Narasi

Spirit Asian Games: Mengukuhkan Nasionalisme dan Perdamaian Bangsa-Bangsa

Olahraga bukanlah hanya aktivitas fisik yang mempunyai tujuan kesehatan dan rekreasi semata, melainkan juga suatu kegiatan sosial yang mempengaruhi jiwa dan kehidupan banyak orang, baik yang berkecimpung langsung maupun tidak di dalam olahraga tersebut. Studi dalam sosiologi olahraga menunjukkan bagaimana aktivitas olahraga telah berevolusi bersama dengan perkembangan masyarakat; dikomersialisasikan, dan dijadikan pertunjukan hiburan. Frey dan Eitzen (1991) mengungkapkan bahwa olahraga juga memiliki kontribusi politik dalam relasi internasional bangsa-bangsa dan menjadi alat pembangunan nasional.

Disamping itu, olahraga memiliki andil besar bagi pembentukan identitas nasional dan sadar rasa nasionalisme dengan secara temporer menghilangkan perbedaan-perbedaan di antara masyarakat ketika semua fokus pada pertandingan. Perlu dipahami bersama, bahwa olahraga sangatlah berperan dalam pembentukan solidaritas nasional, yaitu ketika semua pihak mulai dari atlet sampai penonton bersatu padu membela negara (Frey & Eitzen, 1991). Olahraga dapat menjadi indikator rasa kebangsaan; merupakan medium yang efektif untuk menanamkan rasa kebangsaan, menyediakan sebentuk aksi simbolis yang menyatakan keadaan negara itu sendiri.

Nasionalisme olahraga merupakan fenomena sosial yang kompleks, yang diciptakan oleh ikatan antara negara bangsa dengan olahraga-olahraganya (Tosa, 2015). Peran olahraga bagi nasionalisme suatu negara di antaranya, pertama olahraga memiliki andil dalam konstruksi dan reproduksi identitas nasional banyak orang. Ada hubungan antara olahraga dengan identitas nasional, yang mana hubungan ini melemah di beberapa negara sebagai akibat dari perubahan masyarakat dunia dan globalisasi (Beirner, 2001).

Kedua, olahraga merupakan arena untuk merayakan identitas nasional. Fenomena orang membawa bendera negara ke stadion kompetisi olahraga internasional seperti Asian Games, mengenakan kostum nasional, dan mencat wajah dengan warna bendera Negara (Beirner, 2001). Hal ini dapat memupuk rasa identitas nasional sesama satu Negara dan satu bangsa.

Ketiga, olahraga menjadi sarana dan ajang orang-orang memikirkan identitas nasionalnya sendiri, yang mungkin selama ini telah meluntur karena pengaruh globalisasi (Bairner, 2001). Gempuran arus globalisasi yang membawa perubahan salah satunya masuknya budaya luar yang terkadang ditelan mentah-mentah bangsa kita tentu akan mengikis identitas nasional kita. Makanya melalui ajang olahraga seperti Asian Games dapat membangkitkan kembali identitas nasionalbangsa kita.

Keempat, olahraga memberikan kesempatan bagi wakil-wakil dari negara-negara yang berbeda untuk terlibat dalam kompetisi yang jujur, dan bagi para penggemarnya untuk bertemu bersama-sama dalam perhelatan internasional dan saling mengenal satu-sama lain. Seperti halnya Asian Games yang merupakan ajang pertandingan olahraga antar Negara-negara di kawasan Asia tentunya akan dapat membina rasa kejujuran dan sportifitas antar para peserta dari berbagai Negara di kawasan Asia.

Lebih meluas lagi ajang olahraga layaknya Asian Games sangatlah strategis sebagai sarana memperkokoh spirit kebangsaan, persaudaraan, dan juga perdamaian bangsa-bangsa. Spirit utama dari Asian Games tentu bukan hanya ajang perhelatan olahraga semata, namun juga sebagai energi Asia untuk spirit kebangsaan dan perdamaian dunia. Even besar yang baru terjadi dua kali di Indonesia, yakni di Era Presiden Soekarno Tahun 1962 dan Presiden Jokowi 2018 kali ini, harus dimaknai sebagai peristiwa akbar dalam merajut tenun kebangsaan dan perdamaian bangsa-bangsa.

Sesuai slogan Asian Games, Energy of Asia, kita ingin membawa spirit bagi solidaritas-perdamaian di kawasan Asia. Kita bisa tengok satu contoh, perhelatan besar Asian Games 2018 kali ini menjadi saksi sejarah bersatunya Korea Utara dan Korea Selatan. Langkah ini dilakukan menyusul perdamaian yang dilakukan oleh kedua negara tersebut.

Berdasarkan keputusan Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Inasgoc (Indonesia Asian Games Organizing Commitee) di Jakarta, Korea Selatan dan Korea Utara akan melebur menjadi Tim Korea untuk tiga cabang olahraga. Ketiga cabang olahraga tersebut meliputi bola basket (putri), perahu naga (putra dan putri), serta dayung (putra LM4-, LM8+, dan putri LW2X). Beberapa contoh tersebut tentu semakin memantapkan kita bahwa Asian Games hendaknya tak hanya dijadikan sebagai ajang perlombaan semata, akan tetapi lebih daripada itu, yakni sebagai pengukuh rasa nasionalisme kebangsaan, serta lebih meluas lagi dapat menjadi spirit perdamaian Asia serta dunia.

Suwanto

Penulis merupakan Peneliti Multiple-Representation Learning di PPs Pend.Kimia UNY, Interdisciplinary Islamic Studies di Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, dan Culture Studies di UGM

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

3 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

3 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

3 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago