Editorial

Pemuda, Perdamaian dan Kebangkitan Nasional

Peristiwa Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merujuk pada momentum bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Momentum ini menjadi sangat penting karena mendandai suatu kesadaran bersama tentang pergerakan memperjuangkan kemerdekaan yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Peristiwa bersejarah ini ditandai oleh berdirinya organisasi pergerakan Boedi Oetomo (20 Mei 1908) yang dipelopori oleh para pemuda nusantara saat itu.

Kenapa momentum kebangkitan nasional ini dipilih sebagai salah satu peristiwa penting dalam pergerakan nasional? Dengan tidak menafikan berbagai proses tahapan pergerakan nasional lainnya, kebangkitan pemuda pada saat itu merupakan embrio dan titik tolak bangsa ini untuk memiliki kesadaran pentingnya sebuah negara mandiri, pentingnya rasa persatuan, pentingnya perjuangan dan pentingnya kemerdekaan dari penjajahan. Peristiwa ini menandai bangkitnya kesadaran nasional untuk berubah menuju bangsa yang berdaulat, merdeka dan sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya.

Pada konteks yang lebih luas, Kebangkitan Nasional sejatinya tidak hanya dimaknai sebagai sebuah gerakan perjuangan kemerdekaan bangsa, tetapi lebih dari itu adalah munculnya kesadaran pribumi untuk mendefinsiikan identitas nasionalnya. Munculnya semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme merupakan hasil dari proses pemuda Indonesia merefleksikan bersama tentang kesadaran nasional. Gerakan ini selanjutnya menentukan bagaimana definisi Indonesia dalam imaji para pemuda pada saat itu yang selanjutnya dituangkan dalam momentum bersejarah yang tidak boleh dilupakan oleh generasi muda yakni Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Hal yang sangat menarik ketika para pemuda pada masa itu mengikrarkan “persatuan” yang terbayang tidak hanya sekedar butuhnya gerakan bersama melawan penjajahan, tetapi juga munculnya kesadaran tentang kebhinnekaan yang dimiliki bangsa ini. Kesadaran dan imaji yang terbayang dalam benak mereka bahwa Indonesia merupakan bangsa dengan ragam bahasa, suku, etnis, kepercayaan dan agama yang disatukan dalam sebuah Negara Kesatuan. Akhirnya, dapat dikatakan bahwa Indonesia lahir dari kebulatan tekad para pemuda untuk menyatukan ragam perbedaan dalam tujuan yang sama kemerdekaan Republik Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika. Demikian komitmen ini menjadi semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga saat ini.

Indonesia bukan sekedar tentang saya, kamu dan kita, tetapi tentang kesadaran dan wawasan negara bangsa yang menjamin dan melindungi seluruh tumpah darah dan masyarakat yang menghuni dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Inilah barangkali pentingnya Kebangkitan Nasional yang mengilhami pergerakan perjuangan kemerdekaan pada saat itu. Sebuah kesamaan nasib dari ragam perbedaan penduduk yang menghuni nusantara untuk menentukan nasibnya sendiri dan untuk bermimpi memiliki negaranya sendiri.

Salah satu buah manis yang bisa dipetik dari Kebangkitan Nasional tersebut adalah rasa persatuan dalam kebhinnekaan sebagai semangat gerak untuk perjuangan nasional. Kebangkitan Nasional sejatinya memonetum lahirnya kesadaran nasional tentang Indonesia yang bhinneka yang memiliki satu impian dan satu tujuan tentang Indonesia. Karena itulah, dalam konteks kekinian, Kebangkitan Nasional sangat kontekstual apabila dipotret dalam perspektif kebhinnekaan. Kenapa hal ini sangat penting?

Dewasa ini banyak sekali problematika kebangsaan yang kita hadapi justru banyak ditunggangi oleh kepentingan yang ingin mengoyak kebhinnekaan kita. Wujud ancaman kebhinnekaan ini tergambar dari maraknya ujaran kebencian, hasutan, provokasi dan ajakan kekerasan baik secara langsung maupun di dunia maya yang terbingkai dalam isu-isu sektarian dan politik identitas. Berbagai propaganda dan isu sentimentasi sektarian tersebut ingin mengajak masyarakat ke pojok identitas sempit dan melupakan identitas besar bernama Indonesia.

Dalam kondisi seperti ini bangsa Indonesia harus belajar dari beberapa Negara gagal yang disebabkan oleh persoalan kebhinekaan yang tidak bisa dikelola dengan baik. Beberapa Negara di Timur Tengah banyak terkoyak dalam fase yang dinamakan Arab Springs dengan hantaman konflik sekterian yang memecah persaudaraan dan merobek ikatan persatuan antar warga Negara. Konflik sekterian tidak hanya memecah belah masyarakat tetapi juga telah menggerus identitas nasional, rasa kebersamaan, dan kebanggaan nasional yang telah lama merekatkan perasaan bersama dalam satu Negara.

Saat ini penting untuk diwaspadai bahwa menghancurkan suatu Negara, tidak lagi menyerang langsung, tetapi cukup memainkan perangkat proxy, atau pihak ketiga, yang dapat mengoyak tatanan kedaulatan Negara. Perang proxy itu dimulai dengan liarnya narasi-narasi provokatif, agitatif dan propagandis yang mulai bertebaran untuk membenturkan sesama anak bangsa. Memori publik tentang sejarah dan identitas nasional mulai digugat dan dipertanyakan. Hasutan, penanaman kebencian, fitnah, ajakan kekerasan atas nama pembelaan kelompok semakin menguat.

Dalam konteks inilah, Kebangkitan Nasional yang dipelopori oleh generasi muda pada saat itu harus dihidupkan kembali oleh generasi muda saat ini sebagai semangat menggelorakan persatuan dalam kebhinnekaan. Kebangkitan Nasional merupakan momentum merawat Indonesia yang majemuk dalam bingkai perdamaian dan persatuan bangsa. Makna Kebangkitan Nasional adalah kebangkitan dari kepentingan pribadi, sekterianisme kelompok, dan fanatisme ekslusif menuju kesadaran nasional tentang persatuan dan kesatuan seluruh elemen bangsa dalam nauangan NKRI.

Kebangkitan Nasional adalah momentum kembalinya generasi muda untuk membangun kesadaran baru untuk bergerak bersama mengatasi persoalan bangsa tanpa memandang suku, etnik, agama, dan bahasa. Butuh kesadaran baru yang tidak hanya menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan tetapi harus dijiwai dalam langkah nyata menjaga dan merawat Indonesia dari potensi perpecahan, konflik dan disintegrasi.

This post was last modified on 26 Mei 2017 9:52 AM

Redaksi

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago