Tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak, remaja dan muda-mudi masa kini merupakan salah satu penyumbang besar pengakses internet. Era digital memang akan didominasi oleh generasi Z. Namun demikian, generasi Y dan generasi sebelumnya pun juga ikut andil dalam meramaikan dunia maya. Hal yang menjadi sebuah ironi adalah bahwa tidak semua orang cakap menggunakan media sosial. Siapapun, dari latar belakang apapun dan usia berapapun, bila tidak menguasai skill literasi media maka dia akan disesatkan di internet atau media sosial oleh akun atau berita provokatif dan palsu.
Beredarnya kasus mengenai bermalamnya ‘pasangan’ anak SD di Facebook beberapa waktu lalu dapat menjadi keprihatian bersama akan moralitas kita dan pentingnya menyaring informasi di media sosial serta adanya kontrol yang baik dari orang tua. Dua anak tadi, tidak mungkin akan melakukan hal yang demikian jikalau tidak menyaksikan hal yang sama di media sosial/internet. Pun juga, saat ini banyak ujaran kebencian beredar di media sosial, sesama saudara saling menghujat. Perlu diwaspadai bahwa beberapa waktu ke depan Indonesia akan menghadapi ‘tahun politik’. Memori 2014 lalu kiranya cukup menjadi peringatan bagi kita bahwa banyak oknum yang mengambil untung dari gempita pemilihan umum dan merecoki informasi di media sosial.
Anda dapat mencari sendiri mengenai maraknya ‘konten jahat’ berupa berita palsu, menyinggung SARA, radikalisme dan penuh kebencian yang belum bisa ditumpas habis. Kominfo terus berusaha untuk melakukan sterilisasi konten-konten bermasalah tersebut di media sosial dengan berbagai kegiatan, sosial media campaign dan bekerja sama dengan berbagai pihak. Tetapi, tiap harinya akan selalu ada aduan keresahan masyarakat kepada pemerintah mengenai konten palsu, menyinggung SARA, radikalisme dan penuh kebencian. Hal ini menjadi bukti bahwa meski terus diminimalisir dan ditumpas, konten jahat akan terus tumbuh karena ada yang terus membuat konten demikian. Juga, meminimalisir konten jahat agar media sosial kita berita informasi yang sehat sejatinya merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Demi kenyamanan bersama, kita tangani bersama.
Kerja Sinergis Semua Elemen
Dalam lingkungan pedesaan, kita bisa melihat harmoni masyarakat dalam melakukan kegiatan siskamling. Siskamling tidak hanya dilakukan oleh perangkat desa, namun juga masyarakat secara umum bertanggung-jawab bersama. Miskin-berpunya, tua-muda, semua ikut andil dalam kegiatan ini. Mereka punya tujuan bersama untuk mewujudkan keamaan lingkungan dari hal yang meresahkan masyarakat. Kerja bersama penting disini karena satu pihak atau individu akan kesulitan untuk melakukan pengamanan dalan ruang lingkup luas. Juga, bukan siskamling namanya kalau kerja sendiri sebab sistem terdiri dari elemen yang bergerak secara terstruktur.
Keamanan lingkungan siber pun perlu menjadi tanggung bersama. Siapapun yang menggunakan internet dan media sosial berkewajiban untuk menyebar konten berkualitas dan meminimalisir konten jahat. Pemerintah, institusi pendidikan, orang tua dan kita sendiri perlu sinergi dalam kegiatan siskamling siber demi terwujudnya era internet nyaman; tanpa hoax, tidak ribut SARA, terhindar dari radikalisme dan langgenngnya kedamaian di dunia maya.
Kinerja pemerintah dalam beberapa waktu terakhir sangat baik dalam hal ini. Kita dapat mengambil contoh Kominfo dan BNPT telah melakukan berbagai kegiatan dan sosialisasi untuk mengedukasi masyarakat agar bijak dalam bermedia sosial. Kominfo dan BNPT juga menyediakan portal konten baik yang dapat dirujuk masyarakat. Tak hanya itu, kominfo telah menyediakan situs aduankonten.id untuk pelaporan konten jahat. Caranya dengan mengunggah URL dan screenshot konten negatif, dan memberikan deskripsi alasan pelaporan. BNPT pun membuat aplikasi Getar Media sebagai media pelaporan masyarakat yang lebih mudah.
Kita sebagai individu perlu mengawasi muncul dan beredarnya konten jahat di internet. Jika ditemukan,bisa langsung dilaporkan melalui media yang telah disebut diatas. Kita perlu merasa ikut andil bahwa konten jahat tidak boleh terus tersebar. Orang tua juga perlu mengawasi aktifitas berinternet dan bermedia sosial anaknya. Tanamkan pemahaman bahwa internet atau media sosial merupakan media untuk mencari informasi bermanfaat. Lalu latih keterampilan mereka untuk literasi media serta bangunkan kesadaran untuk menjauhi konten jahat atau melaporkannya sama sekali.
Selanjutnya, institusi Pendidikan juga perlu ikut andil dalam siskamling siber. Hal ini dapat dilakukan dengan ikut Gerakan Literasi Nasional yang mana salah satu tujuanya adalah untuk merumuskan kurikulum literasi digital. Dalam kurikulum tersebut tentu akan berisi mengenai bagaimana berinternet yang baik dan sehat bermedia sosial, serta mengembangkan skill literasi. Dapat juga ditanamkan mengenai pembangungan kesadaran melawan konten jahat, serta dibekali cara mengatasinya (dengan melaporkan misal). Harapannya anak bangsa makin jeli memilih konten dan taraf literasi di Indonesia meningkat.
Mimpi ini tidak bisa terjadi bila tidak dilakukan bersama-sama. Sinergi semua elemen masyarakat dalam keamanan lingungan siber perlu diwudjudkan dengan terstruktur dan sistematis. Dengan demikian, lingkungan siber kita akan terus damai dan layak dijadikan sumber rujukan informasi.
This post was last modified on 15 Februari 2018 2:05 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…