteks positif kontra propaganda, serta menebar kedamaian untuk semua.

Setelah anak didik sudah memiliki paradigma berpikir kritis, dengan otomatis anak didik akan berusaha belajar agama secara mendalam. Nah disitulah fungsi lembaga pendidikan mengarahkan serta memfasilitasi anak untuk belajar agama ke guru atau kiai yang berwawasan moderat. Nah, dalam tataran pemahaman agama mendalam inilah yang akan menjadi benteng terkuat dari virus propaganda radikal. Wallahu a’lam

Selamat Hari Sumpah Pemuda!!..

Lukman Hakim

Penulis adalah Peneliti di Sakha Foundation, dan aktif di gerakan perdamaian lintas agama Yogyakarta serta Duta Damai Yogya.

Recent Posts

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

1 jam ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

1 jam ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

1 jam ago

Reinterpretasi Konsep Politik Kaum Radikal dalam Konteks Negara Bangsa

Doktrin politik kaum radikal secara umum dapat diringkas ke dalam tiga poin pokok. Yakni konsep…

1 hari ago

Islam dan Kebangsaan; Dua Entitas yang Tidak Bertentangan!

Sampai saat ini, Islam dan negara masih kerap kali dipertentangkan, khususnya oleh pengusung ideologi khilafah.…

1 hari ago

Melihat Sejarah Kemerdekaan Indonesia: Meremajakan Kembali Relasi Agama dan Negara

Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan perjuangan, keberanian, dan komitmen untuk membebaskan…

1 hari ago