Penyebaran varian baru virus Corona di Indonesia, yang menurut data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 hingga 4 April -telah mencapai angka 2092 pasien positif dan 191 orang meninggal dunia- membutuhkan respons cepat dan kebersamaan. Belum adanya penangkal virus corona jenis baru ini membuat upaya preventif penyebaran sumber penyakit ini menjadi sangat penting.
Penanganan tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab negara, melainkan seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi seluruh rakyat dalam pencegahan Covid-19 patut diapresiasi. Berbagai gerakan dilakukan secara mandiri untuk menekan semakin banyaknya orang yang terpapar virus ini. Semua dilakukan dengan kesadaran penuh agar kondisi Indonesia segera pulih dari hantaman penyakit.
Dalam rangka proses percepatan penanggulangan pandemi Corona Virus Desease 2019, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk proses percepatan penanggulangan pandemi Corona Virus Disease 2019. Peraturan ini menegaskan apa yang selama ini dilakukan masyarakat di berbagai wilayah. Dengan kata lain, seluruh lapisan masyarakat sebenarnya telah melakukan berbagai aksi untuk menghalang peredaran Covid-19 di wilayahnya masing-masing.
Salah satu partisipasi masyarakat yang terlihat jelas adalah pencegahan berbasis tempat ibadah. Seperti masjid dan gereja. Kegiatan-kegiatan keagamaan sementara diliburkan. Masjid-masjid mulai melakukan lockdown. Karpet masjid digulung untuk mencegah penularan.
Selain itu, di pintu masuk masjid disediakan hand sanitizer bagi jamaah yang keluar-masuk masjid. Jamaah pun dianjurkan untuk menggunakan masker agar potensi menulari penyakit dapat ditekan. Belakangan, beberapa takmir masjid di sudah mulai menghimbau agar sholat dikerjakan di rumah masing-masing. Himbauan disampaikan melalui pengeras suara pada waktu sholat.
Partisipasi lain datang dari para penjual yang mulai membatasi interaksi dengan konsumennya. Ada warung makan yang hanya melayani pembelian untuk dibawa pulang saja. Tampaknya untuk mencegah penyebaran lewat droplet pada alat-alat makan di warung tersebut. Ada juga warung makan, yang biasanya prasmanan, kini semuanya harus diambilkan oleh pelayannya.
Baca Juga : Media Distancing dan Model Literasi Media Berbasis Keluarga
Kebijakan physical distancing juga dilakukan oleh berbagai jaringan toko ritel di beberapa tempat. Pelanggan yang biasa keluar-masuk dengan bebas, kini harus menggunakan nomor antrian untuk masuk. Hal ini untuk mengontrol agar tidak terlalu padat orang yang berada di dalam toko yang rawan memicu penularan virus yang dapat merusak paru-paru ini. Pedagang-pedagang kecil di pinggir jalan pun turut menyukseskan himbauan pemerintah. Mereka menutup lapak-lapaknya sebagai ikhtiar memutus rantai semakin banyaknya korban positif Covid-19.
Cara-cara inovatif juga ditunjukkan masyarakat dalam melawan Covid-19. Misalnya membangun gerbang disinfektan otomatis. Jika ada orang melewati gerbang tersebut, maka akan keluar cairan pembasmi virus secara otomatis. Inovasi pun dilakukan saat mengkampanyekan pesan-pesan kesehatan. Seperti membuat pesan-pesan yang dibuat khusus untuk kelompoknya.
Misalnya ajakan social distancing dalam bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa madura, dan bahasa-bahasa daerah lainnya. Atau anjuran yang ditujukan untuk komunitasnya. Seperti untuk alumni kampus tertentu, alumni SMA tertentu, dsb. Berbagai upaya ini cukup efektif untuk memperluas cakupan pesan sehingga siapapun merasa diperhatikan. Bandingkan jika pesan yang disebar bersifat umum dan ditujukan bagi semua lapisan masyarakat, maka berpotensi mengaburkan pesan.
Gerakan partisipatif lain adalah penggalangan donasi yang dibuat berbagai lapisan masyarakat. Menyadari bahwa kemampuan pemerintah sangat terbatas, beragam elemen menunjukkan kepeduliannya. Seperti penggalangan dana untuk membuat Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga kesehatan (termasuk membeli kain untuk pakaian, mencari konveksi, hingga mendistribusikannya), membuka rekening donasi untuk kelompok rentan yang terkena imbas pendemi, mengumpulkan dana untuk dibelikan makanan bagi warga terdampak.
Pengumpulan dana pun dilakukan secara inovatif. Seperti menggunakan crowdfunding platform (contohnya kitabisa.com, zakatin.com), via mobile banking, melalui dompet digital, dsb.
Berbagai aktivitas masyarakat ini menunjukkan seluruh rakyat telah berpartisipasi dalam perang semesta melawan Covid-19. Selain itu, perilaku tersebut menggambarkan masih kuatnya modal sosial yang dimiliki bangsa ini. Hal ini harus terus dikelola dengan baik sekaligus dipertahankan. Berbagai gerakan semesta setiap pihak akhirnya memunculkan sikap optimisme bahwa terjangan virus corona varian baru bisa dihadapi secara bersama-sama. Dan masing-masing kita, berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan perlawanan semesta dan doa, semoga Covid-19 segera minggat dari negeri ini.
This post was last modified on 6 April 2020 2:21 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…