Narasi

Rasulullah dan Perdamaian Bangsa Indonesia

Kehidupan umat manusia atau anak adam di negara Indonesia ini tidak pernah lepas dari hubungan dua pihak utama agama Islam, yaitu Allah dan Rasulullah. Allah sebagai Tuhan Yang Maha Agung dan Rasulullah sebagai manusia yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalahnya kepada umat manusia di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Indonesia yang pada awalnya didominasi oleh pemeluk agama Hindu-Buddha, kini bertransformasi menjadi negara muslim terbesar di Asia. Jumlah umat Islam yang pada awalnya dikatakan minoritas, kini menjadi mayoritas. Melihat umat Islam yang mayoritas ini, maka kita bisa katakan bahwa Islamisasi dalam skala besar ini telah berhasil. Kenapa dikatakan berhasil? Hal ini tentu karena paradigma penyebaran Islam yang dipegang erat oleh rasulullah telah mengakar di dalam diri para generasi penerus rasulullah.

Menurut Mansur Surya Negara (dalam buku Menemukan Sejarah), pada umumnya para ahli berpendapat bahwa Islam di Indonesia disebarluaskan melalui jalan damai. Tidak ada misi khusus – seperti dalam agama Protestan dan Katolik – untuk menyebarkan Islam di Indonesia. Pendapat ini telah mendeskripsikan bahwa ajaran damai rasulullah yang tercatat dalam sejarah dakwahnya, telah diteruskan oleh para pendakwah-pendawah Islam ke Indonesia. Dengan kata lain aktivitas dakwah rasulullah yang dilakukan dengan cara damai, dicontoh oleh para pendakwah di Indonesia.

Dakwah dengan damai ini nampaknya sejalan dengan kehidupan penduduk Indonesia yang rukun dan sangat menjunjung tinggi perdamaian. Di sini Islam telah menemukan titik poin dalam mengislamkan penduduk Indonesia, sehingga banyak di antara mereka dengan mudah bisa menerima Islam sebagai agama dirinya, dan lambat laun pemeluk Islam semakin bertambah jumlahnya.

Memegang Teguh Ajaran Damai Rasulullah

Kini Indonesia telah dihuni oleh penduduk yang mayoritas memeluk agama Islam. Di antara mereka ada yang ahli dalam bidang agama, dan sebagian lagi ahli dalam bidang ilmu umum. Kedua kategori ini telah memegang teguh Islam sebagai agama dirinya dalam menjalani kehidupan di Indonesia (baik kehidupan dalam ranah agama maupun negara).

Banyaknya penduduk Indonesia yang terbagi menjadi dua kategori tersebut, mengantarkannya kepada kebutuhan akan teladan permanen dalam membimbing dirinya untuk bias mengembangkan relasi keharmonisan antar berbagai lini.

Teladan yang patut terus dipelajari dan diikuti ialah teladan yang telah dilakukan oleh rasulullah. Ia pernah bersabda “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat shalatku”, ini artinya bahwa umat Islam diperintahkan untuk mengikuti setiap apa yang dicontohkannya, tidak hanya sekedar shalat, tetapi setiap ajarannya yang telah tercatat dalam beribu-ribu hadis harus kita ikuti.

Ajaran damai rasulullah selama berdakwah di Mekah, Madinah, dan di manapun beliau berada harus kita pegang teguh. Jika rasulullah menghargai agama dan golongan lain, maka kita juga harus melakukan sebagaimana yang rasul lakukan. Jika rasul hidup secara damai dengan orang-orang yang berbeda agama, suku, ras, pendapat, golongan, maka kitapun harus melakukannya.

Kini kehidupan umat Islam di Indonesia yang telah berpegang teguh kepada ajaran damai rasulullah harus selalu dipupuk dengan berbagai aktivitas sosial yang bisa mengupgrade rasa persaudaraan, persatuan dan perdamaian mereka dalam bingkai keindonesiaan. Keteguhan dan upgrade rasa perdamaian ini diperlukan dalam hidup bernegara, karena umat Islam yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia berperan sebagai penanggung jawab keamanan dan perdamaian bangsa secara keseluruhan. Maka memegang teguh dan mengupgrade rasa perdamaian saja belum cukup, umat Islam Indonesia harus mengamalkan secara kontinyu ajaran-ajaran damai rasulullah yang telah dipegang dengan teguh olehnya.

Jadi umat Islam di Indonesia selain meneladani rekam jejak kehidupan perdamaian rasulullah, umat Islam juga harus secara aktif mengamalkannya agar bisa memberikan efek yang baik bagi kehidupan Indonesia yang damai dan bebas dari kekerasan.

Arief Rifkiawan Hamzah

Menyelesaikan pendidikan jenjang magister di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Al-Hikmah 1 Benda, Sirampog, Brebes dan Ponpes Darul Falah Pare, Kediri. Saat ini ia sebagai Tutor di Universitas Terbuka.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago