Narasi

Relawan Milenial, Generasi Penggerak Perdamaian di Dunia Maya

Riset Asosisi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, menyatakan sebanyak 143,26 juta jiwa masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif internet. Rata-rata mereka menggunakannya selama 1-2 jam lebih setiap hari.

Kemudahan yang ditawarkan internet menjadi alasan utama masyarakat kita menjadi pengguna yang sangat aktif. Bahkan Indonesia berada di atas rusia dalam jumlah pemakai internet aktif di seluruh dunia.

Namun, bila melihat budaya baca masyarakat yang masih terbikang minim, hal tersebut menjadi boomerang bahkan senjata ampuh untuk memporak-porandakan masyarakat. Seperti yang dilansir tirto.id, Indonesia menempati urutan ke 60 dari 61 negara di dunia perihal minat baca.

Wajar bila HOAX, Fake News, bahkan isu SARA yang menyebar di laman-laman internet mudah mempengaruhi masyarakat. Terlebih, dalam mengkonsumsi informasi masyarakat Indonesia bahkan dunia cenderung membaca judulnya saja. Blogger kenamaan asal Solo, Bionthank menegaskan, mayoritas masyarakat hanya membaca judul berita yang disebar, tanpa memahami isi dari berita tersebut.

Baca juga : Menjadi Relawan Milenial Penyebar Konten Kebhinekaan

Seiring dengan kemajuan internet yang semakin pesat, sifat skeptis terhadap informasi juga harus ditanamkan kepada masyarakat. Karena ketika berenang di lautan informasi, kita akan menghadapi jutaan sampah visual. Siapkah masyarakat kita menghadapi hal ini?

Internet dan Pemuda

Hasil penelitian lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB menyatakan, sebanyak 30 juta jiwa pemuda dan anak-anak di Indonesia sudah kenal dan bisa memakai internet dengan baik. Hal tersebut menunjukan generasi milenial merupakan generasi emas yang sudah mengenal internet bahkan sejak ia masih kecil.

Sehingga, wajar rasanya bila generasi milneal patut menjadi relawan penyebar kedamaian di Indonesia. Bapak proklamator kita Soekarno pernah mengatakan, seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.

kekuatan pemuda untuk merubah arah penyebaran informasi yang lebih positif dan damai merupakan suatu keniscayaan. Karena dari dulu pemuda adalah generasi penerus dan tombak suatu bangsa. Bila tiga puluh juta orang itu bergerak dan membrantas informasi negatif di dunia maya, tentu HOAX, Fake News, serta Isu SARA tidak akan mempengaruhi stabilitas Indonesia.

Terlebih, pada tahun 2020 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, dimana masyarakat kita akan didominasi oleh kaum muda, sehinga orang-orang yang akan menepati pemerintahan dan sebagainya bisa diprediksikan adalah generasi milenial.

Relawan Milenial Sebar Damai

Dalam hal ini, pemuda sangat dibutuhkan perannya untuk menyebar kedamaian di dunia maya. Sebagai relawan penyebar perdamaian, pemuda juga sangat mungkin membuat perubahan melalui internet. Terlebih bial melihat potensi pemuda seperti yang dipaprkan di atas.

Masa depan negara kita bisa dimulai dari merubah banjir informasi hoax menjadi banjir informasi poitif dan mendidik. Sehingga generasi-generasi emas pasca pemuda tentu tidak akan mengenal HOAX, Fake News, apalagi Isu SARA.

Bila pemuda tidak menjadi relawan penyebar kedamaian mulai dari sekarang, maka titik kehancuran bangsa kita di depan mata. Sebagai generasi muda dan cinta kedamaian, saya siap ikut andil sebagai relawan penyebar kedamaian.

Alan Wary Ackbar

Pemimpin Redaksi IDEApers.com, dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

View Comments

Recent Posts

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

15 jam ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

15 jam ago

Menghapus Dosa Pendidikan ala Pesantren

Di lembaga pendidikan pesantren, tanggung-jawab seorang Ustadz/Kiai tidak sekadar memberi ilmu kepada santri. Karena kiai/guru/ustadz…

15 jam ago

Sekolah Damai BNPT : Memutus Mata Rantai Radikalisme Sejak Dini

Bahaya intoleransi, perundungan, dan kekerasan bukan lagi hanya mengancam keamanan fisik, tetapi juga mengakibatkan konsekuensi…

2 hari ago

Dari Papan Kapur sampai Layar Sentuh: Mengurai Materialitas Intoleransi

Perubahan faktor-faktor material dalam dunia pendidikan merefleksikan pergeseran ruang-ruang temu dan arena toleransi masyarakat. Jarang…

2 hari ago

Pengajaran Agama yang Inklusif sebagai Konstruksi Sekolah Damai

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Duta Damai BNPT telah berinisiasi untuk membangun Sekolah…

2 hari ago