Narasi

Nabi Muhammad Mengajarkan Kasih-Sayang Bukan Teologi Perang

Setiap tahun, umat muslim memperingati Maulid Nabi. Di mana umat manusia mengenang seorang yang merubah tatanan sosial yang ada di dunia ini. Sekitar 1400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad dilahirkan di muka bumi sebagai manusia yang “serba kekurangan”; beliau tidak bisa membaca bahkan beliau ditinggal kedua orang tuanya di masa kecilnya. Tetapi, melalui ucapan dan tindakannya, akhlak manusia di tata kembali ke jalan yang humanis dan mengayomi semua orang tanpa terkecuali.

Terpilihnya Muhammad sebagai “Juru Bicara Tuhan” yang terakhir merupakan hak prerogratif Tuhan.  tetapi sebagai orang yang beriman serta aktif menggunakan akal sehatnya, umat Islam harus memikirkan secara radikal bagaimana Muhammad dalam menyampaikan firman-firman Tuhan kepada masyarakat awam. Di

Dalam pengamatan penulis, Muhammad melakukan “perlawanan tradisi”. Perlawanan terhadap tradisi-tradisi yang menjauhkan masyarakat kepada Tuhan. perlawanan yang dilakukan Muhammad tidak mengangkat pedang dan kemudian teriak-teriak sepanjang jalan bahwa tradisi tersebut salah. Melainkan yang dilakukan Muhammad dengan cara humanis, plural serta penuh kasih-sayang.

Perlawanan tradisi yang sangat ketara adalah perlawanan tradisi kekerasan yang kemudian dilawan dengan tradisi kasih sayang. Salah satu contoh dakwah yang diberikan Muhammad melawan tradisi perang adalah kasihnya kepada seorang pengemis buta yang selalu menghina Muhammad. Bahkan pengemis buta yang berada di sudut pasar Madinah Al-Munawarah selalu mengatakan “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya,” disetiap ada orang yang mendekatinya. Pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.

Baca juga : Nabi Muhammad: Menyatukan Perbedaan tanpa Melebur Perbedaan

Mendengar cacian setiap hari yang dilontarkan pengemis tersebut tidak membuat Muhammad sakit hati, malah sebaliknya.  Muhammad selalu mendatanginya setiap pagi, bukan untuk membalas segala hal yang dilakukannya, melainkn untuk membawakannya makanan. Muhammad juga selalu menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu tanpa berkata sepatah kata pun. Kebiasaan Muhammad ini berlangsung hingga menjelang wafatnya. Hingga tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu karena Muhammad telah wafat.

Demikianlah salah satu kisah teladan kesabaran Muhammad yang sungguh menakjubkan dan sarat akan nilai keteladanan. Muhammad tidak pernah membalas keburukan orang yang menyakitinya dengan keburukan lagi, tetapi Muhammad justru memaafkannya. Tatkala kini kita sebagai manusia yang mengikuti ajaran Muhammad. secara penuh, maka langkahnya semakin bijak. Bahkan orang-orang di sekelilingnya akan merasakan bau keharuman kebaikannya. Tidak akan merasakan sebuah ketakutan tatkala bersama siapapun.

Meneladani Muhammad

Mengimani keberadaan Muhammad, berarti kita harus mengambil spirit yang ditorehkan oleh beliau. Tindakan dan ucapannya telah mengajarkan kita untuk selalu melawan tradisi kejahatan, tradisi yang menindas dan tradisi yang tidak mengayomi. Seorang yang beriman keberadaan Muhammad, maka dalam kehidupan sehari-harinya harus membawa tradisi kasih sayang.

Bila ada umat muslim yang selalu berteriak tentang Muhammad di pinggir jalan dan pengeras suara, tetapi tindakan dan ucapan masih menebarkan hasutan kebencian, maka ia salah dalam memahami Muhammad dalam beriman. Ia harus merenungkan kembali apa esensi ajaran yang dibawakan oleh Muhammad untuk umat Islam.

Spirit yang dibawakan Muhammad sudah masuk dalam setiap tindakan dan ucapan, maka tidak akan ada namanya hoaks dalam kehidupan masyarakat. Spirit yang dibawakan oleh Muhammad tidak akan termakan oleh ruang dan waktu. Menghayati secara radikal akan membawa umat Islam pada keharmonisan umat beragama.

Oleh karena itu, Maulid Nabi Muhammad ini mari kita berintrospeksi diri masing-masing apakah kita sudah meneladani Muhammad secara penuh atau hanya sebatas ego.

Ngarjito Ardi

Ngarjito Ardi Setyanto adalah Peneliti di LABeL Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

1 hari ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

1 hari ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

1 hari ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

2 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

2 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

2 hari ago