Narasi

Pesantren sebagai Pencetak Generasi Santun

Pesantren merupakan salah satu pendidikan Islam yang masih bersifat tradisional. Sebuah pendidikan yang masih mengedepankan nilai-nilai akhlak, dan menjunjung nilai kearifan di dalamnya. Itulah mengapa sampai saat ini pendidikan pesantren masih akrab dengan keunikan dalam tata belajarnya.

Sejarah membuktikan, bahwa pesantren sudah ada sejak ratusan tahun lamanya. Selain itu,  juga sudah diakui sebagai lembaga pendidikan yang ikut ambil andil dalam mencerdaskan bangsa. Bahkan, ketika kita berkaca dalam sejarah, tidak sedikit dari mereka yang berjuang dalam kemerdekaan Indonesia lahir dari kalangan pesantren. Dan atas perjuangan itulah, tanggal 22 Oktober telah ditetapkan sebagai hari santri nasional.

Sejalan dengan itu, dengan perkembangan zaman yang serba teknologi. Beberapa pesantren juga sudah memberikan asupan pengetahuan baru untuk setiap siswanya. Inilah yang sebenarnya menjadi nilai tambah dalam kehidupan pesantren. Di mana seseorang bisa mendapatkan dua pengetahuan sekaligus dalam satu tempat belajarnya. Yaitu, pendidikan akhlak dan juga pendidikan umum.

Dengan kata lain, seorang yang belajar dalam dunia pesantren bisa menikmati belajar tentang kitab-kitab klasik, sampai dengan pengetahuan umum di dalamnya. Inilah yang seharusnya senantiasa dikembangkan dalam kehidupan pesantren di era modern sekarang. Selain hal ini berguna untuk menambah wawasan generasi bangsa, ini juga menjadi modal untuk memupuk solidaritas, kebersamaan dalam kehidupan berdampingan. Hingga, kehidupan pesantren tidak terlalu monoton dan menekankan tentang ilmu keagamaan semata.

Bawani mendefinisikan pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran ilmu agama Islam, umumnya dengan non-klasik, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama kepada para santri berdasarkan kitab-kitab yang di tulis dalam bahasa Arab oleh ulama pada abad pertengahan. Untuk mempermudah pendalaman ilmu tentang agama, para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam lingkungan pesantren yang disertai dengan adanya peraturan-peraturan yang sangat ketat, demi memantapkan perkembangan moral dan akhlak seorang santri.

Di lihat dalam konteks historis-antropologis, lembaga pendidikan juga tidak bisa dipisahkan dari kultur masyarakat Indonesia yang sangat majemuk. Itulah mengapa kebersamaan santri diyakini memiliki peran besar dalam mengaplikasikan visi kebangsaan yang berbasis nilai-nilai keislaman, dan menjadi aktor intelektual yang dapat menentukan kualitas pembangunan di segala bidang kehidupan.

Dengan berjalannya alur generasi, sejatinya pendidikan pesantren inilah yang seharusnya senantiasa dikembangkan. Dengan tujuan, mengurangi kejanggalan-kejanggalan yang merusak generasi bangsa. Nilai moral dan akhlak yang ditanamkan dalam pendidikan pesantren menjadi isyarat, bahwa dunia pesantren masih sangat layak untuk berjuang dalam mencetak generasi yang berpengalaman dan berpotensi memajukan bangsa dari segi kebudayaannya.

Lahirnya pemahaman ini, sejatinya ingin memberikan asupan pengetahuan baru melalui dunia pesantren. Baik dari metode belajar yang diusung, sampai dengan kurikulum yang diterapkan dalam pesantren itu sendiri. Hingga anak didik pesantren tersebut bisa menemukan jati dirinya sebagai insan yang berguna bagi dirinya sendiri dan bangsa.

Meskipun demikian, kesuksesan pesantren dalam mencetak generasi emas, juga tidak lepas dari metode pendidikan yang mampu membuat tantangan zaman. Faktanya banyak pesantren yang terbuka dalam menyambut geliat perubahan. Karenanya, modernisasi kurikulum pesantren menjadi pilihan penting dalam mencetak generasi yang memiliki kemapanan intelektual sekaligus kemantapan spiritualitas.

Pesantren sebagai dunia santri berbeda dengan perguruan tinggi atau sekolah. Pesantren juga bukan sekedar asrama pelajar. Pesantren merupakan sebuah sistem pendidikan yang mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat. Pesantren inilah yang menginspirasi Ki Hajar Dewantara tatkala mencetuskan gagasan membangun Perguruan Taman Siswa.

Hal ini menunjukkan, adanya pesantren sangat berpengaruh besar, akan kemajuan bangsa serta mengasah daya pikir generasi penerus. Benturan akan dunia modern akan menjadikan dirinya mengerti bagaimana memahami ilmu baru tanpa menghilangkan ilmu tradisional.

Dengan begitu seseorang akan menemukan sebuah pengetahuan baru, tentang sistem dan pembaruan dalam lingkungan pesantren. Disertai dengan data dan fakta hasil penelitian, dunia pesantren sangat menarik untuk di kaji dan dipahami lebih mendalam. Sehingga santri bisa menemukan kaidah tentang keilmuan dan menjaga keutuhan NKRI.

Suroso

Recent Posts

Pembelajaran dari Mitologi Kuda Troya dalam Ancaman Terorisme

Di tengah sorotan prestasi nihilnya serangan teror dalam beberapa tahun terakhir, kita mungkin tergoda untuk…

8 jam ago

Jejak Langkah Preventif: Saddu al-Dari’ah sebagai Fondasi Pencegahan Terorisme

Dalam hamparan sejarah peradaban manusia, upaya untuk mencegah malapetaka sebelum ia menjelma menjadi kenyataan bukanlah…

11 jam ago

Mutasi Sel Teroris di Tengah Kondisi Zero Attack; Dari Faksionalisme ke Lone Wolf

Siapa yang paling diuntungkan dari euforia narss zero terrorist attack ini? Tidak lain adalah kelompok…

11 jam ago

Sadd al-Dzari’ah dan Foresight Intelijen: Paradigma Kontra-Terorisme di Tengah Ilusi Zero Attack

Selama dua tahun terakhir, keberhasilan Indonesia menangani terorisme dinarasikan melalui satu frasa kunci: zero terrorist…

1 hari ago

Membaca Narasi Zero Terrorist Attack Secara Konstruktif

Harian Kompas pada tanggal 27 Mei 2025 lalu memuat tulisan opini berjudul "Narasi Zero Attack…

1 hari ago

Merespon Zero Attack dengan Menghancurkan Sekat-sekat Sektarian

Bagi sebagian orang, kata “saudara” sering kali dipahami sempit, hanya terbatas pada mereka yang seagama,…

1 hari ago